Selasa, 08 Maret 2011

Pengaruh Berita Kriminal di Televisi Terhadap Perkembangan Moralitas Siswa”

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Siaran televisi saat ini telah menjadi suatu kekuatan yang sudah merasuk ke dalam kehidupan masyarakat. Televisi sebagai media massa memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan media lain di dalam penyampaian pesannya. Salah satu kelebihan televisi yaitu paling lengkap dalam hal menyajikan unsur-unsur pesan bagi khalayak pemirsa, oleh karena dilengkapi gambar dan suara terasa lebih hidup dan dapat menjangkau ruang lingkup yang sangat luas.
Pihak-pihak televisi menganggap semakin banyaknya stasiun TV tentunya akan memunculkan persaingan dan situasi yang kompetitif antar media elektronik untuk dapat merebut perhatian pemirsa dengan cara menyuguhkan acara-acara yang diperhitungkan akan disenangi oleh pemirsa. Untuk dapat menarik perhatian khalayak, paket acara yang ditawarkan dikemas semenarik mungkin. Berbagai paket acara yang disajikan diproduksi dengan memperhatikan unsur informasi, pendidikan serta hiburan. Namun, ketatnya persaingan justru menggeser paradigma pihak pengelola stasiun untuk menyajikan program acara yang sehat. Program acara-acara yang sering muncul di layar kaca justru kurang memperhatikan unsur informasi, pendidikan, sosial budaya bahkan etika dan norma masyarakat. Salah satunya unsur kekerasan menjadi menu utama di berbagai jenis tayangan yang dikemas dalam film, sinetron, dan berita.
Salah satunya tayangan yang mengandung unsur kekerasan dikemas dalam bentuk berita kriminal. Hampir keseluruhan berita kriminal tidak segan menampilkan adegan kekerasan di layar kaca seperti korban kekerasan, misalnya ceceran darah, bahkan menggambarkan kronologis kejadian secara lengkap. Saat ini hampir di semua stasiun televisi swasta terdapat tayangan berita kriminal. Ada yang disajikan dalam bentuk berita mendalam (indepth news), seperti, “Fakta” di ANTV, “Sidik Kasus di TPI, “Di Balik Tragedi” di TV One, dan “Metro Realitas” di Metro TV. Ada pula yang disajikan dalam bentuk berita langsung atau harian (daily news). Tayangan tersebut diantaranya adalah “Buser” di SCTV, “Sidik” di TPI, “TKP” di Trans7, “Sergap” di RCTI, dan “Patroli” di Indosiar.
Unsur kekerasan yang terdapat dalam berita kriminal tidak dapat dibendung. Hal ini memicu munculnya faktor penentu perubahan bagi perilaku khalayaknya dalam aspek kognitif, afektif, dan konatif. Alternatif berita kriminal di televisi tentunya akan memberikan pengaruh bagi khalayak pemirsanya, terutama jika berita kriminal yang ditayangkan dinikmati oleh khalayak remaja. Menurut Hurlock (Suharto, 2006) tahap perkembangan anak-anak hingga remaja, pada fase inilah remaja mulai memiliki pola perilaku akan hasrat penerimaan sosial yang tinggi. Khalayak remaja mulai menyesuaikan pola perilaku sosial sesuai tuntutan sosial. Remaja yang memiliki intentitas menonton berita kriminal mulai menyesuaikan hal-hal yang diterimanya dengan realitas sosial. Sehingga pengaruhnya akan cepat diterima terutama pada aspek kognitif, yang meliputi pengetahuan akan kejahatan, aspek afektif meliputi perasaan atau emosi akan tayangan kekerasan bahkan aspek behavioral yang meliputi tindakan untuk meniru adegan kekerasan.
Akan tetapi perkembangan moral pada siswa adalah seusia remaja banyak persoalan lainnya yang dihadapi oleh para siswa dalam pertumbuhannya itu, ada yang bersifat negatif dan ada pula yang bersifat positif. Secara umum kita mengatakan bahwa usia remaja adalah usia peralihan dan persiapan, atau bisa saja disebut masa transisi yang penuh dengan aneka kesukaran yang menggoncangkan jiwa. Masa remaja di sebut juga masa persiapan untuk menjadi dewasa, pada waktu remaja seharusnya mereka dilengkapi dengan segala yang diperlukannya untuk bisa berdiri sendiri untuk dapat diberi tanggung jawab sebagai manusia dewasa untuk menjadi anggota masyarakat yang baik.
Secara garis besar unsur pembentukan pola kepribadian siswa yang utama adalah konsep diri dan sifat-sifat. Konsep diri ini merupakan atau mempengaruhi sistem-sistem psikofisik memebentuk kepribadian. Sementara, sifat-sifat menunjukan gambaran kualitas perilaku atau penyesuaian yang spesifik yang dipengaruhi oleh konsep diri. Konsep diri sebenarnya adalah keyakinan anak tentang pendapat orang yang penting baginya mengenai dirinya. Dengan demikian, konsep diri ini merupakan bayangan cermin yang memperlihatkan atau menunjukan takaran maupun ukuran mengenai keberanian, keyakinan, gambaran, pandangan, pemikiran, perasaan terhadap apa yang dimiliki anak.
Penelitian ini akan membahas mengenai efek tayangan kekerasan pada berita kriminal terutama pada aspek kognitif dan aspek afektif. Seperti yang telah dipaparkan di atas, gencarnya berita kriminal menimbulkan kekhawatiran akan terbentuknya persepsi dan sikap atau karakter negatif yang kuat. Sehingga memunculkan pertanyaan mengenai bagaimana siaran berita kriminal dapat menimbulkan efek di kalangan khalayak, khalayak yang bagaimana yang terkena efek tersebut dan pertanyaan-pertanyaan sejenis lainnya yang hanya dapat dijawab melalui penelitian semacam ini.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas,maka penulis tertarik untuk menarik masalah tersebut kedalam suatu penyusunan karya tulis ,karena itu penulis merumuskan judul “ Pengaruh Berita Kriminal di Televisi Terhadap Perkembangan Moralitas Siswa”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, Sehingga masalah-masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan moralitas siswa pada berita kriminal di televisi?
2. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perkembangan moralitas siswa pada berita kriminal di televisi?
3. Bagaimana efek kognitif dan afektif yang muncul di kalangan siswa sebagai dampakakibat dari berita kriminal di televisi?
4. Apakah ada hubungan antara berita kriminal di Televisi pada perkembangan moralitas siswa dengan efek kognitif dan afektif yang muncul di kalangan siswa?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tingkat perkembangan moralitas siswa pada berita kriminal di televisi.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perkembagan moralitas siswa pada berita kriminal di televisi.
3. Mengidentifikasi efek kognitif dan afektif yang muncul di kalangan siswa sebagai dampak akibat berita kriminal di televisi.
4. Menganalisis hubungan antara berita kriminal di televisi pada perkembangan moralitas siswa dengan efek kognitif dan afektif.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang efek-efek yang dapat muncul di kalangan remaja sebagai akibat dari menonton tayangan kekerasan di televisi beserta faktor-faktor yang berpotensi memunculkannya. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap berbagai pihak, yaitu:
1. Bagi pihak stasiun televisi, memberikan informasi mengenai efek berita kriminal terutama pada khalayak pemirsa, sehingga pihak televisi lebih memperhatikan isi berita kriminal yang akan ditayangkan.
2. Bagi khalayak , menambah wawasan dan informasi kepada khalayak mengenai efek berita kriminal, terutama bagi para orang tua untuk mengawasi dan mendampingi anak saat menonton siaran berita kriminal.
3. Bagi pengembangan riset dan ilmu komunikasi, menambah khasanah pengetahuan tentang penelitian efek media massa televisi terutama pada berita kriminal di televisi.
1.5. Kerangka Pemikiran
a. Berita Kriminal
Berita kriminal adalah uraian tentang peristiwa/fakta atau pendapat yang mengandung nilai berita tentang kejahatan yang ditayangkan di televisi. (Budhiarty, 2004) mendefinisikan berita kriminal sebagai acara yang menayangkan informasi hanya berkisar mengenai kejadian kriminal/kejahatan, kecelakaan, kebakaran dan atau orang hilang; tayangan ini dapat dikemas dalam format berita (news) ataupun laporan mendalam (indepth report) yang mengupas suatu kasus lama atau baru yang belum. Sudah terungkap, dan terkadang disertai tips-tips untuk mengantisipasi setiap modus kejahatan.
Begitu juga berita kriminal adalah uraian tentang peristiwa atau fakta mengenai berbagai tindakan kriminal (kejahatan) yang dilakukan oleh pelaku kejahatan. Berita dianggap menarik minat khalayak pemirsanya dengan kemasan aktual dan mendalam. Selain itu dengan berita yang bersifat komprehensif, interpretatif dan investigatif, akan menambah pengetahuan dan wawasan khalayak secara mendalam (Budhiarty,2004).
b. Moralitas Siswa
Garis pemisah antara awal masa dan akhir masa remaja terletak kira-kira sekitar usia tujuh belas tahun; usia saat mana rata-rata setiap remaja memasuki sekolah menegah tingkat atas (SMA). Awal masa remaja atau masa sekolah berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas tahun atau tujuh belas tahun, dan masa akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai delapan belas tahun.
Perubahan perilaku mencangkup aspek kognisi, afeksi dan aspek konasi. Menurut Winkel kognisi adalah pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki khalayak. Afektif adalah sikap khalyak mengenai tayangan berita di TV. Konasi adalah tindakan individu menurut cara tertentu. Menurut Hurlock dalam (Suharto, 2006) menjelaskan beberapa pola perilaku sosial pada masa anak-anak hingga remaja yaitu : (1) hasrat akan penerimaan sosial, (2) empati, kemampuan meletakkan diri dalam posisi orang lain dan menghayati pengalaman orang tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar