Senin, 29 November 2010

BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN


A.    Pengertian Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin medius yang secara hafiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab media adalah perantara (وَسَائِل ) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan[1].
Gerlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal[2].
13
 
Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat-alat, bahan, sarana prasarana belajar  atau wahana fisik yang mengandung
materi intruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar dengan sendirinya.
B. Fungsi dan Macam-macam Media Pembelajaran
Sebagai alat Bantu proses belajar mengajar, diperlukan sekali seorang guru dalam menggunakan medi pembelajaran sebagai sarana yang sangat penting. Maka dengan ini media pembelajaran secara umum berfungsi sebagai berikut :
  1. Media sebagai alat Bantu
Media sebagai alat Bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, karena memang gurulah yang menghendaki untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didiknya. Guru sadar tanpa adanya bantuan media, maka bahan pelajaran sulit untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak didiknya, terutama bahan pelajaran yang rumit atau kompleks[3].
Setap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada suatu sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi dilain pihak ada bahan pelajaran yang sangat memerlukan alat Bantu berupa media pengajaran seperti globe, grafik, gambar dan sebagainya. Bahan pelajaran dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar diproses oleh anak didik. Apalagi bagi anak didik yang kurang menyukai bahan pelajaran yang disampaikan itu.
Anak didik merasa bosan dan kelelahan tentu tidak dapat mereka hindari disebabkan penjelasan guru sukar dicerna dan dipahami. Guru yang bijaksana tentu sadar bahwa kebosanan dan kelelahan anak didik adalah berpangkal dari penjelasan yang diberikan guru bersimpang siur, tidak ada focus masalahnya. Hal ini tentu saja harus dicarikan untuk menjelaskan suatu bahan dengan baik, apa salahnya jika menghadirkan media sebagai alat Bantu pengajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran.
Sebagai alat Bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik dari pada tanpa bantuan media.
Walaupun begitu, penggunaan media sebagai alat Bantu tidak bisa sembarangan menurut sekehendak hati guru. Tetapi harus memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan. Media yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran tertentu lebih diperhatikan. Sedangkan media yang tidak menunjang tentu saja harus disingkirkan jauh-kjauh untuk sementara. Kompetensi guru sendiri patut dijadikan perhitungan. Adakah mampu atau tidak untuk mempergunakan media tersebut. Jika tidak, maka jangan mempergunakannya, sebab hal itu akan sia-sia. Malahan bisa mengacaukan jalannya proses belajar mengajar.
Media adalah sebgai alat Bantu dalam proses belajar mengajar dan gurulah yang memperghunakannya untuk membelajarkan anak didik demi tercapainya tujuan pengajaran.

  1. Media sebagai sumber belajar
Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar yang sesungguhnya banyak sekali terdapat dimana-mana; di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan dan sebagainya.
Diantara sekian banyak sumber-sumber belajar, dapat dikelompokkan kedalam lima kategori, yaitu ; manusia, bahan, lingkungan, alat dan perlengkapan, aktivitas dan media pembelajaran[4].
Berbicara mengenai perpustakaan sebagai media pembelajaran, tidak terbatas hanya sebagai gudang buku, tetapi memiliki fungsi yang sangat luas, diantaranya adalah berfungsi sebagai sumber belajar. Karena keberadaannya berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar. Menurut ibrahim bafadal perpustakaan sekolah berfungsi sebagai berikut :
a.  Fungsi edukatif
artinya didalam perpustakaan sekolah disediakan buku-buku fiksi maupun non fiksi hingga murid terbiasa belajar mandiri baik secara individual maupun kelompok hingga dapat meningkatkan minat baca murid-murid dan teknik membaca makin lama makin dikuasai oleh murid-murid.
b.  Fungsi Informatif
Perpustakaan tidak hanya menyediakan bahan berupa buku-buku pelajaran tetapi juga bahan yang berupa non buku, seperti majalah, bulletin, surat kabar, peta, video, tape recorder dan lainnya. Semua bahan ini memberikan informasi atau keterangan yang diperlukan oleh murid-murid dan juga guru untuk menambah wawasannya.
c.  Fungsi Tanggung Jawab
Hal ini tampak pada kegiatan sehari-hari di perpustakaan sekolah, dimana setiap ada peminjaman dan pengembalian buku selalu dicatat oleh guru pustakawan. Setiap murid yang masuk ke perpustakaan harus menunjukkan kartu anggota atau kartu pelajar.
d.  Fungsi Riset
Didalam perpustakaan  tersedia banyak bahan pustaka. Adanya bahan pustaka yang lengkap, murid-murid dan guru dapat melakukan riset, yaitu mengumpulkan data atau keterangan-keterangan yang diperlukan.
e.  Fungsi Rekreatif
perpustakaan sekolah dapat dijadikan sebagai tempat mengisi waktu luang, seperti pada waktu istirahat dengan membaca buku-buku cerita, novel, roman, majalah, surat kabar dan sebagainya[5].
Gedung perpustakaan sekolah sebaiknya jauh dari kebisingan yang sekiranya mengganggu ketenangan murid-murid yang sedang belajar di perpustakaan, dan juga harus aman baik dari bahaya kebakaran, kebanjiran ataupun pencurian. Karena buku-buku yang ada di perpustakaan merupakan pusat sumber informasi. MT. Sumantri mengemukakan fungsi perpustakaan sebagai berikut :
1.      Perpustakaan sekolah dapat berfungsi sebagai sumber informasi untuk memperjelas dan memperluas pengetahuan teknologi dan penunjang pembelajaran serta tempat mengadakan penelitian sederhana bagi peserta didik dan guru.
2.      Bagi guru, perpustakaan sekolah merupakan tempat mencari sumber informasi pengetahuan dan rujukan bagi kepentingannya dalam mengajar.
3.      Tempat mengembangkan minat membaca akan pengetahuan bagi peserta didik secara mandiri[6].
Akhirnya perpustakaan sekolah akan dapat memnuhi fungsinya dengan baik jika jenis dan mutu yang disediakannya baik, juga personil yang cukup dan cakap, baik jumlahnya atau kualitasnya. Personil tersebut harus mempunyai ilmu yang relevan dengan pelayanan perpustakaan, serta dilengkapi dengan fasilitas yang dibutuhkan perpustakaan. Guru pustakawan juga harus pandai menanamkan tanggung jawab kepada anak-anak agar mereka ikut bekerja sama menjaga aturan dan disiplin.
Penyelenggaraan perpustakaan harus berlandaskan tujuan meningkatkan hasil pemberlajaran siswa menuju lebih baik dalam sebuah lembaga pembelajaran. Tujuan-tujuan itu sebagai visi dan misi penyelenggaraan sebuah perpustakaan. Menurut Ibrahim Bafadal bahwa tujuan perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut :
1)      Menumbuhkan kecintaan murid-murid terhadap membaca
2)      Memperkaya pengalaman belajar murid-murid
3)      Menanamkan kebiasaan belajar mandiri terhadap murid
4)      Mempercepat proses penguasaan teknik membaca
5)      Membantu perkembangan kecakapan berbahasa
6)      Melatih murid-murid kea rah tanggung jawab
7)      Memperlancar murid-murid kea rah tanggung jawab
8)      Membantu guru-guru menemukan sumber-sumber pengajaran
9)      Membantu murid-murid, guru-guru dan staf sekolah dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi[7].

B.     Pengertian dan Indikator Prestasi Belajar
1.  Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni "prestasi" dan "belajar", mempunyai arti yang berbeda. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian prestasi belajar, peneliti menjabarkan makna dari kedua kata tersebut.
Prestasi adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual atau kelompok. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)[8]
Sedangkan Saiful Bahri Djamarah dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru,yang mengutip dari Mas'ud Hasan Abdul Qahar, bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dalam buku yang sama Nasrun Harahap, berpendapat bahwa prestasi adalah "penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa[9]
Dari pengertian di atas bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan seseorang atau kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenagkan hati yang diperoleh dengan jalan bekerja.
Sedangkan belajar adalah seperangkat kegiatan, terutama kegiatan mental intelektual mulai dari kegiatan yang sederhana sampai kegiatan yang rumit[10]. Pada awalnya orang yang sedang belajar itu akan merasakan kesulitan, karena ia menemui hal-hal baru. Akan tetapi pada akhirnya akan menemukan kemudahan karena ia telah mengerti akan sesuatu hal yang baru tersebut. Pada tahap pertama, kegiatan ini tampak seperti kegiatan fisik dalam arti kegiatan melihat, mendengar, meraba dengan alat-alat indera manusia. Kegiatan ini dilakukan untuk melakukan kontak dengan stimulus atau bahan yang dipelajari. Akan tetapi kegiatan belajar tidak terhenti sampai disini. Proses melihat tidak terhenti pada lensa mata, kegiatan mendengar tidak terhenti pada telinga, tetapi diteruskan pada struktur kognitif orang yang bersangkutan.
Orang belajar membutuhkan waktu yang relative lama karena belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan sengaja artinya suatu perubahan yang terjadi setelah belajar bukan merupakan suatu hal yang kebetulan. Belajar adalah “suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan dari atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan”[11].
Skinner sesuai yang dikutif Muhibbin syah menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif. Berdasarkan eksperimennya ia mempercayai bahwa proses adaptasi tersebut akan mendapatkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforcer)[12].
Dari uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi dalam diri organisme yang disebabkan oleh pengalaman dan dapat mempengaruhi tingkah laku tersebut.
Prestasi pada dasarnya adalah hasil yng diperoleh pada suatu kegiatan , sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yakni perubahan tingkah laku.
Menurut Zakiah Daradjat bahwa prestasi belajar adalah bentuk tingkah laku siswa setelah mempelajari suatu pelajaran dan dinamakan hasil belajar siswa dalam bidang pengajaran tertentu. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi tigas aspek; kognitif, afektif dan psikomotorik[13]. 
Dari uraian diatas dapat diambil benang merah bahwa prestasi belajar adalah bentuk perubahan perilaku yang dialami siswa setelah mengalami proses belajar tertentu. Dalam hal ini prestasi belajar yang dimaksud adalah prestasi belajar siswa SMPN 1 Curug pada Mata Pelajaran PAI.
      2. Indikator Prestasi Belajar
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi baik secara individual maupun kelompok dan perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran khusus (TPK) setelah dicapai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok. Sebagaimana Muhibbin Syah menyatakan bahwa kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis-garis besar indicator (petunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur[14].
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
Prestasi merupakan hasil belajar peserta didik setelah mengikuti dan mempelajari mata pelajaran selama kurun waktu tertentu (6 tahun untuk SD/MI,3 tahun untuk SLTP/MTs dan 3 tahun untuk SMU/SMA). Sebagai hasil belajar tentu tingkat pencapaian prestasi belajar siswa tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Berdasarkan pendekatan system, akan terlihat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, yang diantaranya adalah tersedianya sarana prasarana yang memadai yang dalam hal ini adalah adanya perpustakaan sekolah.
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam,yaitu :
a.       Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yang meliputi dua aspek, yaitu : Aspek fisiologi (yang bersifat jasmaniah); aspek psikologi (yang bersifat ruhaniyah).
  1. Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah, apalagi jika disertai dengan pusing-pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olah raga ringan yang sedapat mungkin terjadwal dan berkesinambungan.
  1. Aspek Psikologis
Faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran siswa yang lebih esensial itu adalah sebagai berikut :
(a)    Intelegensi Siswa (tingkat kecerdasan)
(b)   Sikap Siswa
(c)    Bakat Siswa
(d)   Minat Siswa
(e)    Motivasi Siswa
Kehadiran faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil yang cukup besar. Faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal.
b.      Faktor eksternal (faktor dari siswa)
Faktor eksternal siswa yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa yaitu lingkungan sosial dan non sosial. Menurut Muhibbin Syah bahwa “Lingkungan sosial seperti para guru, para staff administrasi, dan teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa”[15].
Selanjutnya, dalam dunia pendidikan yang tergolong lingkungan sosial adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa. Kondisi siswa yang berada di lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur misalnya, akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimiliki.
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan letak rumah dapat memberi dampak positif maupun negatif terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
Faktor-faktor yang termasuk non-sosial yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya fasilitas belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa.
c.       Faktor pendekatan belajar (approach of learning)
Di samping faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa tersebut. Dalam kenyataan di sekolah, intelegensi yang dimiliki siswa tidak menjamin mutlak bahwa yang bersangkutan sukses dalam belajar, karena masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, baik itu yang berasal dari dalam diri siswa maupun di luar diri siswa.
Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan di atas dapatlah disimpulkan bahwa prestasi belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, akan tetapi secara umum faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan factor eksternal. Dan salah satu faktor nya adalah tersedianya perpustakaan sekolah yang representataif. Sehingga siswa selain belajar di dalam kelas ia juga bisa memanfaatkan waktu di luar jam pelajaran untuk melakukan aktivitas belajar di perpustakaan.
4. Deskripsi tentang Pelajaran PKn di MTsN Ciruas
Pendidikan Kewargenegaraan di MTsN Ciruas diberikan mulai dari kelas VII sampai dengan kelas IX. Melalui mata pelajaran kewarganegaraan, peserta didik diarahkan, dibimbing, dan dibantu untuk menjadi warga Negara Indonesia, warga dunia, serta muslim yang baik merupakan tantangan yang berat, karena masyarakat glob al selalu mengalami perubahan besar setiap saat. Oleh karena itu, pengetahuan kewarganegaraan dirancang untuk membangun dan merefleksikan kemampuan peserta didik dalam kehidupan masyarakat yang berubah dan berkembang terus-menerus[16].
Pengetahuan kewarganegaraan sebagai suatu mata pelajaran menjadi wahana dan alat bagi peserta didik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan antara lain: Siapa dirinya di tengah atau dihadapan orang lain dan masyarakat? Masyarakat apakah yang saya miliki? Persyaratan-persyaratan apakah yang diperlukan diri saya untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa? Apakah artinya menjadi anggota masyarakat bangsa dan dunia? Bagaimanakah kehidupan manusia dan masyarakat berubah dari waktu ke waktu yang berikutnya?
Pertanyaan-pertanyaan diatas perlu dijawab oleh setiap orang terutama generasi muda dan jawabannya telah disediakan dalam pengetahuan kewarganegaraan secara sistematis dan komprehensif. Dengan demikian,pengetahuan kewarganegaraan diperlukan bagi keberhasilan transisi dari kehidupan kanak-kanak menuju kehidupan dewasa dan dalam rangka membentuk karakter bangsa yang sesuai dengan prinsif dan semangat kebersamaan.
Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsif dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara yang berdasarkan pada pancasila dan konstitusi Negara Indonesia perlu dikembangkan secara terus-menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia.
            Pendidikan Kewarganegaraan merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun diriny, masyaraktnya, bangsanya, dan lingkungan berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang.[17] Pembelaran Pendidikan Kewarganegaraan  di MTsN Ciruas mempunyai fungsi dan tujuan yaitu sebagai berikut
  1. Fungsi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah  peserta didik agar dapat merefleksikan dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara In donesia
  2. mengembangkan kemampuan berpikir, inkuiri, pemecahan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan masyarakat
  3. membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan
  4. meningkatkan kemampuan berkompetensi dan bekerja sama dalam masyarakat yang majemik, baik dalam skala nasional maupun skala internasional



[1] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran,(Jakarta, PT Rajagrafindo,2004) Cet ke-5, hal. 3.
[2] Ibid, hal. 3.
[3] Sayeful bahri jamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta, PT. Rineka Cipta,2006), cet ke-3 hal. 136.
[4] Sudirman dkk, “Ilmu Pendidikan”, (Bandung PT. Remaja Rosda Karya, 1991) cet ke-5 hal. 203
[5] Bafadal, Op Cit., hal. 6-8.
[6] MT. Sumantri, Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya Offset) Cet ke-1 hal. 3
[7] Bafadal, Op.Cit., hal.5-6.
[8]  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), Cet. Ke-10, h. 787
[9] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya : Usaha Nasional, 1994), Cet. Ke-1, h. 20-21
[10] W.Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta, PT. Grasindo) 2002, hal. 73.
[11] Mulyati, Psikologi Belajar, (Yogyakarta, CV. Andi Offset) 2005 hal. 5
[12] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya), 2000, cet ke-5, hal. 90
[13] Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta, Bumi Aksara ) 1994, Cet ke-1 hal. 197.
[14] Muhibbin Syah, Op. Cit., hal. 150.
[15] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Op.Cit., hal. 137
[16]  Depag RI, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi MTs, (Jakarta: 2004), h. 289.
[17]  Depag., Op.Cit., hal. 289.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar