Selasa, 30 November 2010

pemilihan ketua OSIS MTsN Ciruas masa bhakti 2010-2011

















Siswa/siswi MTTsN Ciruas sedang menunggu antrian untuk memberikan hak suaranya pada pemilihan ketua OSIS masa bhakti 2010/2011


                   












Petugas sedang memberikan kartu kah suara kepada calon pemilih













Suasana dalam kobong siswa sedang melakukan pencoblosan












Salah satu siswa sedang memasukan kartu hak suaranya kedalam kotak suara














Salah satu siswa sedang mencelupkan jari tangannya kedalam bak tinta sebagai bukti setelah melakukan pencoblosan

“PEMANFAATAN BIJI KELOR SEBAGAI PENJERNIHAN AIR YANG KERUH”


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Di Indonesia pada umumnya air merupakan salah satu sumber bahan baku air bersih yang banyak dipakai, karena ketersediannya yang melimpah ruah. Dalam penyediaan air bersih khususnya air minum, selain kuantitas dan kontinuitasnya, kualitasnyapun harus memenuhi standar  yang berlaku. Air minum yang ideal harus mempunyai karakteristik seperti jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, tidak mengandung kuman pathogen dan segala mahluk hidup yang membahayakan kesehatan manusia, tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak meninggalkan endapan pada seluruh tubuh jaringan distribusinya, tidak korodif dan lain-lain. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air. (Soemirat: 2000).
Air juga adalah salah satu kekayaan alam yang mutlak dibutuhkan oleh makhluk hidup guna menopang kelangsungan hidupnya dan memelihara kesehatannya. Air yang mengisi lebih dari dua pertiga bagian dari seluruh permukaan bumi, memberi tempat hidup yang 300 kali lebih luas dari pada daratan, akan tetapi sebagian besar dari air tersebut tidak dapat langsung digunakan untuk kepentingan mahluk hidup. Hanya 1% yang merupakan air manfaat yang dapat dipergunakan sebagai air bersih, untuk menjadi air bersih / air minum harus mengalami suatu teknologi.
Teknologi yang diterapkan mulai dari pengambilan air baku, pengolahan air untuk menjadi air bersih yang sangat tergantung kualitas sumber air baku, kemudian melaui system distribusi melalui perpipaan ke area pelayanan.
Pengolahan air dilakukan pada air baku yang pada hakekatnya tidak memenuhi standar kualitas air minum/bersih yang berlaku, sehingga unsur-unsur yang tidak memenuhi standar perlu dihilangkan ataupun dikurangi, agar seluruh air memenuhi standar yang berlaku. Hal ini dilaksanakan dengan pengolahan air. teknologi untuk pengolahan air yang sangat tergantung dari sumber air baku dengan kualitas air yang bermacam-macam untuk dapat diolah.
Pusat-pusat pengolahan air perkotaan atau municipal water treatment dengan skala besar mengolah air dengan cara menambahkan senyawa kimia penggumpal (coagulants) ke dalam air kotor yang akan diolah. Dengan cara tersebut partikel-partikel yang berada di dalam air akan menjadi suatu gumpalan yang lebih besar lalu me- ngendap. Baru kemudian air di bagian atas yang bersih dipisahkan untuk digunakan keperluan sehari-hari. Namun demikian, zat kimia penggumpal yang baik tidak mudah dijumpai di berbagai daerah terpencil. Andaipun ada pasti harganya tidak terjangkau oleh masyarakat setempat.
Salah satu alternatif yang tersedia secara lokal adalah penggunaan koagulan alami dari tanaman yang barangkali dapat diperoleh di sekitar kita. Penelitian dari The Environmental Engineering Group di Universitas Leicester, Inggris, telah lama mempelajari potensi penggunaan berbagai koagulan alami dalam proses pengolahan air skala kecil, menengah, dan besar. Penelitian mereka dipusatkan terhadap potensi koagulan dari tepung biji tanaman Moringa oleifera. Tanaman tersebut banyak tumbuh di India bagian utara, tetapi sekarang sudah menyebar ke mana-mana ke seluruh kawasan tropis, termasuk Indonesia. Di Indonesia tanaman tersebut dikenal sebagai tanaman kelor dengan daun yang kecil-kecil.
Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air minum, memasak , mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Cara penjernihan air perlu diketahui karena semakin banyak sumber air yang tercemar limbah rumah tangga maupun limbah industri.
Cara penjernihan air baik secara alami maupun kimiawi akan diuraikan dalam bab selanjutnya. Salah satu yang akan kami lakukan dalam pengujian eksperimen ini adalah menggunakan biji kelor sebagai bahan baku untuk menjernihkan air yang keruh yang mana air tersebut kami lakukan penelitian di daerah pontang tepatnya di Desa Begog
Akan tetapi hal inilah yang menjadi kendala kami di Desa Begog Kecamatan Pontang kami melihat mereka menggunakan air yang sangat kotor yang mengalir di sungai pinggiran jalan raya untuk kebutuhan sehari-hari mereka menggunakan air tersebut untuk melangsungkan kehidupannya
Melihat fenomena tersebut peneliti tertuju di Desa Begog Kecamatan pontang Kabupaten serang Propinsi Banten sebab daerah tersebut masyarakat notabenenya mengunakan air yang keruh yang dijadikan bahan konsumsi untuk kebutuhan sehari-hari misalkan mereka pakai untuk minum dan MCK.
Selanjutnya kami selaku siswa/siswi MTsN Ciruas yang berasal dari pontang merasa terpanggil untuk mencoba memberi masukan berdasarkan pengetahuan kami dari sekolah yaitu memanfaatkan sumberdaya alam yang mudah di dapat oleh masyarakat yaitu sebuah tema yang kami angkat adalah “Pemanfaatan Biji Kelor Sebagai Penjernihan Air yang Keruh”.
B.  Perumusan Masalah
Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah diatas, perumusan masalah adalah “upaya untuk menyatakan secara tersurat pernyataan-pernyataan apa saja yang kita cari jawabannya”, atau dengan kata lain perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti. Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
  1. Bagaimanakah cara menjernihakan air keruh melalui biji kelor di Desa Begog Kecamatan Pontang ?
  2.  Bagaimanakah hasilnya dari dari penjernihan air melalui biji kelor di Desa Begog Kecamatan Pontang?
C.  Tujuan Penelitian
Menyinggung perumusan masalah yang dikemukakan diatas, pelurusan dari pemanfaatan biji kelor terhadap penjernihan air keruh. Beranjak dari hal diatas maka penelitian ini bertujuan untuk:
  1. Menjernihkan air keruh melalui biji kelor di Desa Begog kecamatan Pontang
  2. Melihat hasilnya setelah melakukan penjernihan air melalui biji kelor di Desa Begog kecamatan Pontang








BAB II
LANDASAN TEORITIS

A.  Biji Kelor (moringa oliefera)
Kelor (moringa oliefera) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketingginan batang 7 -11 meter. Di jawa, Kelor sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar karena berkhasiat untuk obat-obatan. Pohon Kelor tidak terlalu besar. Batang kayunya getas (mudah patah) dan cabangnya jarang tetapi mempunyai akar yang kuat. Batang pokoknya berwarna kelabu. Daunnya berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai. Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di atas permukaan laut. Bunganya berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang (Jawa). Buahnya pula berbentuk kekacang panjang berwarna hijau dan keras serta berukuran 120 cm panjang. Sedang getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa) Lihat gambar dibawah ini.





                                           Gambar: 01. Daun Kelor (Moringa oleifera)
Budidaya tanaman Moringa atau kelor memerlukan pemeliharaan yang sangat minimal dan dapat tahan pada musim kering yang panjang. Cepat tumbuh sampai ketinggian 4-10 meter, berbunga, dan menghasilkan buah hanya dalam waktu 1 tahun sejak ditanam. Tanaman tersebut tumbuh cepat baik dari biji maupun dari stek, bahkan bila ia ditanam di lahan yang gersang yang tidak subur. Sehingga baik bila dikembangkan di lahan-lahan kritis yang mengalami musim kekeringan yang panjang.
B.  Konsep Dasar Tentang Air
            Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi.
            Dalam kamus besar bahasa Indonesia Air adalah cairan jernih yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau yang terdapat dan diperlukan dikehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan yang secara kimiawi mengandung hydrogen dan oksigen.
            Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Pengaturan air yang kurang baik menyebabkan kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik. Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O; suatu molekul air tersusun atas dua atom hydrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.  Desain Penelitian
Desain penelitian menurut Mc Millan dalam Ibnu Hadjar (1999:102) adalah rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian.
Sesuai dengan pokok masalah dan tujuan yang telah dirumuskan dalam latar belakang di atas maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode secara eksperimen yaitu merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti didalam melakukan kontrol terhadap kondisi. Dalam pengertian lain, penelitian eksperimen adalah penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok eksperimen, kepada tiap kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu dengan kondisi-kondisi yang dapat di kontrol.
Dalam penelitian ini kami merancang sebagaimana kami lakukan untuk menemukan hasil yang kami peroleh melalui beberapa tahapan dalam pelaksanaan percobaan yang kami lakukan misalnya peneliti pertama mencari biji kelor sebagai bahan baku dalam penelitian ini kemudian mengambil air yang keruh ditempatkan pada gelas kimia selanjutnya kami melakukan percobaan dengan hasil air yang semula keruh sedikit menjadi bening

B.     Tempat dan Waktu Penelitian
  1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di Desa Begog Kecamatan Pontang Kabupaten Serang  Propinsi Banten
  1. Waktu
Adapun penelitian ini dilakukan secara singkat sekali karena tidak merlukan waktu cukup yang lama hanya saja beberapa jam saja kurang lebih 2 jam kami membuktikannya pada hari selasa tgl 20 Oktober 2010.  Karena hal ini untuk membuktikan saja apakah air keruh bisa menjadi jernih setelah ditumbuk dengan biji kelor.

















BAB IV
PEMBAHASAN

A.    Biji Kelor Sebagai Penjernih Air Sungai
Penjernihan air dengan biji kelor (Moringa Oleifera) dapat dikatakan penjernihan air dengan bahan kimia, karena tumbukan halus biji kelor dapat menyebabkan terjadinya gumpalan (koagulan) pada kotoran yang terkandung dalam air.
Cara penjernihan ini sangat mudah dan dapat digunakan di daerah pedesaan yang banyak tumbuh pohon kelor. Bentuk daun, bunga, dan buah kelor dapat dilihat pada gambar dibawah ini:



                         
                                 Gambar: 02. daun, bungan dan buah kelor
Proses pembersihan tersebut menurut hasil penelitian yang telah dilaporkan mampu memproduksi bakteri secara luar biasa, yaitu sebanyak 90-99,9% yang melekat pada partikel- partikel padat, sekaligus menjernihkan air, yang relatif aman (untuk kondisi serba keterbatasan) serta dapat digunakan sebagai air minum masyarakat setempat.
Namun demikian, beberapa mikroba patogen masih ada peluang tetap berada di dalam air yang tidak sempat terendapkan, khususnya bila air awalnya telah tercemar secara berat. Idealnya bagi kebutuhan air minum yang pantas, pemurnian lebih lanjut masih perlu dilakukan, baik dengan cara memasak atau dengan penyaringan dengan cara filtrasi pasir yang sederhana.
B.  Cara Penjernihan Air Keruh Melalui Biji Kelor
Biji kelor dibiarkan sampai matang atau tua di pohon dan baru dipanen setelah kering. Sayap bijinya yang ringan serta kulit bijinya mudah dipisahkan sehingga meninggalkan biji yang putih. Bila terlalu kering di pohon, polong biji akan pecah dan bijinya dapat melayang “terbang” ke mana-mana. Lihat gambar dibawah ini.







                                   
        Gambar: 03. Biji Kelor
Biji tak berkulit tersebut kemudian dihancurkan dan ditumbuk sampai halus sehingga dapat dihasilkan bubuk biji Moringa. Jumlah bubuk biji moringa atau kelor yang diperlukan untuk pembersihan air bagi keperluan rumah tangga sangat tergantung pada seberapa jauh kotoran yang terdapat di dalamnya. Untuk menangani air sebanyak 20 liter (1 jeriken), diperlukan jumlah bubuk biji kelor 2 gram atau kira-kira 2 sendok teh (5 ml).
Tambahkan sedikit air bersih ke dalam bubuk biji sehingga menjadi pasta. Letakkan pasta tersebut ke dalam botol yang bersih dan tambahkan ke dalamnya satu cup (200 ml) lagi air bersih, lalu kocok selama lima menit hingga campur sempurna. Dengan cara tersebut, terjadilah proses aktivitasi senyawa kimia yang terdapat dalam bubuk biji kelor.
Saringlah larutan yang telah tercampur dengan koagulan biji kelor tersebut melalui kain kasa dan filtratnya dimasukkan ke dalam air 20 liter (jeriken) yang telah disiapkan sebelumnya, dan kemudian diaduk secara pelan-pelan selama 10-15 menit.
Selama pengadukan, butiran biji yang telah dilarutkan akan mengikat dan menggumpalkan partikel-partikel padatan dalam air beserta mikroba dan kuman-kuman penyakit yang terdapat di dalamnya sehingga membentuk gumpalan yang lebih besar yang akan mudah tenggelam mengendap ke dasar air. Setelah satu jam, air bersihnya dapat diisap keluar untuk keperluan keluarga. Adapaun cara dalam penjernihan air melalui biji kleor dapat kita persempit yaitu sebagai berikut:
      1.      Kupas biji kelor dan bersihkan kulitnya.
      2.      Biji yang sudah bersih dibungkus dengan kain, kemudian ditumbuk sampai halus betul. Penumbukan yang kurang halus dapat menyebabkan kurang
sempurnanya proses penggumpalan.
      3.      Campur tumbukkan biji kelor dengan air keruh dengan perbandingan 1 biji : 1 lt air keruh.
      4.      Campur tumbukkan biji kelor dengan sedikit air sampai berbentuk pasta.
Masukkan pasta biji kelor ke dalam air kemudian diaduk.
      5.      Aduklah secara cepat 30 detik, dengan kecepatan 55-60 putaran/menit.
      6.      Kemudian aduk lagi secara berlahan dan beraturan selama 5 menit dengan kecepatan 15-20 putaran/menit.
      7.      Setelah dilakukan pengadukan, air diendapkan selama 1-2 jam. Makin lama waktu pengendapan makin jernih air yang diperoleh.
      8.      Pisahkan air yang jernih dari endapan. Pemisahan harus dilakukan dengan hati-hati agar endapan tidak naik lagi.
Pada dasar bak pengendapan diberi kran yang dapat dibuka, sehingga endapan dapat dikeluarkan bersama-sama dengan air kotor. Lihat pada gambar dibawah ini















                               Gambar : 04. proses penjernihan air keruh melalui biji kleor
C.  Manfaat dan kerugian Penjernihan Air Keruh Melalui Biji Kelor
Setiap apa yang kita lakukan akan berakibatr dari hasil yang kita peroleh apakah itu manfaatnya bahkan kerugian yang akan kita alami. Ada beberapa beberapa manfat dari penjernihan air melalui biji kelor  diantaranya:
1.      Caranya sangat mudah
2.      Tidak berbahaya bagi kesehatan
3.      Dapat menjernihkan air yang keruh (keputih-putihan, kekuning-kuningan atau ke abu-abuan)
4.      Kualitas air lebih baik :
a.       Kuman berkurang
b.      Zat organik berkurang sehingga pencemaran kembali berkurang
Adapun kerugian dari penjernihan air melalui biji kelor dapat kita rasakan adalah sebagai berikut:
a.       Kelor tidak terdapat disemua daerah
b.      Air hasil penjernihan dengan kelor harus segera digunakan dan tidak dapat disimpan untuk hari berikutnya.
c.       Penjernihan dengan cara ini hanya untuk skala kecil.




BAB V
PENUTUP


A.  Kesimpulan
            Berdasarkan  analisa dan eksperimen kami dalam pembahasan yang telah kami lakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.      Air merupakan sumber kehidupan setiap mahluk tetapi kalu air yang keruh bukan saja untuk kita konsumsi bahkan akan menjadi penyakit, dengan ini kami mencoba melakukan eksperimen terhadap air yang keruh agar menjadi air yang jernih. Air yang semula keruh dan berwarna kecokelatan akan menjadi bening setelah melakukan pengujian bebrapa saat kemudian air tersebut menjadi bersih sehingga  kotorannya yang mengendap dibawah dasar air, maka dengan melakukan eksperimen tadi kami dapat menjadikan air tersebut untuk bisa dikonsumsi atau yang lainnya.
  1. Disamping manfaat yang kami lakukan eksperimen disamping itu juga kami menemukan kendala-kendala aatu akibat yang timbul dari penjernihan melalui biji kelor misalnya air hasil penjernihan dengan biji kelor harus segera digunakan dan tidak dapat disimpan untuk hari berikutnya. Penjernihan dengan cara ini hanya untuk skala yang kecil.
B.  Saran-Saran
            Saran-saran yang dapat kami ajukan berdasarkan eksperimen hasil penelitian kami sebagai berikut:
  1. Gunakan air yang sehat dan menyehatkan sebagai sumber kelangsungan hidup. Apabila air tersebut keruh dan berwarna kecoklet-cokletan maka lakukan dengan penjernihan air melalui biji kelor yang mudah di dapat.
  2.  Dalam melakukan eksperimen ini  harus menggunakan waktu yang cukup lama bukan waktu yang sempit agar penelitian ini terarah secara sistematis, dan  dapat dipertanggungjawabkan secara validitas lebih-lebih bermanfaat untuk orang banyak













.
DAFTAR PUSTAKA

FG Winarno, Senior scientist M-Brio Biotekindo, Guru Besar Bioteknologi Unika Atma Jaya, Biji Kelor Untuk Bersihkan Air Sungai, Kompas,   http://www.ampl.or.id/wawasan/wawasan-isi-pustaka.php?kode=21
Iptek – Apji, Penjernihan Air Dengan Biji Kelor (Moringa Oleifera) http://iptek.apjii.or.id/pengelolaan%20air%20&%20sanitasi/PIWP/penjernihan_air_biji_kelor.html
IPTEKnet, 2005, TANAMAN OBAT INDONESIA, Kelor (Moringa oleifera, Lamk.), http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=144
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional. Balai Pustaka. Edisi Ketiga
PUSKIM, Instalasi Pengolahan Air (IPA) dengan Biji Kelor dan Pohon Kelor http://www.kimpraswil.go.id/balitbang/puskim/protek_kim/ttg_kim_270701/ttg_kim_ispadbk.htm
Wikipedia, Appropriate Technology, http://en.wikipedia.org/wiki/Appropriate_technology










Senin, 29 November 2010

AEP SAEPUL ANWAR, S.Pd.I http://aepthea.blogspot.com Siswa/siswi MTsN Ciruas Belajar Demokrasi Melalui Pemilihan Ketua OSIS Tahun 2010


Siswa/siswi MTsN Ciruas Belajar Demokrasi Melalui Pemilihan
Ketua OSIS Tahun 2010
Pemilihan ketua OSIS di Madrasah Tsanawiyah Negeri  (MTsN) Ciruas, oleh Majlis Permusyawaratan Kelas (MPK) merupakan lembaga tertinggi dalam wadah kegiatan OSIS naungan MTsN Ciruas yang dibawahi oleh Pembina OSIS dan Wakaur Kesiwaan, diminta pemilihan kali ini dalam rapat pertanggungjawaban ketua OSIS hari rabu yang lalu melalui MPK agar dilaksanakan seperti PEMILU. Alasannya  adalah, agar pemilihan ketua OSIS sekaligus menjadi wahana pembelajaran demokrasi bagi siswa/siswi MTsN Ciruas. Gagasan ini disambut baik  oleh Pembina OSIS dan juga MPK sebagai penyelenggara kegiatan.
Acara dimulai dengan pemiliahan Balon (Bakal Calon) ketua OSIS oleh MPK dilanjutkan dengan pemilihan calon ketua OSIS yang saat ini calon ketua OSIS MTsN Ciruas masa bhakti 2010/2011 ditetapkan berjumlah 6 orang dengan berbagai macam visi dan misi yang berbeda, mereka berkampanye dimulai pada hari senin dengan kampanye bersama didepan ratusan siswa/siswi MTsN Ciruas bahkan di depan guru-guru serta karyawan TU MTsN Ciruas untuk meyakinkan mereka agar  untuk memilihnya sebagai ketua OSIS, setelah itu  dilanjutkan dengan kampanye masing-masing calon sesuai dengan waktu  di  lokasi yang berbeda  dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya
Sepanjang kampanye ini, audien diberi kesempatan untuk bertanya dan mendebat kandidat bagaimana anda ketika menjadi ketua OSIS apa yang anda pertama kali kerjakan itulah bentuk pertanyaan yang mereka lontarkan kepada calon ketua OSIS ketika berkampanye di kelas.
Tepat pada hari jum`at tanggal 26 Nopember 2010 adalah merupakan hari tenang untuk para calon ketua OSIS, mereka tidak diperbolehkan melakukan kampanye, mereka bersiap-siap untuk dipilih oleh siswa/siswi MTsN Ciruas sebagai ketua OSIS yang baru masa bhakti 2010/2011
Mengapa pemilihan ketua OSIS kali ini harus sesuai mekanisme pemilihan umum ?layaknya pemilihan kepala daerah, pilgub, Anggota MPR/DPR  bahkan pemilihan langsung presiden. Maka dari itu, MTsN Ciruas memulai pemilihan ketua OSIS yang layaknya seperti pemilihan umum biasanya,  karena mereka belum memiliki hak pilih dalam pemilu, mereka telah berlatih untuk belajar berdemokrasi, menentukan pilihan yang sesuai dengan hati nurani masing-masing untuk tahun-tahun yang akan mendatang jika mereka sudah memiliki hak sebagai pemilih agar tidak salah pilih.
Setelah melewati serangkaian acara itu, tiba saatnya hari senin tanggal 29 Nopember 2010, siswa/siswi MTsN Ciruas secara bersamaan berkumpul dilapangan upacara untuk memilih calon ketua OSIS sesuai dengan pilihannya secara LUBER (Langsung Bebas dan Rahasia). Pemilih diminta untuk mencoblos nama/nomor dari kandidat pilihan mereka dan memasukkannya ke kotak suara pilihan untuk kemudian dihitung dengan disaksikan oleh para saksi dari tiap-tiap calon ketua OSIS.










1. Pengambilan kartu suara                                         2.  Suasana Pencoblosan dalam kobong











3.  memasukan kartu suara                                 4.  Pencelupan tinta sebagai bukti sudah  siswa sudah memberikan hak suara


sanggar kaligrafi Islam


Sanggar Kaligrafi Al-Qur`an (SAKAL)


Flowchart: Terminator: I. PENDAHULUAN





1.  “Seni Kaligrafi Islam”
            Seni kaligrafi Arab (Al-Fan, Al-Khot, Al-Arabi) adalah salah satu dari sekian banyak khasanah seni Islam yang penting, berbeda dengan seni Islam yang lain, nilai estetika yang ditampilkan seni Kaligrafi Al-Qur`an doperioritaskan pada keindahan penulisan (Jamaal Al-Kitabah) dengan bingkai ornamentasi yang menawan. Di antara seni Islam yang lain, Klaigrafi Al-Qur`an merupakan seni tertua, kesimpulan ini di dasarkan pada kelahiran dan awal perkembangannya. Di mulai ketika ditulisnya mushaf-mushaf (lembaran) ayat Al-Qur`an pada tulang belulang, kayu, kulit dan sebagainya. Pada saat inilah seni Kaligrafi Al-Qur`an berkiprah “Membingkai” wahyu Illahi, hingga lambat laun terjawantah dalam kristalisasi kaidah serta sirtilasi visual dari awal perkembangannya sampai sekarang.
            Dalam perkembangannya melalui tangan-tangan kretaif para kaligrafer, kaligrafi Arab mengalami perkembangan, sebut misalnya: Mustafa Raqim, Ibnu Muqlah, Yaqut Al-Mustasimin, Hamid Al-Midi, Hasyim Muhammad Al-Bagdadi, selanjutnya mereka dijuluki ”Master” yang dianggap telah mempormulasikan serta mewariskan rumus-rumus kaidah yang dianut oleh generasi selanjutnya samapai sekarang. Berkat jasa mereka Kaligrafi Arab memiliki bentuk yang begitu indah tanpa berkelit dari kaidah yang telah baku.


2.  “Peranan Seni Kaligrafi Al-Qur`an Dalam Kebudayaan Islam”
            Selain beberapa sebagai representasi bentuk fisik “Wahyu Illahi”  berupa naskah Al-Qur`an sering kali kaligrafi dijadikan penghias tata ruang (Dekorasi) interior maupun eksterior. Sudah menjadi kelajiman bahwa seni Ksligrafi Al-Qur`an menjadi bagian penting pada desain  tata ruang dalam seni arsitektur Islam. Hal ini dapat kita saksikan dari sekian banyak peninggalan sejarah Islam  dari abad VI hingga sekarang, baik berupa Istana, Masjid Makam Tokoh-TokohbIslam serta bangunan-bangunan monumental lainnya. Demikian pula halnya yang terjadi di Indonesia dengan dibuatnya karya-karya monumental Kaligrafi seperti: Mushaf Istiqlal, Mushaf Sundawi, Mushaf Betawi, serta Dekorasi Masjid Raya Banda Aceh, Masjid Al-Azhar di Kebayoran Baru, Masjid Agung Baiturrohim (Gorontalo), Masjid Attien (Jakarta) dan lain-lain,
            Tampilnya Klaigrafi penghias di berbagai bentuk dimaksudkan agar kaligrafi menjalankan fungsi ganda, yaitu:
*      Pertama untuk mengintensifkan penyampaian wahyu Illahi sebagimana maksud diturunkannya Al-Qur`an sebagai tuntunan yang harus dipedomani oleh setiap Muslim. Dengan demikian melestarikan Kaligrafi berarti menjadi otentitsas, orsinilitas dan kemurnian Al-Qur`an.
*      Kedua untuk memberikan sentuhan estetik Islam terhadap benda atau bangunan fisik, terutama tempat ibadah, sebagai pengejawantahan pesan  Nabi: “Allah itu indah dan mencintain keindahan”  

PENGARUH SERTIFIKASI TERHADAP KINERJA GURU


A.    Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah[1]. Guru profesional harus memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV), menguasai kompetensi (pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian), memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Guru merupakan suatu profesi yang artinya suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini mestinya tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan walaupun kenyataannya masih terdapat dilakukan orang di luar kependidikan.[2]
1
 
Guru juga mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional tersebut dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Lebih lanjut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru tersebut mendefinisikan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Guru sebagai pendidik profesioanl mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau tauladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru sehari-hari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian masyarakat luas[3]
Keutamaan seorang pendidik (guru) disebabkan oleh tugas mulia yang diembannya. Tugas yang diemban oleh seorang guru sama dengan tugas seorang Rasul.[4] Dari pandangan itu dipahami, bahwa tugas pendidik sebagai”warasat al-anbiya” yang pada hakikatnya mengemban misi rahmat li al-`alamin, yakni suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah, guna memperoleh keselamatan dunia dan akhirat, kemudian misi ini dikembangkan oleh kepada pembentukan kepribadian yang berjiwa tauhid, kreatif, beramal saleh dan bermoral tinggi.
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Keberhasilan pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya.[5]
Dalam pengertian di atas mengajar menyampaikan pengetahuan kepada siswa atau murid, maka pengajaran dipandang sebagai  upaya mempersiapkan siswa untuk hidup dimasa yang akan datang; pengajaran juga merupakan penyampaian pengetahuan dari guru kepada siswa, tujuan pengajaran adalah penguasaan pengetahuan oleh siswa; guru dianggap sebagai sumber utama belajar; murid diposisikan sebagai penerima pesan, informasi dan pengetahuan dan pengajaran hanya berlangsung di ruangan kelas.
Mengajar dipandang sebagai membimbing murid atau siswa adalah berkaitan dengan peran guru yang lebih kepada moderator dalam kegiatan belajar mengajar, dan yang dituntut aktif melakukan aktivitas belajar adalah siswa untuk melakukan kegiatan dan pengalaman belajar dan memperoleh kecakapan hidup dalam kegiatan pembelajaran dengan menggali dan mencari informasi sendiri, berdiskusi, mengunjungi sumber belajar selain guru dan sebagainya.

Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan pembelajaran siswa dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika siswa berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan siswa disini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya siswa tidak belajar, karena siswa tidak merasakan perubahan di dalam dirinya. Padahal belajar hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk belajar. Misalnya perubahan fisik, mabuk, gila dan sebagainya.[6]
Siswa adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Di sekolah, gurulah yang berkewajiban untuk mendidiknya. Di ruang kelas guru akan berhadapan dengan sejumlah siswa dengan latar belakang kehidupan yang berlainan. Status sosial mereka, ada berjenis kelamin laki-laki dan ada yang berjenis kelamin perempuan. Postur tubuh mereka ada yang tinggi, sedang dan ada pula yang rendah. Pendek kata, dari aspek fisik ini selalu ada perbedaan dan persamaan pada setiap siswa.
Jika pada aspek biologis di atas ada persamaan dan perbedaan,  maka pada aspek intelektual juga ada perbedaan. Para ahli sepakat bahwa secara intelektual, siswa selalu menunjukan perbedaan. Hal ini terlihat dari cepatnya tanggapan siswa terhadap rangsangan yang diberikan dalam kegiatan belajar mengajar, dan lambatnya tanggapan siswa terhadap rangsangan yang diberikan guru.
Dari aspek psikologis sudah diakui ada juga perbedaan, di sekolah perilaku siswa selalu menunjukan perbedaan, ada yang pendiam, ada juga yang kreatif, ada yang suka bicara, ada yang tertutup (introver) ada yang terbuka (ekstrover), ada yang pemurung, ada yang periang dan sebagainya.
Siapa pun tidak pernah menyangkal bahwa kegiatan belajar mengajar tidak berproses dalam kehampaan, tetapi dengan penuh makna. Di dalamnya terdapat sejumlah norma untuk ditanamkan kedalam ciri setiap pribadi siswa.
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan siswa. Guru yang mengajar dan siswa yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya.
Semua orang yakin bahwa guru memilki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan siswa untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembanganya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir bahkan pada saat meninggal. Semua itu menunjukan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.
Minat, bakat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh siswa tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan siswa secara individual, karena antara satu siswa dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Guru pula yang memberi dorongan agar siswa berani berbuat benar, dan membiasakan mereka untuk bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya. Gurulah sebagai kunci keberhasilan pembelajaran di sekolah, sehingga  dituntut untuk memilki kesabaran, kreativitas dan profesionalisme.
Berdasarkan deskripsi diatas sertifikasi mendorong untuk meningkatkan kinerja guru dalam mengajar ditunut melakukan profesinya denga penuh penganbdia maka dengan ini   penulis tertarik  mengadakan penelitian dengan Judul : "PENGARUH SERTIFIKASI GURU DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PROFESIONALISME MENGAJAR "( Studi di SMPN 3 Warung Gunung Kab. Lebak).

1.      Perumusan  Masalah
            Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas, maka disusunlah beberapa perumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah sertifikasi guru di SMPN 3 Warung Gunung Kab. Lebak?
2.      Bagaimanakah Kinerja Guru di SMPN 3 Warung Gunung Kab. Lebak?
3.      Adakah terdapat pengaruh sertifikasi dengan kinerja guru di SMPN 3 Warung Gunung Kab. Lebak?

2.       Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dapat penulis rumuskan dari beberapa masalah tersebut diatas adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui sertifikasi guru di SMPN 3 Warung Gunung Kab. Lebak
2.      Untuk mengetahui kinerja guru di SMPN 3 Warung Gunung Kab. Lebak
3.      Untuk mengetahui Pengaruh sertifikasi terhadap knerja guru di SMPN 3 Warung Gunung Kab. Lebak.





E.  Kerangka Pemikiran
Sertifikasi guru adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru atau dosen sebagai tenaga profesional.[7]
Profesionalisme guru dalam mengajar adalah kemampuan menciptakan pembelajaran yang berkualitas karena guru  memiliki peranan yang sangat sentral, baik sebagai perencana, pelaksana, maupun evaluator pembelajaran, terutama dalam memberikan kemudahan pembelajaran kepada siswa secara efektif dan efisien, sehingga membentuk kompetensi siswa sesuai dengan karakteristik individual masing-masing.[8]
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan para ahli pada bab sebelumya, maka profesionalisme guru diukur dengan instrumen yaitu sebagai  perencana, pelaksana, dan evaluator pembelajaran.
Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan siswa untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat kemampuan dan potensi yang dimiliki siswa tidak dapat berkembang optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan guru perlu memperhatikan siswa secara individual, karena antara satu siswa dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar.
Berkaitan dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui serta memahami nilai, norma, moral dan sosial serta berusaha berprilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut.
Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik aktual maupun potensial.
Kegiatan belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai  faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat  kebebasan, rasa aman, dan keterampilan guru berkomunikasi.
Tujuan pengajaran tentu saja saja akan dapat tercapai jika siswa berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan siswa disini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga segi kejiwaan.
Jika guru dalam mengajar di madrasah / sekolah efektif, maka :
a.       Siswa harus memperoleh pemahaman keilmuan yang optimal sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan
b.      Pembelajaran dapat efektif
c.       Siswa mengenal diri mereka sebagai peserta didik yang baik
d.      Terciptanya suasana pembelajaran yang kondusif untuk pertumbuhan perkembangan psikologi siswa
e.       Bertambahnya sumberdaya manusia yang kompeten dan dapat dimanfaatkan.
Keterkaitan guru dalam mengajar mampu merealisir tujuan pendidikan dan lain sebagainya.
Perkembangan psikologi siswa dalam penelitian ini adalah kejiwaan manusia yang berkaitan faktor-faktor kerohanian siswa yang pada umum nya dipandang lebih esensial kaitannya dengan pembelajaran yaitu tingkat kecerdasan/intelegensi, sikap, bakat, emosi, minat, dan motivasi .
Siswa dilihat dari aspek perkembangan psikologi banyak sekali perbedaan yang ditonjolkan oleh masing-masing individu, di sekolah perilaku siswa selalu menunjukan perbedaan, ada yang pendiam, kreatif, suka banyak bicara, ada yang tertutup (introver) dan ada yang terbuka (ekstrover), ada yang pemurung, periang dan sebagainya.

E.  Langkah-langkah Penelitian
            Dalam memaparkan skripsi ini, maka penulis menempuh beberapa langkah untuk mendapatkan data-data demi terlealisasinya pembahasan di atas:
1.  Tekhnik Pengumpulan Data
Untuk mencari dan mengumpulkan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan berbagai macam data dengan tekhnik dan cara yaitu:
a.       Observasi : mengumpulkan data dengan mengadakan peninjauan atau pengamatan langsung di lapangan/lokasi objek  penelitian.
b.      Interview: melakukan wawancara dengan menyusun pernyataan-pernyataan dengan menyiapkan pedoman atau panduan wawancara.
c.       Library research: pengumpulan data dengan cara mencari data atau referensi melalui perpustakaan untuk mengadakan pengkajian yang berhubungan dengan masalah penulis yang akan dibahas.
2.      Tekhnik Pengolahan Data
            Mengolah data berarti menyaring dan mengatur data yang telah diperoleh untuk menghasilkan susunan substansi masalah yang benar setelah terkumpul kemudian penulis menggunakan cara-cara dalam pengolahan data tersebut dan mengaplikasikan permasalahan menurut jenis batasan permasalahan itu sendiri lalu dianalisa secara kuantitatif dengan tidak menyampingkan data secara kualitatif serta merujuk kepada literatur yang berkaitan dengan obyek penelitian. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu metode yang menggambarkan masalah secara sistematis, faktual dan akurat yang mengenai fakta-fakta yang sering terjadi. Adapun alasan penulis menggunakan metode tersebut karena masalah yang sedang diteliti adalah masalah yang ada dan sedang berlangsung pada saat sekarang, dan juga dapat memudahkan penulis dalam menganalisa masalah.
                        Sedangkan tekhnik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:
a.       Library research (Studi Kepustakaan) : cara pengumpulan data dengan cara studi pustaka dengan mengadakan pengkajian yang berhubungan dengan masalah penulis yang akan dibahas
b.      Studi Lapangan
Penelitian yang dilakukan di lokasi penelitian terhadap objek yang akan diteliti dan dijadikan sumber penelitian. Studi lapangan ini dapat dilakukan dengan cara:
1.      Angket
Angket adalah suatu set pertanyaan yang berumusan topik tunggal atau      suatu set topik yang saling berkaitan, dan harus dijawab oleh subjek. [9]
Angket ini diberikan kepada siswa untuk mengetahui pengaruh adanya sertifikasi guru dalam mengajar profesinalisme mengajar di SMPN 3 Warung Gunung Kab. Lebak. Angket tersebut disusun berdasarkan permasalahan yang ditetapkan oleh indikator penelitian disertai alternatif jawabannya.
2.      Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana penelitian mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala subjek yang diteliti, baik pengamatan dilakukan dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi khusus yang diadakan.[10]
Observasi diadakan di SMPN 3 Warung Gunung Kab. Lebak.
3.      Wawancara
Wawancara sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang ingin diteliti.[11]
Wawancara pada penelitian ini dilakukan terhadap Kepala Madrasah, Guru-guru yang sudah bersertifikat pendidik profesional, dan siswa SMPN 3 Warung Gunung Kab. Lebak.

F.  Sistematika Pembahasan
            Untuk memperoleh gambaran skripsi ini, disusun dalam lima Bab, dengan sistematika sebagai berikut:
            Bab I Pendahuluan terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Langkah-langkah Penelitian dan Sistematika Pembahasan.
            Bab II Analisis teoritis tentang sertifikasi guru yang meliputi pengertian sertifikasi guru, tujuan dan hakekat sertifikasi guru, dasar hukum pelakanaan sertifikasi guru dan hak serta kewajiban guru yang bersertifikasi. Analisis Teoritis tentang Profesionalisme guru dalam mengajar yang meliputi pengertian profesionalisme guru, komponen dasar kompetensi guru, hakikat mengajar, dan peranan serta kedudukan guru dan hubungan antara sertifikais guru dengan profesionalisme mengajar.
            Bab III  Metedologi penelitian terdiri dari: Tempat dan Waktu Penelitian, Metode Penelitian, Variabel Penelitian, Populasi dan Sampel, Instrumen Penelitian, Tekhnis Analisis data, dan Hipotesis Penelitian.
Bab IV Analisis Empiris tentang sertifikasi guru dalam pengembangan profesionalisme mengajar terdiri dari: pengaruh sertifikasi guru di SMPN 3 Warung Gunung Kab. Lebak, pengaruh profesionalisme mengajar di SMPN 3 Warung Gunung Kab. Lebak dan Korelasi antara sertifikasi guru dengan  profesionalisme mengajar di SMPN 3 Warung Gunung Kab. Lebak 
Bab V  Penutup terdiri dari: Kesimpulan dan Saran-saran


















DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, dkk. Psikologi Perkembangan, Cet. Ke-2, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.

Al-Ghiffari, Abu, Remaja dan Cinta Memahami Gelora Cinta Remaja dan Menyelamatkannya dari Berhala Cinta, Cet. Ke-9, Bandung: Mujahid Press, 2005.

Badan Narkotika Nasional(BNN), Modul Pelatihan Guru(SD, SMP & SMA)Sebagai Fasilitator Penyuluh Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba,   Jakarta: 2007.


Ashshiddiqi Hasbi,     Al-Qur'an dan Terjemah, Jakarta:Departemen Agama RI, 1984.

Aqib Zainal, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Yrama Widya , 2006



Arifin, H. M, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,, 1989.


__________Ilmu Pendidikan Islam, (Tinjauan teoritis dan praktis berdasarkan pendekatan Interdisipliner), Jakarta: Bumi Aksara, 1989.

Atmodiwirio Soebagio, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta:  PT. Ardadizya Jaya, 2000.


Bahri Djamarahdan Syaiful Drs, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Departemen Agama RI. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-Undang Republik Indonesi Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Depag RI Direktorat Jendral, Pendidikan Islam,2006

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Mulyasa E., Menjadi Guru Profesionalt, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.

_________Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik dan Implementasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.

Nasution S.. Prof. Dr. M.A, Asas- Asas kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 1999.

Nurkancana Wayan, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-4, Jakarta: Kalam Mulia, 2004


Rajasa Sutan, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Karya Utama, 2002.

Sudjana,  Metode Statistik, Bandung: PT. Tarsito, 1996.


Sudjana, Nana, Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 1991.

Sujiono Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Gafindo Persada, 2000.

Syah Muhibin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT.Logos Wacana Ilmu, 1999.

Thabrani, Rusyan., dkk., Kemampuan Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda karya, 1992.

Tanlain Wen, dkk, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta:  Gramedia,  1989.

Usman Uzer M, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,  1991.

Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka setia, 1997.

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,  1985.




OUT LINE
PENGARUH SERTIFIKASI GURU DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN PROFESIONALISME MENGAJAR
(Studi di SMPN 3 Warung Gunung Kab. Lebak)

BAB I PENDAHULUAN
A.          Latar Belakang Masalah
B.           Perumusan Masalah
C.           Tujuan Penelitian
D.          Kerangka Pemikiran
E.           Langkah-langkah Penelitian
F.            Sistematika Pembahasan
BAB II  ANALISIS TEORITIS TENTANG SERTIFIKASI GURU DALAM PENGEMBANGAN  PROFESINALISME MENGAJAR

A.  Sertifikasi Guru
1.      Pengertian Sertifikasi Guru
2.      Tujuan dan Hakekat Sertifikasi Guru
3.      Dasar Hukum Pelaksanaan Sertifikasi Guru
4.      Hak dan Kewajiban Guru yang Bersertifikasi
B.     Profesionalisme Guru dalam Mengajar
1.  Pengertian Profesionalisme Guru
2.  Komponen Dasar Kompetensi Guru
3.  Hakikat Mengajar
4.  Peranan dan Kedudukan Guru
C.     Hubungan Sertifikasi Guru Dengan Profesionalisme Mengajar
BAB III     METEDOLOGI PENELITIAN
A.    Tempat Dan Waktu Penelitian
B.     Metode Penelitian
C.     Populasi dan Sampel
D.    Instrumen Penelitian
E.     Teknis Analisis Data
F.      Hipotesis Penelitian
BAB IV   ANALISIS EMPIRIS TENTANG SERTIFIKASI GURU DALAM   PENGEMBANGAN PROFESIONALISME MENGAJAR
             
A.  Pengaruh  Sertifikasi Guru di SMPN 3 Warung Gunung Kab. Lebak
B.  Pengaruh Profesionalisme Mengajar di SMPN 3 Warung Gunung Kab. Lebak
C.  Korelasi Antara Sertifikasi Guru Dengan  Profesionalisme Mengajar di SMPN 3 Warung Gunung Kab. Lebak
BAB V PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran-Saran
DAFTAR PUSTAKA         


[1] Departemen Agama RI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Thaun 2005 Tentang Guru dan Dosen, h. 2.
[2]Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 1991),
hal. 4
[3]  Soetjipto, Profesi Keguruan , (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 42-43.
[4] Asma Hasan Fahmi,Sejarah dan filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 165.
[5] Ibid, hal. 3
[6] Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit, h. 44.
[7] Depag RI, Op. Cit, h. 3.
[8] E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 14.
[9] Wayan Nurkancana, Evaluasi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hal.46
[10] Sugiyono, Op,Cit, hal.166
[11] Ibid, hal. 157