Senin, 24 Maret 2014

MADRASAH-MADRASAH DI MAKKAH DAN MADINAH




A.     Pendahuluan
Madrasah adalah salah satu bentuk institusi (lembaga) pendidikan formal dalam Islam. Model madrasah tidak sama dengan masjid atau lembaga pendidikan Islam lainnya, walaupun pada hakekatnya madrasah merupakan perkembangan dari masjid.
Akibat antusias dan besarnya semangat belajar (menuntut ilmu) umat Islam, membuat masjid-masjid penuh dengan halaqah-halaqah. Dari tiap-tiap halaqah terdengar suara guru-guru yang menjelaskan pelajaran  atau suara perdebatan (mudharabah) tanya jawab dalam proses belajar mengajar, sehingga menimbulkan kebisingan yang mengganggu orang ibadah.[1]
Fungsi masjid sebagai tempat pendidikan dalam perkembangannya di pertimbangkan kembali, sehingga mendorong dibukanya lembaga-lembaga pendidikan baru. Dalam hal ini terdapat sejumlah teori yang menjelaskan alasan dipertimbangkannya kembali masjid sebagai tempat pendidikan, sehingga terjadi transformasi lembaga pendidikan dari masjid kebentuk yang lainnya, yaitu madrasah.
Dalam sejarah Islam, madrasah sudah menjadi fenomena yang menonjol sejak awal abad 11-12 Masehi atau abad 5 Hijriyah, khususnya ketika Wazir Bani Saljuk Nizam al-Mulk mendirikan madrasah Nizamiyah di Baghdad.[2]
Begitu pula di Makkah dan Madinah, berdiri pula beberapa madrasah, walaupun keberadaan madrasah di Makkkah dan Madinah tidak tumbuh subur seperti madrasah-madrasah di Indonesia khususnya.
B.    Lembaga Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah
1.     Tahapan Pendidikan Islam pada Fase Makkah
a.  Tahap Pendidikan Islam secara Rahasia dan Perorangan
            Pada awal turunnya wahyu pertama, pola pendidikan yang dilakukan adalah secara sembunyi-sembunyi, mengingat kondisi sosial-politik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Yang pada mulanya secara sembunyi-sembunyi mulai diajak istrinya Khadijah yang kemudian diikuti anak angkatnya Ali bin Abi Tholib, Zaid bin Haritsah dan kemudian para sahabatnya, mereka disebut al-Saabiqun al-Awwalun.[3]  Tahap ini berlangsung selama 3 tahun. Sebagai lembaga pendidikan Islam yang pertama pada era awal ini adalah rumah Arqom ibn Arqam. (QS Asy-Syuara’ 213-216)
Ÿxsù äíôs? yìtB «!$# $·g»s9Î) tyz#uä šcqä3tGsù z`ÏB tûüÎ/¤yèßJø9$# ÇËÊÌÈ   öÉRr&ur y7s?uŽÏ±tã šúüÎ/tø%F{$# ÇËÊÍÈ   ôÙÏÿ÷z$#ur y7yn$uZy_ Ç`yJÏ9 y7yèt7¨?$# z`ÏB šúüÏZÏB÷sßJø9$# ÇËÊÎÈ   ÷bÎ*sù x8öq|Átã ö@à)sù ÎoTÎ) Öäü̍t/ $£JÏiB tbqè=yJ÷ès? ÇËÊÏÈ  
Artinya: 
“Maka janganlah kamu menyeru (menyembah) Tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang di'azab. Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.  Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu. Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan".[4]
b.  Tahap Pendidikan Islam secara terang-terangan
Perintah da’wah secara terang-terangan dilakukan oleh Rosulullah, seiring dengan jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah, karena diyakini dengan dakwah tersebut banyak kaum quraisy yang akan masuk agama Islam. Di samping itu keberadaan rumah Arqom ibn Arqam sebagai pusat dan lembaga pendidikan Islam sudah diketahui oleh kuffar Quraisy.
c.                   Tahap Pendidikan Islam untuk Umum
Dua tahap pendidikan Islam diatas kelihatannya belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan, maka Rosulullah mengubah strategi dakwahnya kepada seruan umum, umat manusia secara keseluruhan. Seruan dalam sekala “internasional” tersebut didasarkan kepada perintah Allah, surat al-Hijr ayat 94-95.
÷íyô¹$$sù $yJÎ/ ãtB÷sè? óÚ̍ôãr&ur Ç`tã tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$# ÇÒÍÈ $¯RÎ) y7»oYøxÿx. šúïÏäÌöktJó¡ßJø9$# ÇÒÎÈ  
Artinya: “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu)”.[5]

Pada musim haji Rosulullah mendatangi kemah-kemah para jemaah haji, pada awalnya tidak banyak yang menerima, kecuali sekelompok jemaah haji dari Yasrib, kabilah Khazraj yang menerima dakwah secara antusias.
Lembaga pendidikan Islam pada fase ini ada dua macam tempat yaitu rumah Arqam ibn Arqam dan Kuttab.[6]
Wacana pemikiran pendidikan Islam pada masa nabi sudah tentu tidak sistematis dan secanggih yang ada sekarang ini. Meskipun demikian perhatian umat terhadap ilmu pengetahuan jelas sangat tinggi dan hal ini terwujud sesuai dengan.
2.     Lembaga Pendidikan Islam pada fase Madinah.
Ketika Rasulullah dan para sahabat pindah ke Madinah salah satu program utama yang beliau lakukan adalah pembangunan sebuah masjid. Setelah selesai membangun masjid maka Rosulullah menempati sebagian ruangannya yang memang khusus disediakan untuknya.
Masjid itulah pusat kegiatan Nabi Muhammad saw bersama kaum muslimin untuk bersama-sama membangun masyarakat baru dan dimasjid itulah Rasulullah bermusyawarah mengenai berbagai urusan termasuk membacakan al-Qur’an dan membavakan ayat-ayat yang baru diwahyukan. Dengan demikian masjid merupakan pusat pendidikan dan pengajaran.
Pada fase Madinah materi pendidikanyang diberikan cakupannya lebih kompleks dibandingkan dengan materi pendidikan fase Makkkah. Di antara pelaksanaan pendidikan di Madinah adalah :
1)    Pendidikan ukhuwah (persaudaraan ) antar kaum muslimin.
2)    Pendidikan kesejahteraan sosial.
3)    Pendidikan kesejahteraan keluarga kaum sahabat
4)    Pendidikan pertahanan dan keamanan dakwah Islam.

Pola pendidikan Islam periode Rasulullah saw, fase Makkah dan Madinah memiliki persamaan disamping terdapat perbedaan.  Fase Makkah ada dua lembaga pendidikan yaitu rumah Arqam ibn Arqam dan kuttab, sedangkan di Madinah lembaga pendidikan rumah para sahabat dan masjid sebagai sentral daripada seluruh kegiatan Rasulullah yang multifungsi.[7]
Kurikulum yang dipakai di Makkah dan Madinah adalah sama, yaitu al-Qur’an yang dijelaskan dengan Hadits Nabi Muhammad saw yang diurunkan beangsur-angsur, hanya kurikulum Madinah lebih komplit seirama dengan bertambahnya wahyu yang diturunkan kepada Rosuullah saw.[8]
Tempat yang paling utama untuk memberi pelajaran adalah masjid, karena duduk untuk mengajar itu hanya berfaedah bila dapat memperlihatkan sunnah, memberantas bid’ah dan dapat mengajarkan sesatu hukum dari hukum-hukum yang didatangkan Allah.[9]
C.    Lembaga Pendidikan Islam pada masa Pertengahan
Lembaga pendidikan Islam atau madrasah merupakan perkembangan lebih lanjut sekaligus formalisasi tradisi pendidikan yang sudah berlangsung di masjid, masjid khan dan kuttab. Meskipun demikian kehadiran madrasah tidak serta merta mengahiri peran kuttab, masjid khan dan masjid sebagai pusat pembelajaran.[10]
Hal itu terbukti seperti keberadaan masjid yang ada di Makkah dan Madinah yaitu masjid Al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah yang keberadaannya tetap sebagai sentral aktifitas pendidikan khususnya bagi warga Makkah dan Madinah umumnya bagi umat Islam di dunia.
Fakta demikian yang menjadi faktor utama penyebab minimnya madrasah-madrasah atau lembaga pendidikan di Makkah dan Madinah disamping adanya faktor-faktor lain yang nanti akan dijelaskan pada makalah ini.
Meskipun faktanya demikian, minimnya madrasah di Makkah dan Madinah bukan berarti lembaga pendidikan di dua tempat tersebut tidak berkembang,  sebab apa yang terjadi di Masji al-Haram dan Masjid Nabawi  juga sama dengan kegiatan-kegiatan di madrasah pada umumnya, yaitu sebagai lembaga pendidikan dengan ilmu-ilmu keislaman sebagai kajian dan al-Qur’an sebagai porosnya. Bedannya kalau di madrasah mengenal sistim kelas  kurikulum terstruktur dan sebagainya.
1.  Madrasah-madrasah di Makkah
Meski dikenal  akrab sebagai istilah lain dari “sekolah”, madrasah tak hanya memiliki definisi seringkas itu. Istilah madrasah berasal dari bahasa Arab “madrasatun” atau “madrasah” asalnya dari kata “darosa” yang berarti “belajar” atau mempelajarai secara sungguh-sungguh. Kata madrasah dalam bahasa Arab merupakan bentuk kata “dharfu al-makan” (keterangan tempat) yang secara harfiyah dapat diartikan sebagai “tempat belajar” atau “tempat memberikan pelajaran”.
Ditarik dari asal katanya, kelahiran madrasah diyakini berasal dari Arab atau dunia Islam. Para ahli sejarah pendidikan seperti Al-Tibawi dan Mehdi mengatakan bahwa madrasah merujuk pada lembaga pendidikan tinggi yang luas di dunia Islam klasik.
Artinya, secara istilah, terminologi madrasah pada masa klasik Islam tidak sama pengertiannya dalam bahasa Indonesia. Pun dalam bahasa lainnya, para peneliti sejarah Islam menggunakan kata yang bervariasi untuk menyebut madarsah. Misalnya scule atau hochscule (dalam bahasa Jerman), school, college, atau academy (Inggris).
Nakosteen menerjemahkan kata madrasah dengan kata “university” (universitas). Ia juga menjelaskan bahwa madarash-madarsah pada masa klasik Islam didirikan para penguasa Islam untuk membebaskan masjid dari beban-beban  pendidikan sekuler-sektarian. Sebab sebelum madrasah lahir, masjid telah digunakan sebagai lembaga pendidikan secara umum.[11]
Pendidikan menghendaki adanya aktivitas dengan segala hiruk pikuknya sementara masjid sebagai tempat ibadah menghendaki ketenangan. Itulah sebabnya pertentangan antara tujuan pendidikan dan tujuan agama di masjid hampir-hampir tidak memperoleh titik temu.
Madarasah kemudian lahir sebagai lembaga pendidikan alternatif untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang tetap berpijak pada motif keislaman. Para ahli sejarah membagi priode sejarah menjadi tiga, yakni masa klasik, masa pertengahan dan masa modern. Periodisasi itu dibuat dengan merujuk perkembangan lembaga pendidikan madarasah.
Madrasah yang berdiri pada abad ke 4 itu menjadi satu-satunya lembaga pendidikan yang diakui negara dikala itu dan merupakan pelopor kelahiran madrasah dalam arti lembaga pendidikan Islam yang sesungguhnya.
Madrasah ini sekaligus menjadi awal dari fase terakhir yang berakhir bersamaan dengan runtuhnya Khilafah Usmaniyah. Selanjutnya madrasah terus berkembang seiring perkembangan zaman dan pemaknaan terhadap madrasah itu sendiri.[12] Salah satu hasil perkembangan itupun terjadi di Makkah dan Madinah.        
Terdapat wacana yang mendeskripsikan bahwa madrasah-madrasah di Makkah dan Madinah secara kuantitatif lebih sedikit  dibanding dengan madrasah Nizhamiyah di Baghdad, al-Mustansiriyah di Baghdad, al-Nasiriyah di Kairo, al-Nuriyah al-Kubra di Damascus dan madrasah al-Azhar di Cairo. Hal ini menurut analisis dikarenakan adanya Masjid al- Haram dan masjid Nabawi di Harmayn sebagai sentral aktifitas pendidikan.
Madrasah dikenalkan di Hijaz yang berada di bawah kekuasaan Sholah al-Din al-Ayubi. Hasil peperangan beliau yang terbesar ialah merebut kembali Yerussalem pada tahun 1187 M, kemudian pada tahun 1183-1184 masehi salah satu gubernurnya yang bernama Aden mendirikan madrasah untuk mazhab Hanafi di Makkah yang kemudian satu tahun berikutnya dibangun madrasah untuk mazhab Syafi’i.[13]
Walaupun mazhab Hanafi pernah jaya di zaman pemerintahan Harun di Kuffah, tetapi Abu Hanifah pernah berguru pada Imam Malik di Hijaz, jadi ada kemungkinan didirikan madrasah Abu Hanifah di Makkah. Demikian pula Imam Syafe’i walaupun beliau dilahirkan di Gazza sebuah wilayah di negeri Syiria  tahun 150 H, tetapi oleh ibunya dia dibesarkan di Makkah.
Seorang sejarawan, Taqi al-Din al-Fasi al-Makki (775-832 H/1373-1428 M), seperti dikutip oleh Azyumardi Azra menyatakan madrasah-madrasah di Makkah adalah :
1)     Madrasah ‘Ursufiyah didirikan pada tahun 571 H/1175 M oleh Abdullah  Muhammad al-‘Ursufi (wafat 595 H/1196 M) didekat umroh bagian selatan masjid al-Haram.
2)     Ribath ( lembaga pendidikan untuk para sufi/ahli tasawuf), yang merupakan pengembangan dari madrasah ‘Ursufiyah, yang kemudian disebut dengan Ribath Ruqaibah (Abi Qutaibah).
3)     Ribath al-Muwaffaq yang terletak di sisi barat daya atau dekat pintu Ibrahim, masjid al-Haram.
4)     Madrasah Muzhafariyah, terletak disebelah selatan masjid al-Haram.
5)     Madrasah Qoi’it Bey, madrasah megah yang dijumpai di Makkah didirikan oleh Sultan Mamluk, yang mempunyai ruangan besar untuk kuliah umum, 72 ruangan kelas untuk guru dan murid, dan empat perpustakaan untuk masing-masing mazhab Sunni.
6)     Madrasah al-Syarif al-Ajlan, yang dibangun oleh penguasa atau dermawan non-Hijazi, Ajlan Abu Syari’ah (744-1344 M)
7)     Madrasah-madrasah yang didirikan oleh penguasa-penguasa Utsmani sebanyak 5 madrasah, 4 dibangun oleh Sultan Sulaiman al-Qonuni dan 1 dibangun oleh Sultan Murad.
8)     Madrasah-madrasah yang didirikan oleh pejabat tinggi Abasiyah sebanyak 4 madrasah.
9)     Madrasah-madrasah yang didirikan oleh penguasa Mesir termasuk Mamluk dan penguasa Yaman, masing-masing mendidirikan 3 madrasah.
10)  Madrasah yang didirikan oleh muslim India sebanyak 2 madrasah.[14]
Jumlah madrasah yang cukup banyak di Makkah tersebut tidak dapat bertahan lama. Madrasah Qo’it Bey yang megah ahirnya dijual dan dijadikan asrama  jamaah haji Mesir. Namun pada pertengahan  abad ke 19 Hasyib Psya mengembalikan komplek bangunan Qo’it Bey ini pada fungsi semula, yaitu sebagai madrasah.
Madrasah di Makkah cukup rapuh dari segi keuangan, karena hampir semua tergantung pada wakaf yang kebanyakan diberikan oleh penguasa dan dermawan non-Hijazi.

2.           Madrasah-madrasah di Madinah
Pelacakan mengenai sejarah madrasah-madrasah di Madinah lebih sulit dibanding dengan madrasah-madrasah di Makkah. Sumber-sumber yang berkenaan dengan sejarah Madinah kebanyakan bungkam tentang hal ini.
Berikut ini adalah beberapa madrasah yang ada di Madinah :
1)    Madrasah Ali Hijaz atau madrasah Ali Madinah yang didirikan oleh tokoh madzhab Sunni Malik Ibnu Anas Ashbahi (95-179 H)
2)    Sultan Giyats al-Din membangun madrasah lengkap dengan ribathnya di Madinah pada tahun 814 H/1411 M. Namun sayang nama madrasahnya tidak disebut.
3)    Madrasah Jaubaniyah didirikan pada tahun 724 H/ 1323 M oleh Jauban Ata Bek, penguasa Mamluk di wilayah antara Dar al-Syibak dan al-Husna al-Atiq.
4)    Madrasah Asyrafyah,  yang didirikan oleh penguasa Mamluk secara kolektif.
5)    Madrasah al-Basithiyah didirikan oleh Zayni Abaq al-Basith
6)    Madrasah al-Zamaniyah dibangun oleh Syams al-Din al-Zaman
7)    Madrasah al-Sanjariyah, terletak dekat bab al-Nisa
8)    Madrasah al-Syahabiyah diwakafkan al-Muzaffar al-Gazzi
9)    Madrasah al-Mazhariyah didirikan oleh Zaini Katib.[15] 
10) Madrasah al-Hamdiyah, madrasah yang dibangun oleh penguasa Utsmani.

3.  Sebab-sebab minimnya  madrasah di Makkah dan Madinah.
Informasi tentang madrasah terdapat dukungan banyak dari literatur. Namun sayang para sejarawan tidak cukup tertarik berbicara madrasah di Makkah dan Madinah. Hal ini mengakibatkan pelacakan informasi tentang permasalahan tersebut kurang lengkap. Namun demikian data-data teoritis dari para sejarawan cukup memberikan spirit untuk melacak lebih lanjut madrash-madrasah di Makkah dan Madinah.
Secara kuantitatif madrash-madrasah di Makkah cukup banyak bila dibanding dengan madrah-madrasah di Madinah, walau di Makkah juga ada masjid al-Haram, namun hal ini bukan manjadi penyebab tidak munculnya madrasah-madrasah di Makkah.
Pada kenyataanya para pendiri madarasah di Makkah adalah para darmawan dan para penguasa non-Hijazi. Sedangkan di Madinah eksistensi masjid Nabawi masih sangat karismatik untuk mengadakan aktifitas pembelajaran.
Masjid bahkan merupakan tempat yang multi guna, selain fungsi utamanya untuk ibadah, masyarakat muslim pada masa-masa awal telah telah memperluas fungsi masjid, mereka menjadikan masjid sebagai tempat untuk ibadah, lembaga pengajaran, rumah pengadilan, aula pertemuan bagi tentara dan rumah penyambutan bagi para duta.[16]
Selain dari itu, unsur politik juga mempengaruhi suburnya keberadaan madrasah di Makkah dan Madinah. Di Makkah pada umumnya penganut faham wahabi dan di Madinah mayoritas penganut faham Sunni, sehingga keberadaan lembaga pendidikan islam di dua tempat tersebut sangat tergantung kepada faham penganut masing-masing tempat.
Inilah barangkali yang menyebabkan suramnya kemunculan madrasah-madrasah di Madinah, di samping para sejarawan tidak banyak memberikan informasi tentang hal itu.
D.    Penutup
Madrasah adalah salah satu bentuk institusi (lembaga) pendidikan formal dalam Islam, dan madrasah merupakan perkembangan dari masjid. Kondisi/eksistensi madrasah di Makkah ataupun di Madinah tidak seperti madrasah-madrasah yang ada di Indonesia, hal ini dikarenakan adanya masjid al-Haram dan masjid Nabawi sebagai sentral aktifitas pendidikan dan pusat pengkajian ilmu-ilmu Islam.
Madrasah-madrasah di Makkah hampir seluruhnya dibangun oleh penguasa-penguasa atau darmawan non-Hijazi, tapi madrasah-madrasah tersebut tidak bertahan lama karena cukup rapuh dari segi keuangan dan tergantung pada wakaf yang diberikan oleh penguasa dan dermawan non-Hijazi. Bererapa madrasah di Makkah dan Madinah telah kami sebutkan dalam uraian diatas, tapi madrasah di Madinah jumlahnya relatif kecil dibanding dengan madarah-madrasah yang ada di Makkah.



[1] Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam (Tarikh al-Tarbiyyah al-Islamiyyah) 1973  h. 106.
[2] Maksum Mukhtar, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya, 2011 h.79.
[3]  Eneng Muslihah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Diadit Media, 2012) h. 177.
[4] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : Pustaka Agung Harapan, 2006)  h al 528 - 529
[5]  Departemen Agama RI, Op. Cit,  hal. 362
[6]  Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008) hal.  36
[7]  Samsul Nizar, Op. Cit, h. 38-39
[8]  Ibid.,  h.  40
[9]  Ahmad Syalabi, Sejarah pendidikan Islam, terj. Mukhtar Yahya, dkk,(Jakarta : Bulan Bintang , tt,) h.  57.
[10]  Arief Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20 (Pergumulan antara Modernisasi dan Identitas) , (Jakarta, UIN Jakarta Pres : 2009) h. 32-33.
[11]  Devi A. Oktavika, Madrasah dari Masa ke Masa, Republika Ahad, 10 Juni 2012.
[12]  Devi A. Oktavia, Darul Arqam, Republika Ahad, 10 Juni 2012.
[13] Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010),  cet. Ke-2, h. 80-81,
[14]  Azyumardi Azra, Jaringan Ulama: Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, (1995) h.  62
[15]  Abuddin Nata, Op. Cit, h. 85.
[16]Maksum Muhtar, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2001) h.  54.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar