KEPEMIMPINAN MASA DEPAN MENURUT AJARAN ISLAM
A. Pendahuluan
Manusia diciptakan oleh Allah SWT kemuka bumi ini, sebagai khalifah (pemimpin) dimuka bumi ini, oleh sebab itu maka manusia tidak terlepas dari perannya sebagai pemimpin, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 30.
•
Artinya: ”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."(Q.S. Al-Baqarah:30)
Dengan melaksanakan fungsi manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi, yaitu pertama dia harus mengatur tatanan, kelangsungan hidup, dan kelestarian alam dimana dia hidup, maka manusia itu memerlukan partner di dalam perjuangan hidupnya, yaitu manusia lain. Dengan terjadi hubungan manusia lain, maka terciptalah masyarakat manusia, masyarakat beradab menurut ukuran waktu dan keadaan. Dan salah satu ciri manusia itu adalah makhluk bermasyarakat, yang di dalam filsafat Aristoteles di sebut Zoon Politicon atau makhluk bermasyarakat.
Dimensi kepemimpinan merupakan peran sentral dalam setiap upaya pembinaan. Hal ini telah banyak dibuktikan dan dapat dilihat dalam gerak langkah setiap organisasi. Peran kepemimpinan begitu menentukan bahkan seringkali menjadi ukuran dalam mencari sebab-sebab jatuh bangunnya suatu organisasi. Dalam menyoroti pengertian dan hakikat kepemimpinan, sebenarnya dimensi kepemimpinan memiliki aspek-aspek yang sangat luas, serta merupakan proses yang melibatkan berbagai komponen didalamnya dan saling mempengaruhi.
Perihal mengenai kepemimpinan dalam Islam merupakan suatu wacana yang selalu menarik untuk didiskusikan. Wacana kepemimpinan dalam Islam ini sudah ada dan berkembang, tepatnya pasca Rasulullah SAW wafat. Wacana kepemimpinan ini timbul karena sudah tidak ada lagi Rasul atau nabi setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Berdasarkan fakta sejarah dalam Islam, Umat Islam terpecah belah akibat perdebatan mengenai kepemimpinan dalam Islam, khususnya mengenai proses pemilihan pemimpin dalam Islam dan siapa yang berhak atas kepemimpinan Islam.
Permasalahan kepemimpinan ini membuat Islam menjadi terfragmentasi dalam kelompok-kelompok, diantaranya yang terbesar adalah adanya kelompok Sunni dan Syiah. Kedua kelompok besar ini memiliki konsep dan pahaman kepemimpinan yang sangat jauh berbeda. Kedua kelompok ini memiliki dalil dan argumentasi yang sama-sama menggunakan sumber Islam yaitu Al-qur’an dan Sunnah.
Pada dasarnya sejarah tak bersih dari peristiwa kelam. Sejarah setiap bangsa, dan pada dasarnya sejarah umat manusia, merupakan himpunan peristiwa menyenangkan dan tidak menyenangkan. Pasti begitu. Allah menciptakan manusia sedemikian sehingga manusia tidak bebas dari dosa. Perbedaan yang terjadi pada sejarah berbagai bangsa, komunitas dan agama terletak pada proporsi peristiwa menyenangkan dan tidak menyenangkan, bukan pada fakta bahwa mereka, hanya memiliki peristiwa menyenangkan saja atau tidak menyenangkan saja.
Dewasa ini kita tengah memasuki Era Globalisasi yang bercirikan suatu interdependensi, yaitu suatu era saling ketergantungan yang ditandai dengan semakin canggihnya sarana komunikasi dan interaksi. Perkembangan dan kemajuan pesat di bidang teknologi dan informasi memberikan dampak yang amat besar terhadap proses komunikasi dan interaksi tersebut. Era globalisasi sering pula dinyatakan sebagai era yang penuh dengan tantangan dan peluang untuk saling bekerja sama. Dalam memasuki tatanan dunia baru yang penuh perubahan dan dinamika tersebut, keadaan dewasa ini telah membawa berbagai implikasi terhadap berbagai bidang kehidupan, termasuk tuntutan dan perkembangan bentuk komunikasi dan interaksi sosial dalam suatu proses kepemimpinan.
Setiap bangsa, nampaknya dipersyaratkan untuk memiliki kualitas dan kondisi kepemimpinan yang mampu menciptakan suatu kebersamaan dan kolektivitas yang lebih dinamik. Hal ini dimaksudkan agar memiliki kemampuan bertahan dalam situasi yang semakin sarat dengan bentuk persaingan, bahkan diharapkan mampu menciptakan daya saing dan keunggulan yang tinggi. Begitu pula dalam konteks pergaulan dan hubungan yang lebih luas, setiap negara-bangsa (nation state) dituntut mampu berperan secara aktif dan positif baik dalam lingkup nasional, regional maupun internasional.. Namun, harus disadari pula bahwa dalam setiap proses kepemimpinan, kita akan selalu dihadapkan pada suatu mata rantai yang utuh mulai dari yang paling atas sampai tingkat yang paling bawah dan ke samping. Karena itu, pemahaman serta pengembangan dalam visi dan perspektif kepemimpinan amat diperlukan dalam upaya mengembangkan suatu kondisi yang mengarah pada strategi untuk membangun daya saing, khususnya dalam upaya meningkatkan kualitas dan produktivitas bangsa yang ditandai oleh semangat kebersamaan dan keutuhan.
Kita sekarang dihadapkan kepada dua dimensi kepemimpinan, antara kepemimpinan islam, dan kepemimpinan barat, islam telah memberi gambaran nyata akan keberhasilannya dalam memimpin suatu oraganisasi sebagaimana yang telah dilakukan oleh nabi kita muhammad saw. Akan tetapi disisi lain orientalis-orientalis barat dengan berbagai teorinya yang ilmiah mencoba mengalihkan perhatian masyarakat dari kepemimpinan Islam, dan berpaling terhadap kepemimpinan yang ditawarkan oleh orang-orang barat yang jelas-jelas bertentangan dengan kepemimpinan dalam Islam. Walaupun tidak seluruhnya bertentangan dengan kepemimpinan Islam, akan tetapi ini bisa menjadi penyebab bagi umat untuk meninggalkan aturan-aturan Islam.
B. Pengertian dan Ciri-ciri Kepemimpinan dalam Islam
Ada hubungan antara manajemen dengan kepemimpinan. Misalnya Sondang P. Siagian menegaskan bahwa manjemen ialah kepemimpinan. Manifestasi yang paling nyata dari manajemen ialah kepemimpinan. Dengan pengertian lain, manajemen lebih luas daripada kepemimpinan, atau kepemimpinan berada dalam lingkup manajemen.
Dalam bahasa Arab, kepemimpinan sering diterjemahkan sebagai al-ri`ayah, al-ima`rah, al-qiyadah, atau al-za`amah. Kata-kata tersebut memiliki satu makna sehingga disebut sinonim atau murodif, sehingga kita bisa menggunakan salah satu dari keempat kata tersebut untuk menterjemahkan kata kepemimpinan.
Menurut Allan Tucker (1992) yang dikutip Syafaruddin (2002:50) kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi atau mendorong seseorang atau sekelompok orang agar bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan tertentu atau sasaran dalam situasi tertentu. Intinya, kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar mau melakukan pekerjaan dengan sukarela dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dikemukakan juga oleh Kouzes dan Posner (1993:11) “Ledearship is a relationship, one between constitutent and leader that is based in mutual needs and interses.” Pemimpin adalah sebagai hubungan antara anggota-anggota organisasi dan pemimpin, maka kepemimpinan berlangsung atas dasar adanya saling membutuhkan dan minat yang sama dalam rangka mencapai tujuan.
Menurut H. A.R. Tilaar “Pemimpin adalah jenderal lapangan yang mengendalikan berbagai strategi dan taktik untuk melaksanakan program yang telah disepakati.”
Konsep pemimpin dalam Islam adalah khalifah yang menempati prinsip utama, di mana manusia sebagai mkhlauk Tuhan memiliki fungsi dan peran sebagai seorang pemimpin. Dalam istilah manajemen, manusia dengan demikian diciptakan Tuhan menjadi seorang manajer yang memiliki kemampuan, keahlian, dan keterampilan dalam mengelola dan mengatur sumber daya alam dan potensi yang dimilikinya.
Selain kata khalifah, terdapat empat kata yang memiliki makna yang sama, yaitu iman, mulk, mlaik dan sulthan. Kesemua kata tersebut memiliki makna pemimpin. Adanya beberapa kata yang menyebut tentang kepemimpinan menunjukan bahwa dalam tradisi Islam konsep tentang kepemimpinan merupakan konsep penting, terutama relasi antara umat manusia, pemimpin, dan organisasi/lembaga/negara. Ketiga kompopnen tersebut merupakan satu kesatuan dalam konsep sosiologis-politik yang tak bisa dipisahkan satu sama lain. Al-Qur`an sama sekali tidak menunjuk tentang siapa yang menjadi pemimpin, melainkan memberikan penjelasan mengenai sifat0sifat terpuji yang layak dimiliki oleh pemimpin. Hal ini menunjukan bahwa al-Qur`an memiliki konsep yang universal tentang kepemimpinan, selebihnya hal yang mengatur tentang teknis kepemimpinan, termasuk teknik rekrutmen dan mekanismenya merupakan wilayah ijtihad manusia.
Adapun Seorang pemimpin dalam Islam itu tidak boleh terlepas ciri-ciri berikut ini sebagai pedoman dalam memilih calon pemimpin masa depan:
1) Setia; Pemimpin dan orang yang dipimpin terikat kesetiaan kepada Allah.
2) Tujuan; Pemimpin melihat tujuan organisasi bukan saja berdasarkan kepentingan kelompok tetapi juga dalam ruang lingkup tujuan Islam yang lebih luas.
3) Berpegang pada Syariat dan Akhlak Islam; Pemimpin terikat dengan peraturan Islam, boleh menjadi pemimpin selama ia berpegang pada perintah syariat. Waktu mengendalikan urusannya ia harus patuh kepada adab-adab Islam, khususnya ketika berurusan dengan golongan oposisi atau orang-orang yang tak sepaham.
4) Pengemban Amanah; Pemimpin menerima kekuasaan sebagai amanah dari Allah yang disertai oleh tanggung jawab yang besar. Qur’an memerintahkan pemimpin melaksanakan tugasnya untuk Allah dan menunjukkan sikap baik kepada pengikutnya.
•• •
Artinya: “Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah perbuatan yang mungkar… “(QS. Al-Haji:41)
Adapun menurut Ali Muhammad taufiq menjelaskan ada 5 dari 14 macam-macam dan sifat kondusif yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam Islam adalah:
1. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk mengendalikan perusahaan/organisasinya
2. Memfungsikan keistimewaan yang lebih dibanding orang lain (QS. Al-Baqarah: 247)
3. Memahami kebiasaan dan bahasa orang yang menjadi tanggung jawabnya (QS. Ibrahim: 4)
4. Mempunyai karisma dan wibawa di hadapan manusia atau orang lain (QS. Hud:91)
5. Memberikan santunan sosial (takaful ijtima`) kepada para anggot, sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial yang menimbulkan rasa dengki dan perbedaan strata sosial yang merusak (QS. Al-Hajj: 41)
C. Pandangan Islam Mengenai Masalah Kepemimpinan
Di dalam Al-Qur`an terdapat cukup banyak petunjuk-petunjuk, ajaran-ajaran, isyarah-isyarah, yang memberikan petunjuk bahwa masalah kepemimpinan dan pemimpin tersebut, adalah merupakan keharusan di dalam masyarakat dan ummat. Setidak-tidaknya fardhu kifayah bagi setiap muslim. Hal ini di daDsari firman Allah adalah:
•
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.(QS. Al-Imron: 104)
Di dalam ayat ini terkandung perintah Tuhan, kepada setiap muslim, agar selalu menyeru kepada perbuatan baik dan selalu mencegah dan menjauhi perbuatan munkar, keji dan jahat. Jadi intinya adalah memerintahkan setiap muslim itu untuk memimpin manusia ke arah perbuatan baik, berfaedah, dan menjauhi kejahatan dan semua perbuatan munkar, buruk keji, dan tercela.
D. Kepemimpinan Masa Depan Menurut pandangan Islam
Nabi Muhammad SAW merupakan sosok pemimpin yang terkenal dengan kearifannya, sifat beliau yang menonjol dalam kepemimpinannya, tidak saja di akui oleh orang-orang islam sendiri tapi juga diakui oleh orang-orang orientalis barat yang nota bene mereka adalah orang-orang yang menentang islam, hal ini memberi gambaran kepada kita bahwasannya kepemimpinan dalam islam bukan saja hasilnya hanya dirasakan oleh umat islam itu sendiri , akan tetapi dirasakan oleh umat non muslim, Kepemimpinan islam memberikan prospek yang cerah bagi kelangsungan hidup manusia di Era Globalisasi sekarang ini yang sarat dengan krisis kepemimpinannya dan dekadensi moral akibat ulah-ulah para penguasa yang tidak bertanggung jawab. Dan perlu difahami pula bahwasannya seseorang dikatakan sebagai pemimpin manakala ia benar-benar beriman dan bertaqwa kepa Allah swt, dan inilah yang membedakan antara kepemimpinan dalam islam dan kepemimpinan menurut teori orang-orang barat.
Dalam Islam mekanisme pemilihan pemimpin dilalui melalui jalan musyawarah dan dia juga cerdas,cekatan,keberanian dan keseriusan. Pemimpin yang terpilih dalam musyawarah patut ditaati selama tidak melanggar hukum dan ajaran agama. Pemimpin yang terpilih bukan hanya bertanggung jawab kepada masyarakat yang memilihnya, tetapi juga akhirat. Rasulullah mensejajarkan pemimpin dengan para rasul yang mewakili Tuhan di bumi. Pemimpin yang melanggar aturan dan perintah Allah, maka status kepemimpinannya hanya sebatas simbol saja, dan tak patut untuk dipatuhi. Karna Pemimpin yang melanggar amanah hanya menimbulkan keresahan dan ketidakpastian. Oleh karenanya, kepemimpinan mestinya tidak dilihat sebagai fasilitas untuk menguasai, tetapi dimaknai sebagai sebuah pengorbanan dan amanah yang harus diemban dengan sebaik-baiknya.
Kepemimpinan juga bukan kesewenang-wenangan untuk bertindak, tetapi kewenangan untuk melayani dan mengayomi dan berbuat dengan seadil-adilnya. kepemimpinan adalah sebuah keteladanan dan kepeloporan dalam bertindak. Kepemimpinan semacam ini akan muncul jika dilandasi dengan semangat amanah, keikhlasan dan nilai-nilai keadilan.Dengan kata lain bahwa tujuan suatu kepemimpinan adalah untuk menciptakan rasa aman, keadilan, kemasylahatan, menegakkan amar ma'ruf nahi munkar, mengayomi rakyat, mengatur dan menyelesaikan problem-problem yang dihadapi masyarakat.
Hal-hal yang harus Pemimpin tanamkan kepada calon-calon Pemimpin masa depan di antaranya:
1. Memperkaya mereka dengan iman dan tauhid.
2. Mendidik mereka untuk menjadikan Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sebagai panutan.
3. Membacakan mereka Sirah Nabawiyah (Sejarah Kenabian).
4. Selalu mengingatkan agar tidak menyelisihi Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
5. Memberi tahu hubungan mereka dengan Allah, Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan orang lain.
6. menanamkan pemahaman Khilafah Islamiyah.
E. Penutup
Sejarah Islam mencatat, keberhasilan para pemimpin dikalangan umat Islam, khususnya ketika zaman Rasulullah SAW. Konsep kepemimpinan ini masih menjadi sebuah tanda tanya besar dikalangan umat islam sendiri, apalagi ditambah dengan, semakin hilangnya pigur-pigur, dan tokoh-tokoh yang mahir dalam kepemimpinan, perbedaan tersebut karena di pengaruhi oleh, ajaran-ajaran orng barat yang mencoba untuk mengikis habis, pemahaman asli umat islam terhadap kepemimpinan.
Kepemimpinan dalam Islam di pahami sebagai salah satu instrumen untuk mencapai kemaslahatan masyarakat pada umumnya. Seorang pemimpin diperlukan untuk melkaukan kerja-kerja sosial, berupa menggerakan seluruh potensi atau sumber daya yang ada dalam mencapai tujuan.
Kepemimpinan dalam Islam juga mengajarkan pentingnya keadilan, di mana hal tersebut harus dirasakan oleh semua orang. Di samping itu ada juga sifat lain yang mesti dimiliki oleh seorang pemimpin, misalnya seorang pemimpin bersifat sabar dan tabah dalam menghadapi permasalahan yang datang, dengan demikian semuanya itu berjalan maka akan terlaksananya pemimpin masa depan dalam Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhammad Taufiq, Praktik Manajemen Berbasis Al-Qur`an, terj. Abdul Hayyioe al-Kattani dan Sabaruddin, (Jakarta: Gema Insani, 2004).
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya , (Jakarta: Pusta Agung, 2006).
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), cet. Ke-14.
Edward Sallis, Total Quality Management In Education, Penerjemah Ahmad Ali Riyadi (Jogjakarta: IRCISOD, 2008), cet. Ke-7.
H. A.R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000).
H. Nizar Ali, Manajemen Pendidikan Islam Ikhtiar Menata Kelembagaan Pendidikan (Bekasi: Pustaka Isfahan, 2009), cet. Ke- 1.
Hikmat, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011).
Marno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: Refika Aditama, 2008), cet. Ke-1.
Mochtar Effendy, Kepemimpinan Menurut Ajaran Islam, (Palembang: Al-Mukhtar, 1997).
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Malang: Erlangga, 2007).
Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta, (Jakarta: lentera, 2002).
Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, (Jakarta: Bina Aksarea, 1989).
Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2002).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar