Senin, 29 November 2010

Proposal penelitian PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN


A.  Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap manusia, karena tanpa pendidikan manusia tidak akan bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Dengan pendidikan manusia bisa berubah dari yang tidak tahu menjadi tahu kemudian dari yang tidak bisa menjadi bisa, itulah sebabnya pendidikan diperlukan sekali.
Didalam perkembangannya istilah pendidikan ini berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Pendidikan berarti “usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupannya yang lebih tinggi dalam arti mental”.[1] Pendidikan sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan.[2]


1
 
 

Pendidikan adalah proses bimbingan untuk menciptakan tingkah laku pada anak didik, dengan meningkatkan kualitas manusia yang meliputi peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan perilkau anak didik. Sedangkan pada Undang-undang Dasar Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan Nasional dikatakan bahwa:
“Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.

Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam  rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kretaif, mandiri dan berwarga Negara yang demokratis serta tanggung jawab.[3]
            Pendidikan memiliki tujuan yang ingin dicapai untuk mencapai tujuan tersebut bukan hanya dari faktor internal saja melainkan juga faktor eksternal antara lain pendidik, metode, materi, media pembelajaran, dan lingkungan yang memadai. Dari faktor – faktor tersebut salah satunya adalah media pembelajaran.
Agar tujuan pendidikan bisa tercapai, maka perlu diperhatikan segala sesuatu yang mendukung keberhasilan program pendidikan itu, dari sekian faktor penunjang keberhasilan tujuan pendidikan, kesuksesan dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat dominan[4]. Sebab di dalam proses pembelajaran itulah terjadinya internalisasi nilai-nilai dan pewarisan budaya maupun norma-norma secara langsung. Karena itu kegiatan belajar mengajar merupakan ujung tombak untuk tercapainya pewarisan nilai-nilai diatas. Untuk itu perlu sekali dalam proses pembelajaran iu diciptakan suasana yang kondusif, agar peserta didik benar-benar tertarik dan ikut dalam proses itu.
Dalam suatu prosaes belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa.[5] Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
            Media pembelajaran merupakan bagian dari sumber pengajaran yang didalamnya disampaikan pengajaran. Media pembelajaran adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan atau informasi yang bertujuan intruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar dan dibaca.
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian materi ajar pada saat kegiatan belajar mengajar.
            Secara implisit media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari : buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), photo gambar, grafik, tv, computer dan lain-lain. Dengan kata lain media pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan sekolah yang dapat merangsang siswa untuk belajar.[6]
            Media pembelajaran disediakan untuk merangsang efektivitas dan efisiensi pengajaran yang dapat mempengaruhi tingkah laku siswa sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. Keanekaragaman media pembelajaran yang digunakan secara terencana dan teratur itulah yang akan menyebabkan timbulnya aktifitas-aktifitas belajar yang dilakukan oleh siswa, dalam hal ini akan mempengaruhi proses belajar lebih efektif, sehingga minat belajar pun akan membangkitkan siswa dalam kegiatan belajar.
            Dengan demikian efektivitas dalam menggunakan media pembelajaran akan informasi pengajaran yang diterima oleh siswa dapat seoptimal mungkin sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku siswa, sedangkan efisiensi media pembelajaran adalah untuk mencapai tujuan seefektif mungkin sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan baik.
            Suatu sekolah yang kekurangan media pembelajaran akan menemukan suatu masalah dalam kegiatan belajar mengajar, untuk itu agar bisa menarik perhatian dan adanya minat belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar, maka unit sekolah harus menyediakan kebutuhan siswa seperti dengan adanya media yang memadai[7].
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni “prestasi” dan “belajar”. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda, prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok.[8] Prestasi merupakan output dari program pendidikan dan pengajaran baik itu di rumah, di sekolah ataupun di masyarakat. Secara sadar atau tidak sadar setiap dilaksanakannya pendidikan itu memilik tujuan atau sasaran. Adapun tujuan atau sasaran tersebut adalah prestasi yang baik.
Prestasi menurut bahasa adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dikerjakan atau dilakakukan).[9] Berdasarkan definisi tersebut, prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh seseorang dari pengalamannya, baik itu pengalaman kerja ataupun pengalaman belajar, yang semuanya itu diperoleh dari kerajinan atau keuletan seseorang baik dalam bekerja maupun dalam belajar. Adapun yang dimaksud prestasi dalam konteks tulisan ini adalah prestasi yang dicapai oleh siswa dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan belajar menurut W.J.S. Poerwadarminta adalah “berusaha (berlatih dan sebagainya) supaya mendapat sesuatu kepandaian”.[10]
Selanjutnya menurut Sardiman A.M. “belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya”.[11]
Kemudian menurut H.C. Witherington, “belajar adalah suatu perbuatan yang dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia dan adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh setiap manusia
            Dalam seluruh proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar mengajar akan berlangsung dengan baik apabila ditunjang dengan adanya metode materi dan media pembelajaran yang memadai serta tepat dalam penggunaannya.Dari proses belajar mengajar inilah akan diketahui minat belajar siswa.
            Berdasarkan studi pendahuluan diperoleh bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan salah satunya yaitu dengan menggunakan media pembelajaran yang memadai agar lebih menggairahkan dan menarik minat belajar siswa pada mata pelajaran fiqih dalam proses belajar mengajar, mengingat mata pelajaran fiqh memerlukan banyak media yang membantu untuk membantu internalisasi materi kedalam diri siswa. Namun pada kenyataannya masih ada guru yang kurang menggunakannya seoptimal mungkin, padahal pihak sekolah sudah berusaha menyediakan media tersebut dengan baik dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
            Dari fenomena di atas diperoleh kesan yang begitu tingginya usaha pihak sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan menyediakan media pembelajaran yang lengkap untuk menarik minat belajar siswa pada mata pelajaran fiqih dalam kegiatan proses belajar mengajar, namun disisi lain masih ada guru yang kurang, menggunakannya dengan seoptimal mungkin padahal pihak sekolah sudah berusaha menyediakan media tersebut dengan baik. Kesenjangan ini memunculkan permasalahan yang cukup menarik untuk diadakan penelitian.
            Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka penulis bermaksud menelitinya dan mengimplementasikan kedalam judul : Hubungan penggunaan media pembelajaran dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran Fiqh  ( Studi penelitian di MTsN Ciruas Kab. Serang).
B.  Perumusan Masalah
            Dalam perumusan masalah diuraikan bahwa di dalam suatu fenomena didasari, diketahui dan ditegaskan adanya persoalan, pertanyaan atau kesulitan tertentu.[12]
            Atas dasar itulah maka yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana penggunaan media pembelajaran PKN di MTsN Ciruas Kabupaten Serang?
2.      Bagaimana minat belajar siswa pada mata pelajaran PKN di MTsN Ciruas Kabupaten Serang?
3.      Apakah terdapat hubungan antara media pembelajaran dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran PKN  di MTsN Ciruas Kabupaten Serang?

C.  Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam proposal penelitian ini adalah:
  1. Untuk mengetahui penggunaan media pembelajaran PKN di MTsN Ciruas Kabupaten Serang.
  2. Untuk mengetahui minat belajar siswa pada mata pelajaran PKN di  MTsN Ciruas  Kabupaten Serang.
  3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara media pembelajaran dengan  minat belajar siswa pada mata pelajaran PKN di MTsN Ciruas Kabupaten Serang.

D.  Kerangka Pemikiran
1.  Media Pembelajaran (Variabel X)                                                        
Keberhasilan pendidikan dipengaruhi beberapa faktor, baik dari faktor internal maupun eksternal untuk menunjang kearah keberhasilan pencapaian tujuan. Adapun faktor eksternal salah satunya adalah media pembelajaran yang merupakan alat untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi yang bertujuan intruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar dan dibaca.
Media pembelajaran merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Sebagaimana dipopulerkan oleh Zakiah Daradjat bahwa : ”Media pendidikan atau media pembelajaran adalah sumber belajar dan dapat juga diartikan dengan manusia dan benda atau peristiwa yang membuat kondisi siswa mungkin memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap”.
Sumber pembelajaran adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektifitas dan efisiensi tujuan pembelajaran. Sedangkan media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Hamalik, (1985:23). Gagne (1970) dalam Sadiman, (1996:6), menyatakan bahwa media pendidikan berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Media pendidikan juga diartikan sebagai media komunikasi yang dipakai dalam kegiatan belajar mengajar. Secara implisit media pendidikan meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri antara lain buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi dan computer.[13]
Adapun penggunaan pemilihan media pembelajaran adalah:
  1. Objektivitas
  2. Program pengajaran
  3. Sasaran program
  4. Situasi dan kondisi
  5. Kualitas teknik
  6. Keefektifan dan Efesiensi penggunaan
           Dari pendapat di atas bahwa sekiranya seorang pendidik harus memilih dalam menggunakan media pembelajaran sebelum proses pengajaran berlangsung, sebaiknya dalam memilih media pembelajaran harus memperhatikan faktor-faktor diatas agar keberhasilan yang diinginkan dapat terpenuhi dengan baik. Dengan kata lain bahwa dengan menggunakan media pembelajaran dapat diketahui minat belajar siswa, karena belajar tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya minat oleh karena itu guru dituntut untuk dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam belajar.
2.      Prestasi belajar siswa ( Variabel Y )
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pengertian prestasi adalah hasil yang telah dicapai, (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).[14]
Syaiful Djamarah berpendapat bahwa “prestasi adalah hasil yang telah dikerjakan, diciptakan (baik sarana individu ataupun kelompok).[15] Jadi prestasi ini ialah hasil dari sesuatu yang diperoleh kalau seseorang tersebut telah melakukan suatu kegiatan. Sementara Harun Harahap dkk, memberikan batasan bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid, yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran serta nialai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.[16] Sedangkan Mas’ud Hasan Abdul Kohar, prestasi itu adalah apa yang telah didapat atau diciptakan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dari suatu kegiatan yang telah diperoleh dengan jalan keuletan kerja.[17]
Dari pengertian prestasi yang dikemukakan para ahli tersebut, menurut penulis jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yakni hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang yang telah dikerjakan. Dalam kontek belajar mengajar yang dilakukan siswa dan gurunya.
               Slameto juga merumuskan pengertian belajar, menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[18]
Belajar merupakan suatu proses kegiatan dalam rangka mencapai tujuan atau hasil (prestasi). Sedangkan prestasi adalah hasil atau dengan kata lain prestasi adalah output dan belajar adalah sebagai input. Antara input dan output saling keterkaitan, suatu hal yang mempengaruhi input berarti berdampak pula pada output. Begitu pula dalam proses belajar mengajar. Prestasi akan baik apabila proses yang dijalaninya dalam belajar itu baik, begitupun sebaliknya prestasi akan buruk apabila proses yang dijalaninya dalam belajar itu buruk.
Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu :
  1. Faktor internal, yakni meliputi keadaan jasmani dan rohani siswa.
  2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
  3. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan materi-materi pelajaran.[19]

            Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa minat memiliki peranan penting dalam belajar,minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam belajar.
Minat tidak dibawa sejak lahir, akan tetapi minat muncul dikemudian hari, minat sesuatu dipelajari dan dipengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan penyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat dipelajari hal tersebut asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya.

E.  Langkah-langkah Penelitian
            Dalam memaparkan skripsi ini, maka penulis menempuh beberapa langkah untuk mendapatkan data-data demi terlealisasinya pembahasan di atas:
1.  Tekhnik Pengumpulan Data
Untuk mencari dan mengumpulkan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan berbagai macam data dengan tekhnik dan cara yaitu:
a.       Observasi : mengumpulkan data dengan mengadakan peninjauan atau pengamatan langsung di lapangan/lokasi objek  penelitian.
b.      Interview: melakukan wawancara dengan menyusun pernyataan-pernyataan dengan menyiapkan pedoman atau panduan wawancara.
c.       Library research: pengumpulan data dengan cara mencari data atau referensi melalui perpustakaan untuk mengadakan pengkajian yang berhubungan dengan masalah penulis yang akan dibahas.
2.      Tekhnik Pengolahan Data
Mengolah data berarti menyaring dan mengatur data yang telah diperoleh untuk menghasilkan susunan substansi masalah yang benar setelah terkumpul kemudian penulis menggunakan cara-cara dalam pengolahan data tersebut dan mengaflikasikannya permasalahan menurut jenis batasan permasalahan itu sendiri lalu dianalisa secara kuantitatif dengan tidak menyampingkan data secara kualitatif serta merujuk kepada literatur yang berkaitan dengan obyek penelitian. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu metode yang menggambarkan masalah secara sistematis, faktual dan akurat yang mengenai fakta-fakta yang sering terjadi. Adapun alasan penulis menggunakan metode tersebut karena masalah yang sedang diteliti adalah masalah yang ada dan sedang berlangsung pada saat sekarang, dan juga dapat memudahkan penulis dalam menganalisa masalah.
Sedangkan tekhnik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:
a.       Library research (Studi Kepustakaan) : cara pengumpulan data dengan cara studi pustaka dengan mengadakan pengkajian yang berhubungan dengan masalah penulis yang akan dibahas
b.      Studi Lapangan
Penelitian yang dilakukan di lokasi penelitian terhadap objek yang akan diteliti dan dijadikan sumber penelitian. Studi lapangan ini dapat dilakukan dengan cara:
1.      Observasi : melakukan tinjauan ke suatu tempat yang dijadikan objek penelitian/lapangan secara langsung dalam rangka mencari dan mengumpulkan data.
2.      Wawancara (Interview) : proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewancara denagn responden atau yang diwawancara dengan  menggunakan alat yang dinamakan Interview Guide (Panduan Wawancara).
                        Pada penelitian ini metode wawancara sangat diperoleh untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden guna mendapat data yang akurat melakukan wawancara dengan menyusun pernyataan-pernyataan dengan menyiapkan pedoman wawancara.
3.      Kuesioner (Penyebaran Angket)
Kuesioner (angket) merupakan metode penelitian yang menggunakan daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau dilengkapi oleh responden yang menjadi objek penelitian.

 F.  Sistematika Pembahasan
            Untuk memperoleh gambaran skripsi ini, disusun dalam lima Bab, dengan sistematika sebagai berikut :
            Bab I Pendahuluan terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Langkah-langkah Penelitian dan Sistematika Pembahasan.
Bab II   Analisis teoritis tentang media pembelajaran dan minat belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih terdiri dari Media pembelajaran yang meliputi pengertian media pembelajaran, fungsi dan macam-macam media pembelajaran dan penggunaan media pembelajaran. Minat belajar siswa yang meliputi pengertian minat dan belajar, urgensi minat belajar, cara untuk membangkitkan minat belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi minat dan belajar siswa dan hubungan antara media pembelajaran dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih.
            Bab III  Metedologi penelitian terdiri dari: Tempat dan Waktu Penelitian, Metode Penelitian, Variabel Penelitian, Populasi dan Sampel, Instrumen Penelitian, Tekhnis Analisis data, dan Hipotesis Penelitian.
Bab IV Analisis hasil penelitian terdiri dari analisis data variabel X, analisis data variabel Y dan korelasi antara analisis data variabel X dan analisis data variabel Y
Bab V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran-saran








DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 1998, cet. ke-11.

Arifin, H. M, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,, 1989.

__________Ilmu Pendidikan Islam, (Tinjauan teoritis dan praktis berdasarkan pendekatan Interdisipliner), Jakarta: Bumi Aksara, 1989.

Atmodiwirio Soebagio, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta:  PT. Ardadizya Jaya, 2000.

Bahri Syaiful Djamarahdan Drs, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
___________, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya : Usaha Nasional, 1994.

Daradjat Zakiah, Metode Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara. 1994.

Departemen Agama RI. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-Undang Republik Indonesi Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Depag RI Direktorat Jendral, Pendidikan Islam, 2006.

Hadi  Amirul, dkk, Metodelogi penelitian Pendidikan Jakarta: Pustaka Seribu. 1998

Hadi Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Yogyakarta, 1986.

Syukur, Ftaah, Drs, M. Ag, Teknologi Pendidikan, Cet. Ke-1,  Semarang: Rasail, 2005

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Mulyasa E., Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.

_________Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik dan Implementasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.




[1] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 1998), cet. ke-2, h. 1.
[2] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Penerbit CV Eko Jaya. Jakarta 1989
[3] Anwar Arifin, Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam UU Sisdiknas, (Jakarta: Depag RI, 2003) hal. 37.
[4]  Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Kalam Mulia, 2004)Cet. Ke-4, h. 179.
[5] Arsyad Azhar, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003) Cet.Ke-5, h. 15.
[6] Ajhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996) hal. 7.
[7] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002) Cet. Ke-5, hal. 208.
[8] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya : Usaha Nasional, 1994), h. 19.
[9] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1985), cet. ke-8, h. 768.
[10] Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995), cet. ke-7, h. 249.
[11] Sardiman A.M., Op. Cit., h. 20.
[12]  Didi Atmidilaga, Petun juk Pengkajian dan penerapan Sistematika Skripsi Gaya Baru, (Bandung: perpustakaan Bandung, 1981), h. 15.
[13] . Gagne dan Briggs (1975) dalam Hamalik (1994:4).
[14] WJS. Purnawiranto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka. 1985),                         h. 1
[15] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi dan Potensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional. 1994), h. 19
[16] Ibid, h. 20
[17] Ibid, h. 92
[18]  Ibid, hal. 2.
[19] Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung :  Remaja Rosdakarya, 2000), h. 132.

Teks syarhil Qur`an (Bahaya Narkoba, miras dan judi)


Assalamu`alaikum Wr. Wb

Muqoddimah

 

Pernah Berkata Ir.. Soekarno seorang proklamator bangsa dalam pidatonya “berikan kepadaku 1000 orang tua, aku akan sanggup memindahkan kutub utara dan keselatan, akan tetapi berikan kepada 10 pemuda aku akan sanggup mengubah wajah bangsa, hadirin begitulah ungkapan seorang proklamator yang memikirkan nasib bangsanya di masa yang akan datang entah 20, 30 bahkan 40 thn yg akan datang pemuda hari ini jawabannya.
Al-Muhaddits Syaikh Muqbil bin Hadi didalam kitab Shohih Asbab an-Nuzul berkata, Ibnu Abbas menjelaskan, bahwa pengharaman khamar berawal dari dua kabilah dari kabilah Anshor, mereka meminumnya hingga apabila mereka telah mabuk, maka mereka akan saling menggangu,menghina satu sama lainnya. Dengan Demikianlah, pertama kali Allah menjelaskan pengharaman khamar kepada kita semua sebagai hambanya. Untuk mengantisipasi penyalahgunaan barang haram tersebut, maka “Bahaya Narkoba Bagi Remaja” adalah tema yang akan kami uraikan pada kesempatan ini. Dengan rujukan al-Qur`an surat al-maidah ayat 90 sebgai berikut:
Hadirin Sebangsa Dan setanah air
Ayat tersebut mengisyaratkan haramnya khamar. Kita kaji lebih dalam,kalimat اِÙ†ّما dari segi balagoh merupakan اداة القصر yang berfunggsi untuk menspesifikasikan. Hal ini menunjukan bahwa mengkonsumsi khamar betul-betul merupakan perbuatan yang paling jelek diantara perbuatan syetan. Padahal kita tahu, semua perbuatan syaitan itu jelek, mengkonsumi khamar lebih jelek diantara perbuatan jeleknya syaitan, mengapa demikian ? karna khamar baik dalam bentuk serbuk, pil, maupun minuman merupakan psychotropic substance, mengandung zat-zat yang dapat merusak jiwa dan mental manusia yang mengkonsumsinya. Dengan mengkonsumsi khamar orang yang gemuk bisa jadi kurus kerempeng, apalagi yang sudah ceking. Dengan mengkonsumsi khamar, akal dan mental menjadi rusak maka pemuda pecandu narkoba bukan memiliki mental pelopor, tetapi memiliki mental mental pengekor, kemana-mana maunya naik motor, padahal kerja cuma molor, disiplin hanya waktu dibagi honor. Mental ini hadirin merupakan amal-amal syaitan yang jelek bahkan رجس من عمل الشيطان lebih buruk dari perbuatan syaitan. Oleh karna itu ayat tersebut mengisyaratkan kepada kita untuk dapat menjauhi perbuatan syaitan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Hadirin Rahimakumullah
Pernah diungkapkan oleh salah satu lembaga bonafid Amerika”The National Institute of Drugs Abuse, melaporkan bahwa masyarakat Amerika merupakan draugs orientied society. Suatu masyarakat yang berorientsi pada narkotika, alcohol, psikotropika dan zat aditif yang dinamakan Napza sehingga satu dari enam pelajar Amerika tenggelam kedalam penyalah gunaan Napza. Fenomena tersebut kini telah menjadi epidemic bagi masyarakat Indonesia terutama bagi kalangan remaja dan pemuda, Prof.Dr.H.Dadang Hawari mengatakan, 68% masyarakat Indonesia terjerumus kedalam penyalah gunaan Napza tidak sedikit anak-anak pemuda kita terjerumus kedalam mabuk mabukkan, tenggak wishky, brendy, KTI, bird an lain sebagainya  Tidak sedikit anak-anak muda kita terjerumus kepada budaya telan bk, nivam, megadon, cimeng, heroin, kokain, x tasi, sabu-sabu. Bahkan tidak sedikit anak-anak muda kita yang mati diujung lidahnya hanya dua kata yang terucap : ganja, morfin, ganja, morfin. Merintih, memohan, memanggil ganja dan morfin sampai dia mati,tanpa iman. Naudzubillah hi min dzalik.
Lalu hadirin bagaimana generasi muda kalau sudah terjerumus dengan narkoba mau dibawa kemana bangsa kita saat ini? Padahal di negri tercinta ini sejak tahun 1908 masa Kebangkitan Nasional sampai menjelang detik-detik proklamasi dikumandangkan para pemuda pendahulu kita, mereka berjuang menjadi The Grand Old Man istilah bung karno, menjadi Stoot Geber, bahkan The Founding Father. Pendiri peggerak yang mampu merebut kemerdekaan, jika tanpa pemuda mustahil Republik ini merdeka. Demikian pengakuan Bung Karno yang diabadikan dalam sejarah bangsa
Sejarah tersebut mengajarkan kepada kita, saya, saudara-saudara generasi muda saat ini dan generasi generasi yang akan datang agar memiliki semangat juang yang tinggi serta tanggung jawab yang penuh terhadap kelangsungan Nusa Bangsa dan Agama yang kita anut. Sebab شبّان اليوم رجال الغد the young to day is leader tomorrow, pemuda hari ini adalah jago-jagonya pemimpin dimasa yang akan datang.
Hadirin sebangsa dan setanah air
Dengan demikian mari kita bersama-sama menjaga keutuhan bangsa dengan cara meningkatkanukhuwah basyariyah, ukhwah wathoniyah dan ukhuwah Islamiyah untuk mengantisipasi keharaman Napza, Miras dan Judi, Insya Allah negra kita menjadi Negara yang baldatun Toyyibatun warabbun Gofur mari kita hadirin semuanya bersama-sama bekerja sama baik aparatur pemerintah, masyarakat  pemuda dan kiat sebagai pelajar  untuk memberantas narkoba  di bumi Indonesia tercinta ini khususnya di Banten yang berlandasan Iman danb Taqwa, demikianlah yang dapat kami sampaikan kurang lebihnya mohon maaf, sebelum kami tutup dengarkanlah sebuah alunan pantun

والسلا م عليكم ورحمة الله وبرمكاته


Teks Syarhil Qur`an(Emansipasi Wanita Dalam Upaya Membangun Keutuhan Bangsa)


Assalamu`alaikum Wr. Wb
Muqodimah
Segenap Dewan Hakim yang kami Hormati
Hadirin yang kami banggakan
            Sejarah menginformasikan sebelum diturunkannya ayat al-Qur`an terdapat sekian banyak peradaban besar yang ikut berbicara tentang harkat, martabat dan derajat kaum wanita. Peradaban Yunani yang terkenal dengan pemikiran filsafatnya mengatakan, wanita yang hidup dikalangan elit mereka tidak disekap dilingkungan istana, sementara dari kalangan menengah kebawah mereka bisa diperjual belikan untuk bisnis perjinahan. Peradaban Romawai mengatkan, bahwa wanita sepenuhnya di bawah laki-laki, dan laki-laki berhak melakukan apa saja terhadap wanita yang dikehendakinya. Sementara pandangan masyarakat Cina mengatakan, hak hidup wanita yang bersuami harus berakhir kematian suaminya, suami harus ikut dibakar dengan dengan istrinya ketika sang suami meninggal dunia.
            Pendek kata hadirin! Semua peradaban tadi memandang, wanita adalah makhluk yang hina, lemah, menjijikan tidak berharga dan tidak bermanfa`at (Not Noking Ofen Nice Menlu Foirsick Religion Six)begitulah ungkapan Prof. Dr. Fitirim Sorokin.
Hadirin berbicara tentang Emansipasi Wanita Dalam Upaya Membangun Keutuha bangsa, tema yang akan kami angkat pada permukaan kali ini dengan landasan suroh al-Mu`minun ayat 13 sebagai berikut:
Saudara sebangsa dan setanah air
            Asbabunnujul ayat tersebut turun berkenaan dengan kaum Quraisy yang merasa dirinya sombong dan gagah, mereka bersenang-senang dan mengobrol dengan riang gembira disekelilingi ka`bah, nnaaamun sayang beribu sayyang mereka tidak melakuan thawaf, karena dirinya merasa menguasai baitullah, hadirin begiutulah ungkapan Ibnu Abi Hatim yang  bersumber dari Said bin Jubair dalam bet Alfiyahnya mengatakan.
            Dalam sebuah kutipan ayat tadi, manusia merupakan makhluk yang hina dan terhina, namun sayyang hadirin secara tidak sadar kita merasa diri kita yang paling benar, paling gagah dengan memiliki pangkat dan jabatan, sementara Allah lebih memandang kepada hati dan amal perbuatan manusia itu sendiri. Sebagaimana Rasul; menegaskan:


“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupamu, harta kekayaanmu, akan tetapi Allah lebih memandang kepada hati dan amal perbuatanmu”.
Dan Hadirin Allah mempertegas dalam suroh Yasin ayat 77 sebagai berikut:
Hadirin yang kami banggakan.
Sebuah fakta membuktikan di jaman modernisasi ini pengaruh dari pada  arus globalisasi  beribu-ribu keping CD ditontonkan, berjuta-juta lagu cinta  didengungkan, hadirin semuanya ini salah satu bukti, wanita itu memilkiki moral yang bejat dan laknat. Akan tetapi Al-Hamdulillah setelah diibarkannya bendera eman sipasi wanita dan munculah tokoh-tokoh wanita sedunia sepeti Raden Ajeng Kartini, margaretha denoparrte dan kebetulan sekali Gubernur Banten Rt. Atut Chosiyah, mereka boleh mendapat pangkat dan jabatan namun ingat-ingat, setelah kembalinya kerumah tangga dari sang ibu kepangkuan sang anak, dari sang istri kepangkuan sang suami, karena mereka memiliki kewajiban untuk mendidik anaknya, anak menjadi hebat, anak menjadi kuat, anak menjadi ta`at, snsk menjadi bijak, bahkan anak menjadi bejat dan laknat, itu 99 % tergantung dri didikan sang ibu terhadap perkembangan anaknya begitulah ungkapan Prof Dr. Supirman  seorang ahli pendidikan Indonesia mengatakan.
            Dari sekarang marilah kita berpegang teguh pada tali Allah, ciptakanlah kasih sayang dan bekerja samalah dalam bahu membahu. Sebagaimana orang bijak mengatakan “ The righ an on the righ place, the righ place of the righ job” bekerjalah sesuia dengan fungsi, posisi dan profesi. Hadirin itulah sebagai kesimpulan dari uiraian tadi. Kurang lebihnya mohon ma`af.
Wassalmu`alaikum Wr. Wb





BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN


A.    Pengertian Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin medius yang secara hafiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab media adalah perantara (ÙˆَسَائِÙ„ ) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan[1].
Gerlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal[2].
13
 
Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat-alat, bahan, sarana prasarana belajar  atau wahana fisik yang mengandung
materi intruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar dengan sendirinya.
B. Fungsi dan Macam-macam Media Pembelajaran
Sebagai alat Bantu proses belajar mengajar, diperlukan sekali seorang guru dalam menggunakan medi pembelajaran sebagai sarana yang sangat penting. Maka dengan ini media pembelajaran secara umum berfungsi sebagai berikut :
  1. Media sebagai alat Bantu
Media sebagai alat Bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, karena memang gurulah yang menghendaki untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didiknya. Guru sadar tanpa adanya bantuan media, maka bahan pelajaran sulit untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak didiknya, terutama bahan pelajaran yang rumit atau kompleks[3].
Setap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada suatu sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi dilain pihak ada bahan pelajaran yang sangat memerlukan alat Bantu berupa media pengajaran seperti globe, grafik, gambar dan sebagainya. Bahan pelajaran dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar diproses oleh anak didik. Apalagi bagi anak didik yang kurang menyukai bahan pelajaran yang disampaikan itu.
Anak didik merasa bosan dan kelelahan tentu tidak dapat mereka hindari disebabkan penjelasan guru sukar dicerna dan dipahami. Guru yang bijaksana tentu sadar bahwa kebosanan dan kelelahan anak didik adalah berpangkal dari penjelasan yang diberikan guru bersimpang siur, tidak ada focus masalahnya. Hal ini tentu saja harus dicarikan untuk menjelaskan suatu bahan dengan baik, apa salahnya jika menghadirkan media sebagai alat Bantu pengajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran.
Sebagai alat Bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik dari pada tanpa bantuan media.
Walaupun begitu, penggunaan media sebagai alat Bantu tidak bisa sembarangan menurut sekehendak hati guru. Tetapi harus memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan. Media yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran tertentu lebih diperhatikan. Sedangkan media yang tidak menunjang tentu saja harus disingkirkan jauh-kjauh untuk sementara. Kompetensi guru sendiri patut dijadikan perhitungan. Adakah mampu atau tidak untuk mempergunakan media tersebut. Jika tidak, maka jangan mempergunakannya, sebab hal itu akan sia-sia. Malahan bisa mengacaukan jalannya proses belajar mengajar.
Media adalah sebgai alat Bantu dalam proses belajar mengajar dan gurulah yang memperghunakannya untuk membelajarkan anak didik demi tercapainya tujuan pengajaran.

  1. Media sebagai sumber belajar
Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar yang sesungguhnya banyak sekali terdapat dimana-mana; di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan dan sebagainya.
Diantara sekian banyak sumber-sumber belajar, dapat dikelompokkan kedalam lima kategori, yaitu ; manusia, bahan, lingkungan, alat dan perlengkapan, aktivitas dan media pembelajaran[4].
Berbicara mengenai perpustakaan sebagai media pembelajaran, tidak terbatas hanya sebagai gudang buku, tetapi memiliki fungsi yang sangat luas, diantaranya adalah berfungsi sebagai sumber belajar. Karena keberadaannya berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar. Menurut ibrahim bafadal perpustakaan sekolah berfungsi sebagai berikut :
a.  Fungsi edukatif
artinya didalam perpustakaan sekolah disediakan buku-buku fiksi maupun non fiksi hingga murid terbiasa belajar mandiri baik secara individual maupun kelompok hingga dapat meningkatkan minat baca murid-murid dan teknik membaca makin lama makin dikuasai oleh murid-murid.
b.  Fungsi Informatif
Perpustakaan tidak hanya menyediakan bahan berupa buku-buku pelajaran tetapi juga bahan yang berupa non buku, seperti majalah, bulletin, surat kabar, peta, video, tape recorder dan lainnya. Semua bahan ini memberikan informasi atau keterangan yang diperlukan oleh murid-murid dan juga guru untuk menambah wawasannya.
c.  Fungsi Tanggung Jawab
Hal ini tampak pada kegiatan sehari-hari di perpustakaan sekolah, dimana setiap ada peminjaman dan pengembalian buku selalu dicatat oleh guru pustakawan. Setiap murid yang masuk ke perpustakaan harus menunjukkan kartu anggota atau kartu pelajar.
d.  Fungsi Riset
Didalam perpustakaan  tersedia banyak bahan pustaka. Adanya bahan pustaka yang lengkap, murid-murid dan guru dapat melakukan riset, yaitu mengumpulkan data atau keterangan-keterangan yang diperlukan.
e.  Fungsi Rekreatif
perpustakaan sekolah dapat dijadikan sebagai tempat mengisi waktu luang, seperti pada waktu istirahat dengan membaca buku-buku cerita, novel, roman, majalah, surat kabar dan sebagainya[5].
Gedung perpustakaan sekolah sebaiknya jauh dari kebisingan yang sekiranya mengganggu ketenangan murid-murid yang sedang belajar di perpustakaan, dan juga harus aman baik dari bahaya kebakaran, kebanjiran ataupun pencurian. Karena buku-buku yang ada di perpustakaan merupakan pusat sumber informasi. MT. Sumantri mengemukakan fungsi perpustakaan sebagai berikut :
1.      Perpustakaan sekolah dapat berfungsi sebagai sumber informasi untuk memperjelas dan memperluas pengetahuan teknologi dan penunjang pembelajaran serta tempat mengadakan penelitian sederhana bagi peserta didik dan guru.
2.      Bagi guru, perpustakaan sekolah merupakan tempat mencari sumber informasi pengetahuan dan rujukan bagi kepentingannya dalam mengajar.
3.      Tempat mengembangkan minat membaca akan pengetahuan bagi peserta didik secara mandiri[6].
Akhirnya perpustakaan sekolah akan dapat memnuhi fungsinya dengan baik jika jenis dan mutu yang disediakannya baik, juga personil yang cukup dan cakap, baik jumlahnya atau kualitasnya. Personil tersebut harus mempunyai ilmu yang relevan dengan pelayanan perpustakaan, serta dilengkapi dengan fasilitas yang dibutuhkan perpustakaan. Guru pustakawan juga harus pandai menanamkan tanggung jawab kepada anak-anak agar mereka ikut bekerja sama menjaga aturan dan disiplin.
Penyelenggaraan perpustakaan harus berlandaskan tujuan meningkatkan hasil pemberlajaran siswa menuju lebih baik dalam sebuah lembaga pembelajaran. Tujuan-tujuan itu sebagai visi dan misi penyelenggaraan sebuah perpustakaan. Menurut Ibrahim Bafadal bahwa tujuan perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut :
1)      Menumbuhkan kecintaan murid-murid terhadap membaca
2)      Memperkaya pengalaman belajar murid-murid
3)      Menanamkan kebiasaan belajar mandiri terhadap murid
4)      Mempercepat proses penguasaan teknik membaca
5)      Membantu perkembangan kecakapan berbahasa
6)      Melatih murid-murid kea rah tanggung jawab
7)      Memperlancar murid-murid kea rah tanggung jawab
8)      Membantu guru-guru menemukan sumber-sumber pengajaran
9)      Membantu murid-murid, guru-guru dan staf sekolah dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi[7].

B.     Pengertian dan Indikator Prestasi Belajar
1.  Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni "prestasi" dan "belajar", mempunyai arti yang berbeda. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian prestasi belajar, peneliti menjabarkan makna dari kedua kata tersebut.
Prestasi adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual atau kelompok. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)[8]
Sedangkan Saiful Bahri Djamarah dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru,yang mengutip dari Mas'ud Hasan Abdul Qahar, bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dalam buku yang sama Nasrun Harahap, berpendapat bahwa prestasi adalah "penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa[9]
Dari pengertian di atas bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan seseorang atau kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenagkan hati yang diperoleh dengan jalan bekerja.
Sedangkan belajar adalah seperangkat kegiatan, terutama kegiatan mental intelektual mulai dari kegiatan yang sederhana sampai kegiatan yang rumit[10]. Pada awalnya orang yang sedang belajar itu akan merasakan kesulitan, karena ia menemui hal-hal baru. Akan tetapi pada akhirnya akan menemukan kemudahan karena ia telah mengerti akan sesuatu hal yang baru tersebut. Pada tahap pertama, kegiatan ini tampak seperti kegiatan fisik dalam arti kegiatan melihat, mendengar, meraba dengan alat-alat indera manusia. Kegiatan ini dilakukan untuk melakukan kontak dengan stimulus atau bahan yang dipelajari. Akan tetapi kegiatan belajar tidak terhenti sampai disini. Proses melihat tidak terhenti pada lensa mata, kegiatan mendengar tidak terhenti pada telinga, tetapi diteruskan pada struktur kognitif orang yang bersangkutan.
Orang belajar membutuhkan waktu yang relative lama karena belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan sengaja artinya suatu perubahan yang terjadi setelah belajar bukan merupakan suatu hal yang kebetulan. Belajar adalah “suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan dari atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan”[11].
Skinner sesuai yang dikutif Muhibbin syah menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif. Berdasarkan eksperimennya ia mempercayai bahwa proses adaptasi tersebut akan mendapatkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforcer)[12].
Dari uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi dalam diri organisme yang disebabkan oleh pengalaman dan dapat mempengaruhi tingkah laku tersebut.
Prestasi pada dasarnya adalah hasil yng diperoleh pada suatu kegiatan , sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yakni perubahan tingkah laku.
Menurut Zakiah Daradjat bahwa prestasi belajar adalah bentuk tingkah laku siswa setelah mempelajari suatu pelajaran dan dinamakan hasil belajar siswa dalam bidang pengajaran tertentu. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi tigas aspek; kognitif, afektif dan psikomotorik[13]. 
Dari uraian diatas dapat diambil benang merah bahwa prestasi belajar adalah bentuk perubahan perilaku yang dialami siswa setelah mengalami proses belajar tertentu. Dalam hal ini prestasi belajar yang dimaksud adalah prestasi belajar siswa SMPN 1 Curug pada Mata Pelajaran PAI.
      2. Indikator Prestasi Belajar
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi baik secara individual maupun kelompok dan perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran khusus (TPK) setelah dicapai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok. Sebagaimana Muhibbin Syah menyatakan bahwa kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis-garis besar indicator (petunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur[14].
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
Prestasi merupakan hasil belajar peserta didik setelah mengikuti dan mempelajari mata pelajaran selama kurun waktu tertentu (6 tahun untuk SD/MI,3 tahun untuk SLTP/MTs dan 3 tahun untuk SMU/SMA). Sebagai hasil belajar tentu tingkat pencapaian prestasi belajar siswa tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Berdasarkan pendekatan system, akan terlihat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, yang diantaranya adalah tersedianya sarana prasarana yang memadai yang dalam hal ini adalah adanya perpustakaan sekolah.
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam,yaitu :
a.       Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yang meliputi dua aspek, yaitu : Aspek fisiologi (yang bersifat jasmaniah); aspek psikologi (yang bersifat ruhaniyah).
  1. Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah, apalagi jika disertai dengan pusing-pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olah raga ringan yang sedapat mungkin terjadwal dan berkesinambungan.
  1. Aspek Psikologis
Faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran siswa yang lebih esensial itu adalah sebagai berikut :
(a)    Intelegensi Siswa (tingkat kecerdasan)
(b)   Sikap Siswa
(c)    Bakat Siswa
(d)   Minat Siswa
(e)    Motivasi Siswa
Kehadiran faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil yang cukup besar. Faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal.
b.      Faktor eksternal (faktor dari siswa)
Faktor eksternal siswa yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa yaitu lingkungan sosial dan non sosial. Menurut Muhibbin Syah bahwa “Lingkungan sosial seperti para guru, para staff administrasi, dan teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa”[15].
Selanjutnya, dalam dunia pendidikan yang tergolong lingkungan sosial adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa. Kondisi siswa yang berada di lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur misalnya, akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimiliki.
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan letak rumah dapat memberi dampak positif maupun negatif terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
Faktor-faktor yang termasuk non-sosial yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya fasilitas belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa.
c.       Faktor pendekatan belajar (approach of learning)
Di samping faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa tersebut. Dalam kenyataan di sekolah, intelegensi yang dimiliki siswa tidak menjamin mutlak bahwa yang bersangkutan sukses dalam belajar, karena masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, baik itu yang berasal dari dalam diri siswa maupun di luar diri siswa.
Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan di atas dapatlah disimpulkan bahwa prestasi belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, akan tetapi secara umum faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan factor eksternal. Dan salah satu faktor nya adalah tersedianya perpustakaan sekolah yang representataif. Sehingga siswa selain belajar di dalam kelas ia juga bisa memanfaatkan waktu di luar jam pelajaran untuk melakukan aktivitas belajar di perpustakaan.
4. Deskripsi tentang Pelajaran PKn di MTsN Ciruas
Pendidikan Kewargenegaraan di MTsN Ciruas diberikan mulai dari kelas VII sampai dengan kelas IX. Melalui mata pelajaran kewarganegaraan, peserta didik diarahkan, dibimbing, dan dibantu untuk menjadi warga Negara Indonesia, warga dunia, serta muslim yang baik merupakan tantangan yang berat, karena masyarakat glob al selalu mengalami perubahan besar setiap saat. Oleh karena itu, pengetahuan kewarganegaraan dirancang untuk membangun dan merefleksikan kemampuan peserta didik dalam kehidupan masyarakat yang berubah dan berkembang terus-menerus[16].
Pengetahuan kewarganegaraan sebagai suatu mata pelajaran menjadi wahana dan alat bagi peserta didik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan antara lain: Siapa dirinya di tengah atau dihadapan orang lain dan masyarakat? Masyarakat apakah yang saya miliki? Persyaratan-persyaratan apakah yang diperlukan diri saya untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa? Apakah artinya menjadi anggota masyarakat bangsa dan dunia? Bagaimanakah kehidupan manusia dan masyarakat berubah dari waktu ke waktu yang berikutnya?
Pertanyaan-pertanyaan diatas perlu dijawab oleh setiap orang terutama generasi muda dan jawabannya telah disediakan dalam pengetahuan kewarganegaraan secara sistematis dan komprehensif. Dengan demikian,pengetahuan kewarganegaraan diperlukan bagi keberhasilan transisi dari kehidupan kanak-kanak menuju kehidupan dewasa dan dalam rangka membentuk karakter bangsa yang sesuai dengan prinsif dan semangat kebersamaan.
Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsif dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara yang berdasarkan pada pancasila dan konstitusi Negara Indonesia perlu dikembangkan secara terus-menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia.
            Pendidikan Kewarganegaraan merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun diriny, masyaraktnya, bangsanya, dan lingkungan berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang.[17] Pembelaran Pendidikan Kewarganegaraan  di MTsN Ciruas mempunyai fungsi dan tujuan yaitu sebagai berikut
  1. Fungsi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah  peserta didik agar dapat merefleksikan dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara In donesia
  2. mengembangkan kemampuan berpikir, inkuiri, pemecahan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan masyarakat
  3. membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan
  4. meningkatkan kemampuan berkompetensi dan bekerja sama dalam masyarakat yang majemik, baik dalam skala nasional maupun skala internasional



[1] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran,(Jakarta, PT Rajagrafindo,2004) Cet ke-5, hal. 3.
[2] Ibid, hal. 3.
[3] Sayeful bahri jamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta, PT. Rineka Cipta,2006), cet ke-3 hal. 136.
[4] Sudirman dkk, “Ilmu Pendidikan”, (Bandung PT. Remaja Rosda Karya, 1991) cet ke-5 hal. 203
[5] Bafadal, Op Cit., hal. 6-8.
[6] MT. Sumantri, Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya Offset) Cet ke-1 hal. 3
[7] Bafadal, Op.Cit., hal.5-6.
[8]  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), Cet. Ke-10, h. 787
[9] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya : Usaha Nasional, 1994), Cet. Ke-1, h. 20-21
[10] W.Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta, PT. Grasindo) 2002, hal. 73.
[11] Mulyati, Psikologi Belajar, (Yogyakarta, CV. Andi Offset) 2005 hal. 5
[12] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya), 2000, cet ke-5, hal. 90
[13] Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta, Bumi Aksara ) 1994, Cet ke-1 hal. 197.
[14] Muhibbin Syah, Op. Cit., hal. 150.
[15] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Op.Cit., hal. 137
[16]  Depag RI, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi MTs, (Jakarta: 2004), h. 289.
[17]  Depag., Op.Cit., hal. 289.