BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Televisi merupakan media yang dianggap paling mempengaruhi khalayaknya dalam hal penyampaian informasi. Informasi yang diberikan dikemas dalam bentuk sebuah program acara yang dinamakan berita. Permintaan pasar yang tidak pernah surut akan informasi menjadikan berita sebagai program utama di setiap stasiun televisi. Di samping memudahkan dalam mengetahui berbagai informasi, di sisi lain berita juga membawa suatu dampak negatif yang cukup meluas di berbagai lapisan masyarakat, terutama anak-anak dan remaja yang mudah terbius dan terpengaruh dengan apa yang dilihatnya. Bermula dari adanya tayangan berita di televisi yang kerap memunculkan adegan pornografis, kekerasan, dan hedonisme, maka dibuatlah karya tulis ini. Bahkan berita juga dapat meudahkan bagi orang untuk memiliki keterampilan dalam berbahasa.
Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on-line internet. “Berita adalah segala sesuatu yang terkait waktu dan menarik perhatian banyak orang dan berita terbaik adalah hal-hal yang paling menarik yang menarik sebanyak mungkin orang (untuk membacanya).” Dengan ini berarti berita televisi di artikan sebagai laporan cepat mengenai fakta atau ide baru yang benar dan di sampaikan dengan audio dan visual untuk menjelaskan sebuah infomasi yang di lemparkan kepada khalayak, yang berbeda dengan media cetak, karena teras berita di dalam berita televise di lampirkan oleh pembawa berita sedangken isi berita berada di dalam cuplikan gambar
Dengan demikian berita juga memiliki peranan yang pentinga dalam keterampilan berbahasa dengan model cooperative integrated reading karena bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya diperlukan adanya suatu komunikasi. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama dalam menyampaikan gagasan-gagasan, ide, perasaan dan pikiran. Keterampilan berbahasa sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Manfaatnya dapat kita rasakan jika ada informasi yang ingin kita sampaikan kepada orang lain. Informasi yang disampaikan sangat berpengaruh dengan cara kita menyampaikan informasi tersebut. Jika keterampilan berbahasa kita baik, maka informasi yang ingin kita sampaikan akan diterima dengan baik pula. Maka dari itu, perlu adanya keterampilan berbahasa.
Keterampilan berbahasa adalah keterampilan seseorang untuk mengungkapkan sesuatu atau ide kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan. Keterampilan berbahasa Indonesia dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Keterampilan reseptif adalah keterampilan berbahasa yang dilakukan seseorang untuk memperoleh informasi secara lisan dan tulisan.
b. Keterampilan produktif adalah keterampilan berbahasa yang dilakukan oleh seseorang untuk menyampaikan informasi atau ide / gagasan secara lisan dan tulisan.
Secara garis besar, manfaat keterampilan berbahasa sangat banyak, karena tanpa adanya keterampilan berbahasa, individu akan sulit berkomunikasi dengan individu lainnya. Manfaat keterampilan berbahasa dapat dilihat di berbagai profesi antara lain:
1. Seorang jurnalis yang bertugas meliput berita dan menyampaikan kepada orang lain harus mempunyai keterampilan khusus dalam berbahasa sehingga berita yang disampaikan dapat dimengerti dan dipahami oleh orang lain.
2. Seorang dokter juga harus mempunyai keterampilan berbahasa yang cukup tinggi, karena setiap hari mereka dituntut untuk berkomunikasi dengan pasien-pasien.
3. Begitu halnya dengan seorang pendidik atau guru. Seorang guru sekolah dasar (SD) harus memiliki keterampilan berbahasa yang cukup tinggi. Karena seorang guru SD merupakan guru pertama setelah keluarga yang mengajarkan cara menggunakan bahasa yang baik dan benar.
4. Seorang wartawan bukan hanya memiliki keterampilan membaca, mengamati, mendengarkan, namun juga harus memiliki keterampilan menulis. Keterampilan menulis merupakan keterampilan utama yang harus dimiliki seorang wartawan. Berbagai bentuk tulisan seperti berita dan artikel harus dikuasai agar informasi yang disajikan sesuai dengan fakta-fakta dan komutatif.
Keterampilan berbahasa juga mempunyai peran penting dalam pembuatan laporan, puisi, surat, karya ilmiah dan sebagainya. Dalam pembuatan laporan, penyusunannya itu harus sesuai dengan prosedur bahasa Indonesia. Demikian pula dalam pembuatan karya ilmiah, disusun dengan menggunakan bahasa yang baku sehingga mudah dipahami oleh para pembaca.
Ada empat aspek dalam keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
a. Menyimak
Menyimak adalah proses menangkap bunyi bahasa yang dilakukan dengan penuh perhatian, interprestasi, pemahaman, apresiasi, evaluasi dan respons untuk memperoleh informasi, menangkap isi, atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa.
b. Berbicara
Berbicara erat hubungannya dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh sang anak melalui kegiatan menyimak dan membaca
Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face to face communication. Hal-hal yang dapat memperlihatkan eratnya hubungan antara berbicara dengan menyimak adalah sebagai berikut :
1) Ujaran (Speech) biasa dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi)
2) Kata-kata yang dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh perangsang (stimulus)
3) Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan dalam masyarakat tempatnya hidup.
c. Membaca
Keterampilan membaca akan sangat mempengaruhi keluasan dan kedalaman pandangan tentang berbagai masalah yang dihadapi. Untuk mengetahui perkembangan dari sebagian ilmu pengetahuan dan informasi lainnya, maka diperlukan membaca
d. Menulis
Keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif yang hanya dapat diperoleh setelah keterampilan menyimak, berbicara dan membaca. Keterampilan menulis bukan hanya sekedar melambangkan pola bahasa yang terucapkan tetapi merupakan suatu wadah untuk mengkomunikasikan suatu pikiran.
Jadi, keempat aspek dalam berbahasa ini harus dimiliki oleh setipa orang. Baik anak-anak maupun orang tua. Oleh karena itu, keterampilan berbahasa harus diajarkan sejak usia dini, agar kelak dewasa nanti, sudah dapat memanfaatkan keterampilan berbahasa tersebut.
Adapun Cooperative Integrated Reading (CIRC) merupakan program yang komprehensif untuk mengajari pembelajaran membaca, menulis dan seni berbahasa pada kelas yang lebih tinggi di sekolah dasar.
Unsur-unsur dari tipe CIRC ini adalah sebagai berikut :
1) Kelompok membaca, siswa dibagi berdasarkan tingkat kemampuan membaca.
2) Tim, siswa dibagi dalam pasangan-pasangan dalam kelompok membaca mereka.
3) Kegiatan- kegiatan yang berhubungan dengan cerita, (membaca berpasangan, menulis cerita, mengungkapkan kata-kata dengan keras, makna kata, menceritakan kembali, ejaan).
4) Pemeriksaan oleh pasangan.
5) Tes, siswa diberi tes pemahaman tentang cerita.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas,maka penulis tertarik untuk menarik masalah tersebut kedalam suatu penyusunan karya tulis Ilimiah ,karena itu penulis merumuskan judul “ Pengaruh Berita Terhadap Keterampilan Berbahasa Siswa dengan Model Cooperative Integreted Reading di….
B. Perumusan Masalah
Berkembangnya tayangan berita di televisi menambah informasi bagi masyarakat terutama bagi siswa SMAN 1 Rangkas Bitung. Berita hadir karena permintaan pasar akan informasi tidak pernah surut, namun tidak sedikit dari isi berita yang dengan atau tanpa sengaja menyertakan unsur pornografis, kekerasan, dan hedonisme yang dapat mempengaruhi emosi pemirsa sehingga banyak diminati oleh masyarakat. Pengonsumsi berita tidak hanya kalangan orang dewasa, tetapi juga anak-anak dan para remaja masa anak sekolah. Berita di Televisi akan berpengaruh kepada anak sekolah terutama tentang keterampilan berbahasa
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh berita bagi Siswa SMAN 1 Rangkas Bitung ?
2. Bagaimana Pengaruh Keterampilan Berbahasa Siswa dengan Model Cooperative Integrated Reading di SMAN 1 Rangkas Bitung?
3. Apakah ada hubungannya antara pengaruh berita dengan keterampilan berbahasa siswa dengan model CIR di SMAN 1 Rangkas Bitung?
C. Tujuan Penulisan Karya Ilmiah
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah dirinci sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh yang timbul dari berita bagi siswa SMAN 1 Rangkas Bitung.
2. Mengetahui alasan bahwa tayangan berita di televisi berpengaruh terhadap keterampilan berbahasa siswa dengan model CIR
3. Mengetahui adanya hubungan antara penayangan berita dengan keterampilan berbahasa siswa dengan model CIR.
D. Manfaat
Penyusunan karya tulis ini diharapkan dapat berguna untuk berbagai hal, yaitu:
1. Menambah pengetahuan penulis mengenai pengaruh yang timbul akibat tayangan berita di televisi terhadap keterampilan berbahasa
2. Mengkaji alasan bahwa siaran berita di televisi berpengaruh terhadap siswa-siswi SMAN 1 Rangkas Bitung
3. Sebagai bahan masukan dan pelajaran bagi para siswa dalam upaya penambahan pengetahuan tentang keterampilan berbahasa Indonesia dengan model Cooperative Integrated Reading.
Selasa, 08 Maret 2011
Pengaruh Berita Kriminal di Televisi Terhadap Perkembangan Moralitas Siswa”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Siaran televisi saat ini telah menjadi suatu kekuatan yang sudah merasuk ke dalam kehidupan masyarakat. Televisi sebagai media massa memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan media lain di dalam penyampaian pesannya. Salah satu kelebihan televisi yaitu paling lengkap dalam hal menyajikan unsur-unsur pesan bagi khalayak pemirsa, oleh karena dilengkapi gambar dan suara terasa lebih hidup dan dapat menjangkau ruang lingkup yang sangat luas.
Pihak-pihak televisi menganggap semakin banyaknya stasiun TV tentunya akan memunculkan persaingan dan situasi yang kompetitif antar media elektronik untuk dapat merebut perhatian pemirsa dengan cara menyuguhkan acara-acara yang diperhitungkan akan disenangi oleh pemirsa. Untuk dapat menarik perhatian khalayak, paket acara yang ditawarkan dikemas semenarik mungkin. Berbagai paket acara yang disajikan diproduksi dengan memperhatikan unsur informasi, pendidikan serta hiburan. Namun, ketatnya persaingan justru menggeser paradigma pihak pengelola stasiun untuk menyajikan program acara yang sehat. Program acara-acara yang sering muncul di layar kaca justru kurang memperhatikan unsur informasi, pendidikan, sosial budaya bahkan etika dan norma masyarakat. Salah satunya unsur kekerasan menjadi menu utama di berbagai jenis tayangan yang dikemas dalam film, sinetron, dan berita.
Salah satunya tayangan yang mengandung unsur kekerasan dikemas dalam bentuk berita kriminal. Hampir keseluruhan berita kriminal tidak segan menampilkan adegan kekerasan di layar kaca seperti korban kekerasan, misalnya ceceran darah, bahkan menggambarkan kronologis kejadian secara lengkap. Saat ini hampir di semua stasiun televisi swasta terdapat tayangan berita kriminal. Ada yang disajikan dalam bentuk berita mendalam (indepth news), seperti, “Fakta” di ANTV, “Sidik Kasus di TPI, “Di Balik Tragedi” di TV One, dan “Metro Realitas” di Metro TV. Ada pula yang disajikan dalam bentuk berita langsung atau harian (daily news). Tayangan tersebut diantaranya adalah “Buser” di SCTV, “Sidik” di TPI, “TKP” di Trans7, “Sergap” di RCTI, dan “Patroli” di Indosiar.
Unsur kekerasan yang terdapat dalam berita kriminal tidak dapat dibendung. Hal ini memicu munculnya faktor penentu perubahan bagi perilaku khalayaknya dalam aspek kognitif, afektif, dan konatif. Alternatif berita kriminal di televisi tentunya akan memberikan pengaruh bagi khalayak pemirsanya, terutama jika berita kriminal yang ditayangkan dinikmati oleh khalayak remaja. Menurut Hurlock (Suharto, 2006) tahap perkembangan anak-anak hingga remaja, pada fase inilah remaja mulai memiliki pola perilaku akan hasrat penerimaan sosial yang tinggi. Khalayak remaja mulai menyesuaikan pola perilaku sosial sesuai tuntutan sosial. Remaja yang memiliki intentitas menonton berita kriminal mulai menyesuaikan hal-hal yang diterimanya dengan realitas sosial. Sehingga pengaruhnya akan cepat diterima terutama pada aspek kognitif, yang meliputi pengetahuan akan kejahatan, aspek afektif meliputi perasaan atau emosi akan tayangan kekerasan bahkan aspek behavioral yang meliputi tindakan untuk meniru adegan kekerasan.
Akan tetapi perkembangan moral pada siswa adalah seusia remaja banyak persoalan lainnya yang dihadapi oleh para siswa dalam pertumbuhannya itu, ada yang bersifat negatif dan ada pula yang bersifat positif. Secara umum kita mengatakan bahwa usia remaja adalah usia peralihan dan persiapan, atau bisa saja disebut masa transisi yang penuh dengan aneka kesukaran yang menggoncangkan jiwa. Masa remaja di sebut juga masa persiapan untuk menjadi dewasa, pada waktu remaja seharusnya mereka dilengkapi dengan segala yang diperlukannya untuk bisa berdiri sendiri untuk dapat diberi tanggung jawab sebagai manusia dewasa untuk menjadi anggota masyarakat yang baik.
Secara garis besar unsur pembentukan pola kepribadian siswa yang utama adalah konsep diri dan sifat-sifat. Konsep diri ini merupakan atau mempengaruhi sistem-sistem psikofisik memebentuk kepribadian. Sementara, sifat-sifat menunjukan gambaran kualitas perilaku atau penyesuaian yang spesifik yang dipengaruhi oleh konsep diri. Konsep diri sebenarnya adalah keyakinan anak tentang pendapat orang yang penting baginya mengenai dirinya. Dengan demikian, konsep diri ini merupakan bayangan cermin yang memperlihatkan atau menunjukan takaran maupun ukuran mengenai keberanian, keyakinan, gambaran, pandangan, pemikiran, perasaan terhadap apa yang dimiliki anak.
Penelitian ini akan membahas mengenai efek tayangan kekerasan pada berita kriminal terutama pada aspek kognitif dan aspek afektif. Seperti yang telah dipaparkan di atas, gencarnya berita kriminal menimbulkan kekhawatiran akan terbentuknya persepsi dan sikap atau karakter negatif yang kuat. Sehingga memunculkan pertanyaan mengenai bagaimana siaran berita kriminal dapat menimbulkan efek di kalangan khalayak, khalayak yang bagaimana yang terkena efek tersebut dan pertanyaan-pertanyaan sejenis lainnya yang hanya dapat dijawab melalui penelitian semacam ini.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas,maka penulis tertarik untuk menarik masalah tersebut kedalam suatu penyusunan karya tulis ,karena itu penulis merumuskan judul “ Pengaruh Berita Kriminal di Televisi Terhadap Perkembangan Moralitas Siswa”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, Sehingga masalah-masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan moralitas siswa pada berita kriminal di televisi?
2. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perkembangan moralitas siswa pada berita kriminal di televisi?
3. Bagaimana efek kognitif dan afektif yang muncul di kalangan siswa sebagai dampakakibat dari berita kriminal di televisi?
4. Apakah ada hubungan antara berita kriminal di Televisi pada perkembangan moralitas siswa dengan efek kognitif dan afektif yang muncul di kalangan siswa?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tingkat perkembangan moralitas siswa pada berita kriminal di televisi.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perkembagan moralitas siswa pada berita kriminal di televisi.
3. Mengidentifikasi efek kognitif dan afektif yang muncul di kalangan siswa sebagai dampak akibat berita kriminal di televisi.
4. Menganalisis hubungan antara berita kriminal di televisi pada perkembangan moralitas siswa dengan efek kognitif dan afektif.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang efek-efek yang dapat muncul di kalangan remaja sebagai akibat dari menonton tayangan kekerasan di televisi beserta faktor-faktor yang berpotensi memunculkannya. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap berbagai pihak, yaitu:
1. Bagi pihak stasiun televisi, memberikan informasi mengenai efek berita kriminal terutama pada khalayak pemirsa, sehingga pihak televisi lebih memperhatikan isi berita kriminal yang akan ditayangkan.
2. Bagi khalayak , menambah wawasan dan informasi kepada khalayak mengenai efek berita kriminal, terutama bagi para orang tua untuk mengawasi dan mendampingi anak saat menonton siaran berita kriminal.
3. Bagi pengembangan riset dan ilmu komunikasi, menambah khasanah pengetahuan tentang penelitian efek media massa televisi terutama pada berita kriminal di televisi.
1.5. Kerangka Pemikiran
a. Berita Kriminal
Berita kriminal adalah uraian tentang peristiwa/fakta atau pendapat yang mengandung nilai berita tentang kejahatan yang ditayangkan di televisi. (Budhiarty, 2004) mendefinisikan berita kriminal sebagai acara yang menayangkan informasi hanya berkisar mengenai kejadian kriminal/kejahatan, kecelakaan, kebakaran dan atau orang hilang; tayangan ini dapat dikemas dalam format berita (news) ataupun laporan mendalam (indepth report) yang mengupas suatu kasus lama atau baru yang belum. Sudah terungkap, dan terkadang disertai tips-tips untuk mengantisipasi setiap modus kejahatan.
Begitu juga berita kriminal adalah uraian tentang peristiwa atau fakta mengenai berbagai tindakan kriminal (kejahatan) yang dilakukan oleh pelaku kejahatan. Berita dianggap menarik minat khalayak pemirsanya dengan kemasan aktual dan mendalam. Selain itu dengan berita yang bersifat komprehensif, interpretatif dan investigatif, akan menambah pengetahuan dan wawasan khalayak secara mendalam (Budhiarty,2004).
b. Moralitas Siswa
Garis pemisah antara awal masa dan akhir masa remaja terletak kira-kira sekitar usia tujuh belas tahun; usia saat mana rata-rata setiap remaja memasuki sekolah menegah tingkat atas (SMA). Awal masa remaja atau masa sekolah berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas tahun atau tujuh belas tahun, dan masa akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai delapan belas tahun.
Perubahan perilaku mencangkup aspek kognisi, afeksi dan aspek konasi. Menurut Winkel kognisi adalah pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki khalayak. Afektif adalah sikap khalyak mengenai tayangan berita di TV. Konasi adalah tindakan individu menurut cara tertentu. Menurut Hurlock dalam (Suharto, 2006) menjelaskan beberapa pola perilaku sosial pada masa anak-anak hingga remaja yaitu : (1) hasrat akan penerimaan sosial, (2) empati, kemampuan meletakkan diri dalam posisi orang lain dan menghayati pengalaman orang tersebut.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Siaran televisi saat ini telah menjadi suatu kekuatan yang sudah merasuk ke dalam kehidupan masyarakat. Televisi sebagai media massa memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan media lain di dalam penyampaian pesannya. Salah satu kelebihan televisi yaitu paling lengkap dalam hal menyajikan unsur-unsur pesan bagi khalayak pemirsa, oleh karena dilengkapi gambar dan suara terasa lebih hidup dan dapat menjangkau ruang lingkup yang sangat luas.
Pihak-pihak televisi menganggap semakin banyaknya stasiun TV tentunya akan memunculkan persaingan dan situasi yang kompetitif antar media elektronik untuk dapat merebut perhatian pemirsa dengan cara menyuguhkan acara-acara yang diperhitungkan akan disenangi oleh pemirsa. Untuk dapat menarik perhatian khalayak, paket acara yang ditawarkan dikemas semenarik mungkin. Berbagai paket acara yang disajikan diproduksi dengan memperhatikan unsur informasi, pendidikan serta hiburan. Namun, ketatnya persaingan justru menggeser paradigma pihak pengelola stasiun untuk menyajikan program acara yang sehat. Program acara-acara yang sering muncul di layar kaca justru kurang memperhatikan unsur informasi, pendidikan, sosial budaya bahkan etika dan norma masyarakat. Salah satunya unsur kekerasan menjadi menu utama di berbagai jenis tayangan yang dikemas dalam film, sinetron, dan berita.
Salah satunya tayangan yang mengandung unsur kekerasan dikemas dalam bentuk berita kriminal. Hampir keseluruhan berita kriminal tidak segan menampilkan adegan kekerasan di layar kaca seperti korban kekerasan, misalnya ceceran darah, bahkan menggambarkan kronologis kejadian secara lengkap. Saat ini hampir di semua stasiun televisi swasta terdapat tayangan berita kriminal. Ada yang disajikan dalam bentuk berita mendalam (indepth news), seperti, “Fakta” di ANTV, “Sidik Kasus di TPI, “Di Balik Tragedi” di TV One, dan “Metro Realitas” di Metro TV. Ada pula yang disajikan dalam bentuk berita langsung atau harian (daily news). Tayangan tersebut diantaranya adalah “Buser” di SCTV, “Sidik” di TPI, “TKP” di Trans7, “Sergap” di RCTI, dan “Patroli” di Indosiar.
Unsur kekerasan yang terdapat dalam berita kriminal tidak dapat dibendung. Hal ini memicu munculnya faktor penentu perubahan bagi perilaku khalayaknya dalam aspek kognitif, afektif, dan konatif. Alternatif berita kriminal di televisi tentunya akan memberikan pengaruh bagi khalayak pemirsanya, terutama jika berita kriminal yang ditayangkan dinikmati oleh khalayak remaja. Menurut Hurlock (Suharto, 2006) tahap perkembangan anak-anak hingga remaja, pada fase inilah remaja mulai memiliki pola perilaku akan hasrat penerimaan sosial yang tinggi. Khalayak remaja mulai menyesuaikan pola perilaku sosial sesuai tuntutan sosial. Remaja yang memiliki intentitas menonton berita kriminal mulai menyesuaikan hal-hal yang diterimanya dengan realitas sosial. Sehingga pengaruhnya akan cepat diterima terutama pada aspek kognitif, yang meliputi pengetahuan akan kejahatan, aspek afektif meliputi perasaan atau emosi akan tayangan kekerasan bahkan aspek behavioral yang meliputi tindakan untuk meniru adegan kekerasan.
Akan tetapi perkembangan moral pada siswa adalah seusia remaja banyak persoalan lainnya yang dihadapi oleh para siswa dalam pertumbuhannya itu, ada yang bersifat negatif dan ada pula yang bersifat positif. Secara umum kita mengatakan bahwa usia remaja adalah usia peralihan dan persiapan, atau bisa saja disebut masa transisi yang penuh dengan aneka kesukaran yang menggoncangkan jiwa. Masa remaja di sebut juga masa persiapan untuk menjadi dewasa, pada waktu remaja seharusnya mereka dilengkapi dengan segala yang diperlukannya untuk bisa berdiri sendiri untuk dapat diberi tanggung jawab sebagai manusia dewasa untuk menjadi anggota masyarakat yang baik.
Secara garis besar unsur pembentukan pola kepribadian siswa yang utama adalah konsep diri dan sifat-sifat. Konsep diri ini merupakan atau mempengaruhi sistem-sistem psikofisik memebentuk kepribadian. Sementara, sifat-sifat menunjukan gambaran kualitas perilaku atau penyesuaian yang spesifik yang dipengaruhi oleh konsep diri. Konsep diri sebenarnya adalah keyakinan anak tentang pendapat orang yang penting baginya mengenai dirinya. Dengan demikian, konsep diri ini merupakan bayangan cermin yang memperlihatkan atau menunjukan takaran maupun ukuran mengenai keberanian, keyakinan, gambaran, pandangan, pemikiran, perasaan terhadap apa yang dimiliki anak.
Penelitian ini akan membahas mengenai efek tayangan kekerasan pada berita kriminal terutama pada aspek kognitif dan aspek afektif. Seperti yang telah dipaparkan di atas, gencarnya berita kriminal menimbulkan kekhawatiran akan terbentuknya persepsi dan sikap atau karakter negatif yang kuat. Sehingga memunculkan pertanyaan mengenai bagaimana siaran berita kriminal dapat menimbulkan efek di kalangan khalayak, khalayak yang bagaimana yang terkena efek tersebut dan pertanyaan-pertanyaan sejenis lainnya yang hanya dapat dijawab melalui penelitian semacam ini.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas,maka penulis tertarik untuk menarik masalah tersebut kedalam suatu penyusunan karya tulis ,karena itu penulis merumuskan judul “ Pengaruh Berita Kriminal di Televisi Terhadap Perkembangan Moralitas Siswa”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, Sehingga masalah-masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan moralitas siswa pada berita kriminal di televisi?
2. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perkembangan moralitas siswa pada berita kriminal di televisi?
3. Bagaimana efek kognitif dan afektif yang muncul di kalangan siswa sebagai dampakakibat dari berita kriminal di televisi?
4. Apakah ada hubungan antara berita kriminal di Televisi pada perkembangan moralitas siswa dengan efek kognitif dan afektif yang muncul di kalangan siswa?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tingkat perkembangan moralitas siswa pada berita kriminal di televisi.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perkembagan moralitas siswa pada berita kriminal di televisi.
3. Mengidentifikasi efek kognitif dan afektif yang muncul di kalangan siswa sebagai dampak akibat berita kriminal di televisi.
4. Menganalisis hubungan antara berita kriminal di televisi pada perkembangan moralitas siswa dengan efek kognitif dan afektif.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang efek-efek yang dapat muncul di kalangan remaja sebagai akibat dari menonton tayangan kekerasan di televisi beserta faktor-faktor yang berpotensi memunculkannya. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap berbagai pihak, yaitu:
1. Bagi pihak stasiun televisi, memberikan informasi mengenai efek berita kriminal terutama pada khalayak pemirsa, sehingga pihak televisi lebih memperhatikan isi berita kriminal yang akan ditayangkan.
2. Bagi khalayak , menambah wawasan dan informasi kepada khalayak mengenai efek berita kriminal, terutama bagi para orang tua untuk mengawasi dan mendampingi anak saat menonton siaran berita kriminal.
3. Bagi pengembangan riset dan ilmu komunikasi, menambah khasanah pengetahuan tentang penelitian efek media massa televisi terutama pada berita kriminal di televisi.
1.5. Kerangka Pemikiran
a. Berita Kriminal
Berita kriminal adalah uraian tentang peristiwa/fakta atau pendapat yang mengandung nilai berita tentang kejahatan yang ditayangkan di televisi. (Budhiarty, 2004) mendefinisikan berita kriminal sebagai acara yang menayangkan informasi hanya berkisar mengenai kejadian kriminal/kejahatan, kecelakaan, kebakaran dan atau orang hilang; tayangan ini dapat dikemas dalam format berita (news) ataupun laporan mendalam (indepth report) yang mengupas suatu kasus lama atau baru yang belum. Sudah terungkap, dan terkadang disertai tips-tips untuk mengantisipasi setiap modus kejahatan.
Begitu juga berita kriminal adalah uraian tentang peristiwa atau fakta mengenai berbagai tindakan kriminal (kejahatan) yang dilakukan oleh pelaku kejahatan. Berita dianggap menarik minat khalayak pemirsanya dengan kemasan aktual dan mendalam. Selain itu dengan berita yang bersifat komprehensif, interpretatif dan investigatif, akan menambah pengetahuan dan wawasan khalayak secara mendalam (Budhiarty,2004).
b. Moralitas Siswa
Garis pemisah antara awal masa dan akhir masa remaja terletak kira-kira sekitar usia tujuh belas tahun; usia saat mana rata-rata setiap remaja memasuki sekolah menegah tingkat atas (SMA). Awal masa remaja atau masa sekolah berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas tahun atau tujuh belas tahun, dan masa akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai delapan belas tahun.
Perubahan perilaku mencangkup aspek kognisi, afeksi dan aspek konasi. Menurut Winkel kognisi adalah pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki khalayak. Afektif adalah sikap khalyak mengenai tayangan berita di TV. Konasi adalah tindakan individu menurut cara tertentu. Menurut Hurlock dalam (Suharto, 2006) menjelaskan beberapa pola perilaku sosial pada masa anak-anak hingga remaja yaitu : (1) hasrat akan penerimaan sosial, (2) empati, kemampuan meletakkan diri dalam posisi orang lain dan menghayati pengalaman orang tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)