Senin, 29 November 2010

Teks Syarhil Qur`an(Emansipasi Wanita Dalam Upaya Membangun Keutuhan Bangsa)


Assalamu`alaikum Wr. Wb
Muqodimah
Segenap Dewan Hakim yang kami Hormati
Hadirin yang kami banggakan
            Sejarah menginformasikan sebelum diturunkannya ayat al-Qur`an terdapat sekian banyak peradaban besar yang ikut berbicara tentang harkat, martabat dan derajat kaum wanita. Peradaban Yunani yang terkenal dengan pemikiran filsafatnya mengatakan, wanita yang hidup dikalangan elit mereka tidak disekap dilingkungan istana, sementara dari kalangan menengah kebawah mereka bisa diperjual belikan untuk bisnis perjinahan. Peradaban Romawai mengatkan, bahwa wanita sepenuhnya di bawah laki-laki, dan laki-laki berhak melakukan apa saja terhadap wanita yang dikehendakinya. Sementara pandangan masyarakat Cina mengatakan, hak hidup wanita yang bersuami harus berakhir kematian suaminya, suami harus ikut dibakar dengan dengan istrinya ketika sang suami meninggal dunia.
            Pendek kata hadirin! Semua peradaban tadi memandang, wanita adalah makhluk yang hina, lemah, menjijikan tidak berharga dan tidak bermanfa`at (Not Noking Ofen Nice Menlu Foirsick Religion Six)begitulah ungkapan Prof. Dr. Fitirim Sorokin.
Hadirin berbicara tentang Emansipasi Wanita Dalam Upaya Membangun Keutuha bangsa, tema yang akan kami angkat pada permukaan kali ini dengan landasan suroh al-Mu`minun ayat 13 sebagai berikut:
Saudara sebangsa dan setanah air
            Asbabunnujul ayat tersebut turun berkenaan dengan kaum Quraisy yang merasa dirinya sombong dan gagah, mereka bersenang-senang dan mengobrol dengan riang gembira disekelilingi ka`bah, nnaaamun sayang beribu sayyang mereka tidak melakuan thawaf, karena dirinya merasa menguasai baitullah, hadirin begiutulah ungkapan Ibnu Abi Hatim yang  bersumber dari Said bin Jubair dalam bet Alfiyahnya mengatakan.
            Dalam sebuah kutipan ayat tadi, manusia merupakan makhluk yang hina dan terhina, namun sayyang hadirin secara tidak sadar kita merasa diri kita yang paling benar, paling gagah dengan memiliki pangkat dan jabatan, sementara Allah lebih memandang kepada hati dan amal perbuatan manusia itu sendiri. Sebagaimana Rasul; menegaskan:


“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupamu, harta kekayaanmu, akan tetapi Allah lebih memandang kepada hati dan amal perbuatanmu”.
Dan Hadirin Allah mempertegas dalam suroh Yasin ayat 77 sebagai berikut:
Hadirin yang kami banggakan.
Sebuah fakta membuktikan di jaman modernisasi ini pengaruh dari pada  arus globalisasi  beribu-ribu keping CD ditontonkan, berjuta-juta lagu cinta  didengungkan, hadirin semuanya ini salah satu bukti, wanita itu memilkiki moral yang bejat dan laknat. Akan tetapi Al-Hamdulillah setelah diibarkannya bendera eman sipasi wanita dan munculah tokoh-tokoh wanita sedunia sepeti Raden Ajeng Kartini, margaretha denoparrte dan kebetulan sekali Gubernur Banten Rt. Atut Chosiyah, mereka boleh mendapat pangkat dan jabatan namun ingat-ingat, setelah kembalinya kerumah tangga dari sang ibu kepangkuan sang anak, dari sang istri kepangkuan sang suami, karena mereka memiliki kewajiban untuk mendidik anaknya, anak menjadi hebat, anak menjadi kuat, anak menjadi ta`at, snsk menjadi bijak, bahkan anak menjadi bejat dan laknat, itu 99 % tergantung dri didikan sang ibu terhadap perkembangan anaknya begitulah ungkapan Prof Dr. Supirman  seorang ahli pendidikan Indonesia mengatakan.
            Dari sekarang marilah kita berpegang teguh pada tali Allah, ciptakanlah kasih sayang dan bekerja samalah dalam bahu membahu. Sebagaimana orang bijak mengatakan “ The righ an on the righ place, the righ place of the righ job” bekerjalah sesuia dengan fungsi, posisi dan profesi. Hadirin itulah sebagai kesimpulan dari uiraian tadi. Kurang lebihnya mohon ma`af.
Wassalmu`alaikum Wr. Wb





Tidak ada komentar:

Posting Komentar