A. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberi awalan “pe” dan akhiran “an” yang mengandung arti “perbuatan”. Istilah pendidikan semula berasal dari bahsa Yunnai, yaitu “pedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Kata pendidikan selanjutnya sering digunakan untuk menterjemahkan kata “education” dalam bahsa Inggris yang berrati pengembangan atau bimbingan. Sedangkan pengajaran digunakan untuk menterjemahkan kata “teaching”.
Jika pengertian secara semantik (kebahasaan) dari kata pendidikan dan pengajaran (education and teaching) sebagaimana disebutkan di atas diperhatikan secara seksama, nampak bahwa kata-kata tersebut lebih menunjukan pada suatu kegiatan atau proses yang berhubungan dengan pembinaan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain. Masih dalam pengertian ini, dijumpai pula kata tarbiyah dalam bahasa Arab yang berarti pendidikan.
Selain kata tarbiyah terdapat pula kata ta`lim. Kata ini oleh para penerjemah sering diartikan pengajaran. Dalam kaitannya dengan ini Jusuf A. Faisal, pakar dalam bidang pendidikan mengatakan bahwa pengertian pendidikan Islam dari sudut etimologi sering digunakan istilah ta`lim dan tarbiyah yang asal katanya dari `allama dan rabba yang dipergunakan di dalam al-Qur`an, seklaipun kata tarbiyah lebih luas konotasinya, yaitu mengandung makna mengajar (allama).
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu pada term al- tarbiyah dan al-ta`lim dan al-tadib.
Dari ketiga istilah tersebut term yang popular digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialam term al-tarbiyah. Sedangkan term al-tadib dan al-ta`lim jarang sekali digunakan. Padahal kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam.
Terlepas dari pengertian di atas, secara etimologi, para ahli pendidikan Islam memformulasikan pengertian pendidikan Islam. Di antara batasan yang sangat variatif tersebut adalah:
1. al-Syaibany mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi di antara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.
2. Menurut Ahmad D. Marimba (1989:19) yang dikutif oleh Ahmad Tafsir (2007: 24) menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
3. Muhammad Fadhil al-Jamaly yang dikutif oleh Samsul Nizar (2002: 31-32) mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut, diharapkan akan terbentuk pribadi peserta didik yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan, maupun perbuatannya.
Bila definisi yang telah disebut diatas dikaitkan dengan pendidikan Islam, akan kita ketahui bahwa pendidikan Islam lebih menekankan pada keseimbangan dan keserasian perkembangn hidup manusia.
B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
Dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam harus merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat mengantarkan pada aktivitas yang di cita-citakan. Nilai yang terkandung harus mencerminkan nilai yang universal yang dapat dikonsumsikan untuk keseluruhan aspek kehidupan manusia, serta merupakan standar nilai yang dapat mengevaluasi kegiatan yang selama ini berjalan.
Menetapkan al-Qur`an dan dan hadits sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justeru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sebagai pedoman dan tuntunan, al-Qur`an tidak ada keraguan padanya.
Dalam pendidikan Islam, Sunah Rasul mempunyai dua fungsi, yaitu :
1. Menjelaskan system pendidikan Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat didalamnya.
2. Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasullullah bersama sahabat.
Secara lebih luas, dasar pendidikan Islam menurut Sa’Id Ismail Ali sebagaimana dikutip langgulung terdiri dari 6 macam, yaitu; al-Qur’an, sunnah, qaul al-shahabat, masail al mursalah, .’urf, dan pemikiran hasil ijtihad intelektual Islam.
Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatkan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang.
Tujuan pendidikan juga adalah hal pertama dan terpenting bila kita merancang, membuat program, serta mengevaluasi pendidikan. Program pendidikan 100% ditentukan oleh rumusan tujuan. Mudahnya mutu pendidikan akan segera terlihat pada rumusan tujuan pendidikan.
Dalam perumusan tujuan pendidikan Islam, paling tidak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Tujuan dan tugas manusia di muka bumi, baik secara vertikal maupun horizontal.
2. Sifat-sifat dasar manusia.
3. Tuntutan masyarakat dan dinamika peradaban kemanusiaan.
4. Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam.
Dalam aspek ini,ada 3 macam dimensi ideal dalam Islam, yaitu ;
1. Mengandung nilai yang berupaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di bumi.
2. Mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan yang baik.
3. Mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan kehidupan dunia dan akhirat.
Dari beberapa tujuan pendidikan Islam di atas, Abuddin Nata (2001:53) menambahkan beberapa cirri-ciri tujuan pendidikan Islam yaitu:
1. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di muka bumi dengan sebaik-baiknya, yaitu melaksanakan tugas-tugas memakmurkan dan mengolah bumi sesuai kehendak Tuhan
2. Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahanya di muka bumidilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah, sehingga tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan
3. mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga ia tidak menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya.
4. membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dann jasmaninya sehingga ia memiliki ilmu, akhlak dan keterampilan yang semua ini dapat digunakan guna mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya
5. mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
C. Tugas dan Fungsi Pendidikan Islam
Pada hakikatnya, pendidikan adalah proses yang berlangsung secara kontiniu dan berkesinambuangan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang perlu di emban oleh Pendidikan Islam pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis mulai dari kandungan hingga akhir hayat.
Tugas pendidikan Islam senantiasa bersambung dan tanpa batas. Hal ini karena hakikat pendidikan Islam merupakan proses tanpa akhir sejalan dengan konsesus universal yang ditetapkan oleh Allah SWT, dan Rasul-Nya, dengan istilah “life long education”. Demikian uga tugas yang diberikan pada lembaga pendidikan Islam bersifat dinamis dan progresif mengikuti kebutuhan anak didik dalam arti yang luas.
Untuk menelaah tugas pendidikan Islam, dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu:
1. Pendidikan dipandang sebagai pengembangan potensi
2. Pendidikan dipandang sebagai pewarisan budaya
3. Pendidikan dipandang sebagai interaksi antara potensi budaya
Secara umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal. Secara structural, pendidikan Islam menuntut adanya struktur organisasi yang mengatur jalannya proses pendidikan, baik dalam dimensi vertikal maupun horizontal. Sementara secara institusional, ia mengandung implikasi bahwa proses pendidikan yang berjalan hendaknya dapat memenuhi kebutuhan dan mengikuti perkembangan zaman yang terus berkembang.
Bila dilihat secara operasional menurut Kurshi Ahmad yang dikutip oleh Muhaimin (1993:144) fungsi pendidikan dapat dilihat dari dua bentuk, yaitu :
1. Alat untuk memelihara, memperluas, dan menghubungkan tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serata ide-ide masyarakat dan nasional.
2. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan. Pada garis besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skill yang dimiliki, serta melatih tenaga manusia (peserta didik) yang produktif dalam menemukan perimbangan perubahan sosialekonomi yang demikian dinamis.
D. Pendidikan Islam Sebagai Suatu Sistem
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani sistem” yang artinya suatu keseluruhan yang tersusun dari banyak bagian whole compounded of several parts (Tatang Amirin, 1886: 11).
Di antara bagian-bagian itu terdapat hubungan yang berlangsung secara teratur. Definisi sistem yang lain dikemukakan Anas Sudjana yang mengutip pendapat Johnson, Kost dan Rosenzweg sebagai berikut “Suatu sistem adalah suatu kebulatan/ keseluruhan yang kompleks atau terorganisir, suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan /keseluruhan yang kompleks” (Anas Sudjana, 1997: 21).
Sistem juga dikatakan sebagai kumpulan berbagai komponen yang masing- masing saling terkait, tergantung, dan saling menentukan (Jalaluddin, 2011: 122).
Menuurt Ryan yang dikutip oleh Ramayulis (2004: 3) sistem adalah sejumlah elemen (objek, orang, aktivitas, rekaman, informasi dan lain-lain) yang saling berkaitan dengan proses dan struktur secara teratur, dan merupakan kesatuan organisasi yang berfungsi untuk mewujudkan hasil yang dapat diamati (dapat dikenal wujudnya) . Pada umumnya sistem sosial mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1. Terdiri dari unsur-unsur yang saling berkaitan (interpendent) antara satu sama lainnya.
2. Berorientasi kepada tujuan (goal oriented)yang telah ditetapkan.
3. Di dalamnya terdapat peraturan-peraturan tata tertib berbagai egiatan dan sebagainya.
Dengan kata lain sistem dapat kita simpulkan suatu kumpulan yang secara keseluruhan yang bersifat kompleks dan terorganisir yang di dalamnya terdapat himpunan komponen yang saling berkaitan secara bersama-sama dan berfungsi untuk mencapai tujuan sistem.
Jika dikaitkan dengan pendidikan, sistem pendidikan mempunyai makna satu rangkaian pemikiran dalam bidang pendidikan yang terorganisasi atau sistem pendidikan dapat disebut juga sebagai sekelompok dari unsur-unsur pendidikan yang saling berkaitan dan bekerja bersama-sama. Unsur-unsur pendidikan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: asas pendidikan, tujuan pendidikan, materi pendidikan, subjek pendidikan, objek pendidikan, metode pendidikan, media pendidikan, evaluasi pendidikan, dan lingkungan pendidikan. Untuk menjalankan sistem pendidikan yang baik dan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan maka unsur-unsur pendidikan yang tersebut di atas harus dapat saling berkaitan dan bekerja bersama.
E. Perbedaan Sistem Pendidikan Islam dengan Non Islam
Bila dianalisan lebih mendalam, terlihat bahwa titik perbedaan antara sistem pendidikan Islam dengan non Islam menurut Darwiyansyah (2011: 244) membagi ke dalam tiga sistem yaitu:
1. Sistem Idiologi
Islam memiliki idiologi tauhid yang bersumber pada al-Qur`an dan as-Sunnah. Sedangkan non-Islam memiliki berbagai macam idiologi yang bersumber dari materialisme, komunisme, ateisme, sosialisme, kapitalisme, rasionalisme dan sebagainya. Dengan demikian terlihat lebih jelaS perbedaan kedua sistem tersebut yaitu muatan idiologinya yang hendak dicapai.
Apabila ide pokok idiologi Islam berupa al-Tauhid, maka setiap tindakan sistem pendidikan Islam harus berdasarkan al-Tahuid pula. Makna tauhid bukan hanya sekedar mengesakan Tuhan seperti apa yang dipahamin oleh kaum monoteis, melainkan juga meyakinkan kesatuan penciptaan. Dengan kerangka dasar at-Tauhid maka pendidikan Islam tidak akan ditemui tindakan yang dualisme, dikotomis bahkan sekularis. Sistem pendidikan Islam di dalamnya mencakupn tujuan pendidik, peserta didik, kurikulum, metode, alat atau media dan sebagainya yang menghendaki integralisme yang menyatukan kebutuhan dunia dan akhirat, jasmani danm rohani.
2. Sistem Nilai
Pendidikan Islam bersumber dari nilai al-Qur`an dan as-Sunnah, sedangkan pendidikan non-Islam bersumber dari nilai yang lain. Formulasi ini relevan dengan kesimpulan di atas, sebab dalam idiologi Islam bermuatan nilai-nilai dasar al-Qur`an dan sunnah, sebagai sumber asala dan ijtihad sebagai sumber tambahan,. Sedangkan sumber pendidikan non-Islam sumber nilainya hanya pada pemikiran, hasil penelitian para ahli, dan adat kebiasaan masyarakat.
3. Orientasi Pendidikan
Pendidikan Islam berorientasi kepada duniawi dan ukrawi. Sedangkan pendidikan non-Islam, orientasinya duniawi semata. Islam sebagai agama yang bersifat universal berisi ajaran-ajaran yang dapat membimbing manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Swt yang artinya:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari kenikmatan) dunia…(Q.S. Al-Mu`minun:77)
Bersdasarkan hal tersebut pendidikan islam berfungsi untuk menghasilkan manusia yang dapat menempuh kehidupan yang indah di dunia dan kehidupan yang indah di akhirat. Berbeda dengan pendidikan di Barat yang bertolok ukur dari filsafat progmatisme, yaitu yang mengukur kebenaran menurut kepentingan waktu, tempat dan situas, dan berakhir pada garis hajat.
F. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dikemukan oleh penyusun dalam makalah ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmania juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan dan pertumbuhan melalui proses demi proses kearah tujuan akhir dari perkembangan tersebut.
Dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang menghantarkan peserta didik kearah pencapaian pendidikan. Oleh karena itu, dasar yang terpenting dari pendidikan Islam adalah Al-Qur’an dan hadist (Sunnah Rasulullah).
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001).
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007).
_________, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Rosdakarya, 2008),
Darwyansyah, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Haja Mandiri, 2011).
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; suatu analisis Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1989).
Jusuf A, Faisal, Pokok-pokok Pikiran tentang Ilmu Pendidikan, Makalah yang disampaikan pada seminar Pengembangan Ilmu Pendidikan Islam Depag RI, (Jakarta, 6 Oktober 1994).
Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya, 1993).
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008).
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004).
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002).
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar