Rabu, 29 Februari 2012

Tahapan-Tahapan Dan Proses umum Penelitian Pendidikan

Tahapan-Tahapan Dan Proses umum Penelitian Pendidikan

A. Pendahuluan
Selama ini barangkali yang ada dalam benak kita tentang penelitian, adalah suatu kegiatan yang susah, rumit, pekerjaannya para Profesor, dan hanya orang-orang jenius saja yang dapat mengerjakannya. Sehingga kebanyakan dari kita mengatakan bahwa penelitian itu sulit, malas dan tidak berminat pada yang namanya penelitian.
Tapi sesungguhnya jika kita cermati dan perlu kita luruskan bahwa penelitian ini sebenarnya suatu kegiatan yang enjoy/santai dan mengasyikkan. Betapa tidak, dengan penelitian kita bisa enjoy mengamati benda, zat, tumbuhan, binatang, dan orang-orang yang kita teliti. Pada kegiatan ini kita temukan hal-hal yang menarik. Dengan penelitian kita dapat asyik mencoba-coba atau melakukan percobaan sesuatu yang ingin kita ketahui dan membuktikan keberadaan dan kebenarannya.
Tentunya dalam prosedur penelitian berisi urutan-urutan atau langkah-langkah pekerjaan yang harus dilakukan dalam penelitian. Langkah-langkah penelitian merupakan tahapan-tahapan yang mesti diikuti dalam melaksanakan penelitian. Oleh karenanya dalam makalah kali ini penulis ingin mencoba menyajikan dan menghidangkan beberapa Tahapan-tahapan atau langkah-langkah proses umum penelitian pendidikan. Semoga.

A. Langkah-langkah dan Perencanaan Penelitian
Sebagaimana pada pendahuluan dimuka bahwa Prosedur Penelitian Berisi urutan-urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam penelitian. Langkah-langkah penelitian merupakan tahapan-tahapan yang mesti diikuti dalam melaksanakan penelitian. Layaknya suatu kegiatan Ilmiah, sebuah penelitian dilaksanakan melalui prosedur kerja berurut, baku dan formal. Keterurutannya diperlihatkan melalui cara-cara penemuan masalah hingga penyelesaian masalah. Kebakuannya ditujukan melalui kerangka berfikir yang mengacu pada langkah-langkah metode ilmiah sehingga penelitian jenis apapun senantiasa memiliki kerangka berfikir yang sejenis dan baku. Adapun keformalannya direalisasikan dalam bentuk penulisan laporan penelitian ( Skripsi, Thesis dan lain-lain )
Penelitian sebagai dasar untuk meningkatkan pengetahuan tentu harus memenuhi persyaratan-persyaratan. Adapun persyaratan penting dalam mengadakan kegiatan penelitian yaitu :
a. Sistematis
Dilaksanakan menurut pola tertentu dari yang paling sederhana sampai kompleks hingga tercapai tujuan secara efektif dan efisien.
b. Berencana
Dilaksanakan dengan adanya unsur kesengajaan dan sebelumnya sudah dipikirkan langkah-langkah pelaksanaannya.
c. Mengikuti Konsep Ilmiah
Mulai awal sampai akhir kegiatan penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
Tentu dalam Penelitian. Seseorang dalam melakukan penelitian hendaknya menyiapkan kebutuhan-kebutuhan agar penelitian yang dilakukan membuahkan hasil yang signifikan. Adapun kebutuhan-kebutuhan seorang peneliti adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan terhadap Teori
2. Kebutuhan terhadap masalah
3. Kebutuhan terhadap rencana
4. Kebutuhan Hipotesis
5. Kebutuhan terhadap sejumlah data
6. Kebutuhan terhadap Fasilitas
7. Kebutuhan terhadap kebebasan.
1. Kebutuhan terhadap teori

Seorang peneliti membutuhkan teori yang menjadi dalil bagi dasar-dasar pijakan penelitian. Teori dapat menjadi dasar dan rangka suatu ilmu pengetahuan. Teori yang ilmiah adalah teori yang dapat dijadikan pijakan untuk melakukan pengolahan data, mulai sistem pengumpulan data sampai dengan penilaian data itu sendiri sehingga data yang dimaksudkan akan diketahui relevansinnya.
2. Kebutuhan terhadap masalah
Masalah adalah setiap kesulitan yang menggerakan manusia untuk memecahkannya, masalah harus dirasakan sebagai rintangan yang harus dilalui dengan jalan mengatasinya jika kita mau terus berjalan mengikuti jalur tersebut. Masalah timbul karena adanya tantangan, kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena, oleh karenanya penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah tersebut, atau setidaknya menutup celah yang terjadi.
3. Kebutuhan terhadap rencana
Dalam bentuk rencana yang lengkap biasanya judul masalah dan keterangan judul disertai keterangan-keterangan tertentu yang berkaitan dengan devinisi sebagai pengertian pokok dalam pembahasan masalah. Metode yang digunakan tentunya sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Metode tersebut harus dijelaskan sehingga reasoningnya benar-benar diterima ; penentuan sumber data harus jelas, dan sumber data literaturnya harus memadai, terutama jika berkaitan dengan tinjauan kepustakaan.
4. Kebutuhan terhadap hipotesis
Hipotesis menjadi penting terutama dalam penelitian yang bersifat kuantitatif. Hipotesis yang dimaksud adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Kebenaran tersebut harus dibuktikan melalui data yang terkumpul.
5. Kebutuhan terhadap sejumlah Data
Semua penelitian membutuhan sejumlah data. Tanpa data tidak ada penelitian. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai teknik misalnya : Observasi, wawancara, dekumentasi dan sebagainya.
6. Kebutuhan terhadap Fasilitas
Penggunaan fasilitas dalam suatu penelitian misalnya : alat perekam, kamera, kendaraan, waktu dan sebagainya.
7. Kebutuhan kebebasan
Peneliti harus bebas bergerak dalam mengumpulkan data, bukan penelitian yang dikejar target sponsor, sehingga prinsip yang dibangun dalam penelitian adalah kebenaran.
B. Langkah-langkah penelitian
Prosedur dan langkah-langkah penelitian merupakan sala satu upaya kita dalam melakukan penelitian secara efektif dan efisien. Jadi yang kita kerjakan tidak menyimpang dari kerangka ilmiah dan tidak menghabiskan waktu dengan sia-sia.
Ada banyak pendapat para ahli mengenai langkah-langkah penelitian. Dari berbagai pendapat tersebut secara umum langkah-langkah dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut.
1. Menentukan judul/Masalah
Besar maupun kecil, sedikit maupun banyak, setiap orang mesti memiliki masalah. Hanya bedanya, ada masalah yang dapat seketika diatasi tetapi ada pula yang memerlukan penelitian. Selain itu ada masalah penelitian yang tidak dapat dipecahkan melalui penelitian karena berbagai sebab, antara lain karena tidak tersedia datanya.
Memilih masalah bukanlah pekerjaan yang mudah terutama bagi orang-orang yang belum banyak berpengalaman meneliti. Untuk ini diperlukan kepekaan dari calon peneliti, masalah-masalah ini akan timbul dalam bentuk keinginan untuk segera dilaksanakan penemuannya.
2. Studi Pendahuluan/Survei awal
Walaupun sudah diperoleh suatu masalah untuk diteliti, sebelum mengadakan penelitian yang sesungguhnya, peneliti mengadakan suatu study pendahuluan, yaitu menjajagi kemungkinan diteruskannya pekerjaan meneliti. Winarno Sucarmand menyebutnya sebagai study Eksploratoris. Study pendahuluan juga dimaksudkan untuk mencari informasi yang diperlukan oleh peneliti agar masalahnya menjadi lebih jelas kedudukannya.
3. Perumusan Masalah
Apabila telah diperoleh informasi yang cukup dari study pendahuluan/study eksploratoris, maka masalah yang akan diteliti menjadi jelas. Agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka peneliti harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus mulai, kemana harus pergi dan dengan apa.
4. Study Kepustakaan
Study Kepustakaan merupakan jalan yang akan dilewati oleh penulis untuk membangun dasar teori atau kerangka berfikir. Kerangka berfikir akan dimanfaatkan oleh peneliti untuk menganalisis masalah. Semakin banyak teori yang dapat ditelusuri, akan semakin tajam analisis yang dapat dilakukan.
5. Merumuskan kerangkan berfikir dan Hipotesis.
Kerangkan berfikir adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal yang akan dipakai untuk tempat berpijak didalam melaksanakan penelitiannya. Jika kerangka berfikir merupakan dasar pemikiran yang memungkinkan kita mengadakan penelitian tentang permasalahan, maka hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi harus dibuktikan, dites atau diuji kebenarannya. Hipotesis menuntun pada peneliti untuk memusatkan arah pandangan pada topik penelitian sehingga pekerjaan dapat dilakukan lebih terfokus dan terkonsentrasi.
6. Metodologi Penelitian.
Metodologi penelitian menyangkut pendekatan, variabel, sumber data, dan Instrumen penelitian. Akan diuraikan dibawah ini :
a. Memilih pendekatan
Pendekatan disini adalah metode atau cara mengadakan penelitian seperti halnya eksperimen atau non eksperimen. Tetapi disamping itu juga menunjukan jenis atau tipe penelitian yang digunakan. Dipandang dari segi tujuan, metode penelitian misalnya eksploratif, deskritif atau historis. Masih ada lagi pandangan dari subyek penelitiannya, misalnya populasi atau kasus.
Penentuan pendekatan akan akan sangat menentukan variabel atau obyek penelitian apa yang akan ditatap. Sekaligus menentukan subyek penelitian atau sumber dimana kita akan memperoleh data.
b. Menentukan variabel dan sumber data
Kedua hal diatas harus diidentifikasi secara jelas agar dengan tepat dapat ditentukan alat apa yang akan kita gunakan untuk mengumpulkan datanya, begitu peneliti menyebutkan data macam apa yang akan diteliti, seyogianya langsung ditentukan dari mana data untuk variabel tersebut akan diperoleh.
c. Menentukan dan menyusun Instrumen.
Instrumen yang diteliti sangat tergantung dari jenis data dan dari mana data diperoleh. Sebagai contoh : data tingkah laku siswa tentu hanya dapat diperoleh dari siswa dengan cara mengobservasi atau diperoleh dari guru yang bergaul sehari-hari dengan siswa melalui Interview atau kuisioner.
7. Pengumpulan Data
Apabila peneliti sudah menentukan data apa yang akan dikumpulkan, dari mana data tersebut dapa diperoleh dan dengan cara apa, maka peneliti sendiri maupun orang lain yang akan membantu sudah mengetahui dengan pasti apa berikutnya akan dilakukan. Tentunya data tersebut harus sesuai, jika datanya tidak sesuai maka kesimpulannya akan salah dan hasil penelitiannya menjadi palsu.
8. Analisis Data
Tentunya dalam menganalisis data membutuhkan ketekunan dan pengertian terhadap jenis data. Jenis data akan menuntut teknis analisis data tersebut.
9. Kesimpulan dan penulisan laporan penulisan.
Langkah ini sebenarnya sudah merupakan langkah terakhir dari kegiatan penelitian. Pekerjaan meneliti telah selesai, dan peneliti tinggal mengambil kesimpulan dari hasil pengolahan data, dicocokan dengan hipotesis yang telah dirumuskan. Sesuaikah data yang terkumpul dengan hipotesis atau dengan peneliti sebelumnya?.
Pada tahap inilah peneliti bisa merasa lega karena hipotesisnya terbukti atau kecewa karena tidak terbukti. Satu hal yang harus dimiliki oleh peneliti yaitu sifat jujur. Dalam menarik kesimpulan penelitian, ia tidak boleh mendorong atau mengarahkan agar hipotesisnya terbukti, tidak terbuktinya suatu hipotesis bukanlah suatu pertanda bahwa apa yang dilakukan pleh peneliti itu salah dan harus merasa malu.
Kegiatan penelitian menuntut agar hasilnya disusun, ditulis dalam bentuk laporan penelitian agar hasilnya diketahui orang lain. Prosedurnya pun diketahui orang lain pula sehingga dapat dicek kebenaran pekerjaan penelitian tersebut.

C. Tahapan-tahapan Penelitian secara umum
Tahapan ini terdiri pula atas Tahap Pralapangan, Tahap Pekerjaan lapangan dan tahap analisis data. Akan diuraikan sebagai berikut :
1. Tahap Pra – lapangan
1). Menyusun Rancangan Penelitian
2). Memilih lapangan penelitian
Dalam penentuan lapangan penelitian adalah dengan jalan mempertimbangkan teori substansif dan dengan mempelajari serta mendalami fokus serta rumusan masalah penelitian ; untuk itulah pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada dalam lapangan.
3). Mengurus perizinan
Dalam hal ini yang berwenang memberikan izin untuk mengadakan penelitian ialah kepala pemerintahan setempat dimana penelitian itu akan diselenggarakan seperti : Gubernur/Kepala daerah, bupati, camat sampai kepada RT/RW.
4). Menjajaki dan menilai lapangan
Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana dengan baik apabila peneliti sudah membaca terlebih dahulu dari kepustakaan atau mengetahui melalui orang dalam tentang situasi dan kondisi daerah tempat penelitian dilakukan. Sebaiknya, sebelum menjajaki lapangan, peneliti sudah mempunyai gambaran umum tentang geografi, demografi, sejarah, tokoh-tokoh, adat-istiadat, konteks kebudayaan, kebiasaan-kebiasaan agama, pendidikan, mata pencaharian dan sebagainya. Hal tersebut akan sangat membantu penjajakan lapangan.
5). Memilih dan Memanfaatkan Informan.
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi, ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Ia berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat Informal. Keguanaan Informal bagi peneliti ialah membantu secepatnya dalam menerima Informasi yang terjaring. Karena Informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subyek lainnya.
6). Menyiapkan Perlengkapan Penelitian.
a). Perizinan penelitian, dan kontak dengan daerah yang diteliti.
b). Pengaturan perjalanan.
c). Alat tulis ( Pensil/ball Point, kertas, buku catatan, map, klip, kartu, karet )
d). Alat perekam ( Tape recorder, video-cassete recorder, kamera foto ).
7). Persoalan Etika Penelitian.
a). Sewaktu tiba ditempat dan berhadapan dengan orang-orang katakan dengan jujur dan terbuka maksud dan tujuan kedatangan peneliti.
b). Pandang dan hargailah orang-orang yang diteliti bukan sebagai Obyek, melainkan sebagai orang yang sama derajatnya dengan peneliti.
c). Hargai, hormati, dan patuhi semua peraturan, norma, nilai masyarakat, kepercayaan, kebudayaan dan adat-istiadat masyarakat.
d). Peganglah kerahasiaan segala sesuatu yang berkenaan dengan informasi yang diberikan oleh Subyek.
e). Tulislah segala kejadian, peristiwa, ceritera dan lain-lain secara jujur dan benar sesuai dengan fakta yang ada.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan.
1). Memahami latar penelitian dan persiapan diri
a). Pembatasan latar dan peneliti
Untuk memasuki pekerjaan dilapangan, peneliti perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu. Disamping itu ia perlu mempersiapkan dirinya, baik secara fisik maupun secara mental disamping ia harus mengingat persoalan etika sebagai yang telah diuraikan dimuka.
Menurut Lofland dan Lofland ( 1984 : 21-24 ) latar terbuka terdapat dilapangan umum seperti tempat berpidato, orang berkumpul ditaman, toko, bioskop dan ruang tunggu rumah sakit. Pada latar demikian peneliti barangkali hanya akan mengandalkan pengamatan dan kurang sekali mengadakan wawancara. Hal itu membawa peneliti untuk memperhitungkan latar tersebut sehingga strategi pengumpulan datanya menjadi efektif. Dalam hal ini hubungan peneliti dengan subyek kurang mesra. Sebaliknya pada latar tertutup hubungan peneliti perlu akrab karena latar demikian bercirikan orang-orang sebagai subyek yang perlu diamati secara teliti dan wawancara secara mendalam.
b). Penampilan
Peneliti hendaknya menyesuaikan penampilannya dengan kebiasaan, adat, tata cara dan kultur latar penelitian. Hal tersebut akan memudahkan hubungan dengan subyek dan dengan demikian diharapkan akan memudahkan pengumpulan data tersebut.
c). Pengenalan hubungan peneliti dilapangan
d). Jumlah waktu study
Mengenai pembatasan waktu pada dasarnya peneliti sendirilah yang perlu menentukan pembagian waktu agar waktu yang digunakan dilapangan dimanfaatkan seefesien dan seefektif mungkin.
2). Memasuki lapangan
a). Keakraban hubungan
b). Mempelajari Bahasa
c). Peranan peneliti
3). Berperan-serta sambil mengumpulkan data
a). Pengarahan batas study
b). Mencatat Data
Alat penelitian penting yang biasanya digunakan ialah catatan lapangan. Catatan lapangan tidak lain adalah catatan yang dibuat oleh peneliti sewaktu mengadakan pengamatan dan wawancara, atau menyaksikan suatu kejadian tertentu.
c). Petunjuk tentang cara mengingat data
Menurut Bogdan ( 1972 – 41-42 ) bahwa petunjuk tentang cara mengingat data adalah sebagai berikut :
 Buatlah catatan secepatnya, jangan menunda-nunda pekerjaan.
 Jangan berbicara dengan orang lain terlebih dahulu tentang hasil pengamatan sebelum peneliti menuangkannya kedalam catatan lapangan.
 Usahakan agar tidak terjadi gangguan sewaktu peneliti menulis, mengetik, atau mendengarkan serta menyalin hasil rekaman dari perekam kaset.
 Tulislah secara urut peristiwa langkah demi langkah sesuai dengan apa yang terjadi sewakt diamati.
 Buatlah garis besar yang berisi judul-judul tentang sesuatu yang ditemui dalam suatu pengamatan atau wawancara yang cukup lama dilakukan.
d). Kejenuhan, keletihan dan istirahat.
e). Meneliti suatu latar yang didalamnya terdapat pertentangan
Jika peneliti menemukan dengan kelompok-kelompok yang sedang bertentangan tentu saja situasi tersebut sangat sulit. Dalam hal ini peneliti hendaknya berusaha sekuat tenaga agar dia tetap netral, tidak memihak, dan sejauh mungkin menengahi persoalan yang terjadi.
f). Analisis di lapangan/data lapangan.
3. Penulisan laporan Penelitian
Pada bagian ini yang termasuk ke dalam penulisan laporan adalah sistematika penulisan. Hal ini penting dikemukakan mengingat sistematika penulisan yang didalamnya memuat permasalahan, metodologi dan penyimpulan turut mewarnai informatif tidaknya sebuah laporan hasil penelitian.
Langkah-langkah, batang tubuh atau unsur-unsur suatu penelitian yang bisa dijadikan pegangan bagi penelitian pendidikan khususnya dan penelitian ilmiah umumnya adalah sebagai berikut :
1. Permasalahan dijabarkan menjadi :
 Latar belakang masalah
 Pentingnya masalah
 Pembahasan dan perumusan masalah
2. Kajian literatur
3. Asumsi-asumsi dan hipotesis
4. Pemilihan pendekatan dijabarkan menjadi pemilihan :
 Metode, teknik, dan desain
 Teknik sampling ( Populasi dan Sampel )
5. Model Instrumen pengumpulan dan pengolahan data
6. Kesimpulan dan implikasi.




PENUTUP

Kegiatan penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang harus dibuktikan dengan data yang valid. Tentu melakukan penelitian tidak mudah yang kita bayangkan, butuh persiapan yang matang sehingga hasil yang didapatkan dan penemuan yang ditemukan berdasarkan kerangka ilmiah yang didukung data-data benar. Untuk melakukan penelitian tentunya harus dipersiapkan dalam berbagai aspek, mulai dari persiapan penelitian, langkah-langkah penelitian dan tahapan-tahapan yang akan dilaksankan. Agar kegiatan penelitian yang dilaksanakan benar-benar berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karenanya dalam makalah yang kami susun ini kiranya dapat memberikan sumbangsih pandangan sebagai bekal nantinya bagaimana seharusnya kita melakukan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian. Kami mengharap perbaikan disana-sini kepada segenap pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Kritik dan saran penulis harapkan untuk keparipurnaan makalah ini. Semoga bermanfaat. Amin.

















DAFTAR PUSTAKA

1. Team Penyusun Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. ” Panduan Penelitian ”. PT. Dinas Olahraga dan Pemuda. Jakarta 2003.
2. Drs. M. Subana, M.Pd. dan Sudrajat, S. Pd. ” Dasar-dasar Penelitian Ilmiah ”. PT. Pustaka Setia Bandung. 2009.
3. Prof. Dr. Suharsimi Arikunto. “ Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek “. PT. Rineka Cipta. Jakarta 1998.
4. Drs. Beni Ahmad Saebani, M. Si. “ Metode Penelitian “. PT. Pustaka Setia. Bandung. 2008
5. Moh. Nazir, Ph. D “ Metode Penelitian “. PT. Ghalia Indonesia 1988.
6. Prof. Dr. Sugiyono. “ Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D “. PT. Alfabeta Bandung 2010
7. Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A. “ Metodologi Penelitian Kualitatif “ Edisi Revisi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2004.

JENIS DAN RAGAM PENELITIAN

A. Pendahuluan
Sebelum kita mengenal penelitian, terkadang kita hanya membayangkan dan mendengar kata “penelitian”, orang sering membayangkan suatu kesibukan di laboratorium. Seorang ahli sedang asyik mengamati reaksi zat-zat yang dicampur di tabung reaks, atau dalam labu didih, tabung Erlenmeyer, atau alat-alat lain yang serba rumit. Dengan kata demikian, maka penelitian adalah suatui.
Akan tetapi dalam konteks ini penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam suatu perkembangan ilmu pengetahuan atau bidang tertentu. membuktikan, mengembangkan, atau bahkan menyempurnakan hal yang dianggap bisa memberikan manfaat besar untuk masyarakat secara umum, atau suatu komunitas tertentu secara khusus. Di dalam penelitian, dibutuhkan keseriusan dan ketelitian dalam pengerjaannya, sebab penelitian tidak hanya dilakukan hanya dengan cukup mempertimbangkan satu atau dua faktor, akan tetapi peneliti harus tahu cukup banyak faktor pendukung sehingga penelitian itu bisa dilakukan dengan baik dan dapat diterima oleh masyarakat.
Karena banyaknya bidang dan semakin saratnya kedinamisan perkembangan ilmu pengetahuan, maka ilmu penelitian pun mempunyai berbagai macam jenis penelitian sesuai dengan karakter objek yang ditelitinya. Penelitian dengan menggunakan metode yang salah akan menyebabkan keraguan dan menimbulkan kesalahpahaman pada masyarakat luas.


B. Pembahasan tentang Jenis dan Ragam Penelitian
Penelitian adalah terjemahan dari kata Inggris research. Dari itu, ada juga ahli yang menerjemahkan research sebagai riset. Research itu sendiri berasal dari kata re, yang berarti “kembali” dan to search yang berarti mencari. Dengan demikian, arti sebenarnya dari research atau riset adalah “mencari kembali”.
Menurut kamus Webster`s New International, penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Menurut ilmuwan Hillway (1956) yang dikutip oleh Moh. Nazir mengatakan penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. Dalam pembahasan kali ini akan mencoba jenis dan ragam penelitian.
Penelitian dapat digolongkan atau dibagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, antara lain berdasarkan:
1. Penelitian Ditinjau dari Tujuan
Berdasarkan tujuan, metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Basic Research (Penelitian Dasar): Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang bersifat praktis. Menurut S. Suriasumantri (1985) menyatakan bahwa penelitian dasar atau murni adalah penelitian yang bertujuan menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. (dalam Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung 2001, h.2)
b. Applied Research (Penelitian Terapan) : Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah praktis.
c. Penelitian ekploratif
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara luas tentang sebab-sebab atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu. Contoh: Di suatu desa tertentu di Indonesia, banyak diantara penduduknya yang mengidap penyakit lupus. Untuk mengetahui sebab kejadian tersebut, dibentulah tim ahli untuk meneliti kenapa hal itu bisa terjadi.
d. Penelitian Development/ pengembangan
Semua kejadian yang berhubungan dengan proses terjadinya sesuatu tersebut (dari hasil penelitian sebelumnya) baik dalam penelitian ilmu murni maupun terapan, dicatat, diteliti dan diadakan penyempurnaan, hingga ditemukannya prototype model pemecahan yang pada akhirnya dapat disebut Operation Research.
Contohnya, pemerintah mencoba menerapkan kurikulum berbasis kompetensi di sekolah dari tingkat SD sampai SMA. Maka diterapkanlah kurikulum tersebut pada beberapa sekolah. Dalam prosesnya, semua kejadian yang berhubungan dengan proses belajar mengajar dicatat, diteliti, dan diadakan penyempurnaan. Karena hasil.
penilitian menunjukan hasil yang baik, maka penerapan kurikulum berbasis kompetensi dilakukan pada skala yang lebih besar, yaitu seluruh sekolah yang ada di Indonesia.
e. Penelitian verifikatif
Penelitian ini bertujuan untuk mengecek kebenaran hasil penelitian lain yang sebelumnya telah dilakukan. Contoh: Pada tahun 1990 seorang psikolog meneliti siswa-siswi Taman Kanak-kanak bahwa tingkat konsentrasi mereka hanya lah sepuluh menit diawal pelajaran. selang sepuluh tahun kemudian, seorang peneliti kembali meneliti untuk mengecek kebenaran hasil penelitian sebelumnya.



f. Penelitian kebijakan
Penelitian ini dilakukan oleh suatu lembaga yang biasanya akan mengadakan upaya-upaya tertentu untuk meningkatkan kinerja atau memperbaiki keadaan lembaga tersebut. Contohnya: sebuah lembaga pemerintahan mengadakan upaya untuk meningkatkan kedisiplinan karyawan. Setelah ditemukan strategi yang diperkirakan tepat, lembaga tersebut menyebarkan angket pada karyawan untuk menanyakan pendapat para karyawan tentang mengefektifkan strategi yang dimaksud.
Akan tetapi, menurut Gay (1977) bahwa sebenarnya sangat sulit untuk membedakan antara penelitian murni (basic research), penelitian terapan (applied research) secara terpisah, karena keduanya terletak pada satu garis kontinum (dalam Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung 2001, h.2)
2. Penelitian Ditinjau dari Pendekatan
Penelitian ditinjau dari pendekatan dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Penelitian survey
Kerlinger (1973) mengemukakan bahwa penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data sample yang diambil dari populasi tersebut. Sehingga ditemukan kejadian-kejadian relative, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel (Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung 2001, h.3)

b. Penelitian Ex Post Facto
Suatu penilitian yang dilakukan untuk meneliti suatu peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut kebelakang melalui data tersebut untuk menemukan factor-faktor yang mendahului atau menemukan sebab-sebab yang mungkin atas peristiwa yang diteliti. Contoh: penggunaan logika dasar jika…….., maka……..
c. Penelitian Eksperimen
Suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat dan umumnya dilakukan pada laboratorium.

d. Penelitian Naturalistik
Sering disebut juga dengan metode kualitatif, yaitu digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang dialami, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, hasil penelitian lebih menekankan pada makna.
e. Policy Research
Dimulai karena adanya masalah, yang dimiliki oleh para administrator / pemimpin atau pengambil keputusan dalam suatu organisasi atau masyarakat.
f. Action Research (Penelitian Tindakan)
Penelitian ini memfokuskan pada masalah lokal yang dilakukan dengan tujuan untuk melakukan perubahan atau menguji prosedur yang diperkirakan dan dipertanggungjwabkan dalam situasi tertentu.
g. Penelitian Evaluasi
Penelitian ini merupakan penjelasan dari suatu fenomena atau bagian dari proses pembuatan keputusan yang membandingkan suatu kejadian, kegiatan dan produk dengan standard program yang telah ditetapkan, dilakukan pada evaluasi formatif yang menekankan pada proses, feedback, dari suatu aktifitas atau sumatif yaitu menkankan pada efektivitas pencapaian program.
h. Penelitian Sejarah
Penelitian ini berkenaan dengan analisis yang logis terhadap kejadian-kejadian yang telah berlangsung dimasa lalu. Dalam hal ini, data dapat diperoleh dari data primer (orang yang terlibat langsung dalam kejadian itu), atau data sekunder atau dokumentasi-dokumentasi waktu itu. Tujuan dari penelitian ini untuk merekonstruksi kejadian masa lalu secara sistematis, objektif sehingga ditemukan fakta-fakta untuk menyusun kesimpulan, untuk menjawab kapan kejadian itu berlangsung dan siapa pelakunya serta bagaimana prosesnya.
3. Penelitian Menurut Tingkat Eksplanasi
Yaitu penelitian yang menjelaskan bagaimana variabel-variabel yang diteliti itu menjelaskan obyek-obyeknya melalui pengumpulan data, mengevaluasi, menferifikasi, menganalisis dan meninterpretasikannya untuk menyusun kesimpulan. Penelitian menurut tingkat Eksplanasi meliputi:
a. Penelitian Deskriptif
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sesuatu. Pada umumnya, penelitian ini dilakukan pada variabel mandiri.
Contoh: hasilnya:
Sifat masyarakat desa → cenderung sosialis
Sifat masyarakat kota → cenderung individualis
Penelitian diatas biasanya adalah sebagai kelanjutan Riset Eksplorasi yang dijalankan sebelumnya.
Adapun ciri-ciri penelitian deskriptif adalah:
1) Tujuan penelitianya menggambarkan profil, sikap, motivasi, tingkat kepuasan karyawan, aliran komunikasi
2) Sifatnya terstruktur, formal, informasi yang dicerai ditetapkan dengan jelas, jumlah sample besar dan representative, analisis data kuantitaif, sering kali merupakan riset lanjutan dari eksplorasi.
3) Data yang dimiliki data sekunder, survey dan observasi
4) Hasil temuan berupa kesimpulan, yang dijadikan masukan untuk pengambilan keputusan yang dikutip dari (Malhotra: 2004), dalam buku Riset Sumber Daya Manusia (Istijanto: 2005,h.22).


b. Penelitian Komparatif
Adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan, yaitu variabel mandiri yang dibandingkan adalah sebagai respondennya.
c. Penelitian Asosiatif atau Kausalitas
Penelitian ini minimal terdapat dua variabel yang dihubungkan, dapat bersifat simetris, kausalitas dan interaktif.
Adapun cirri-ciri penelitian ini adalah:
1) Tujuannya untuk menentukan atau membuktikan hubungan sebab akibat
2) Terstruktur, formal, yang dicari ditetapkan dengan jelas sample besar representative, analisis data kuantitaif, terjadi manipulasi satu atau lebih variabel independent.
3) Metode eksperimen
4) Hasil temuan berupaya memberi kesimpulan, membantu pengambilan keputusan.
4. Penelitian Menurut Sumber Data
a. Jenis Data Kualitatif
Jenis penelitian ini diperkenalkan pertama kali kurang lebih pada tahun 1990, karena popularitasnya belum lama maka metode ini juga dinamakn metode baru. Penelitian secara kualitatif terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, serta menekankan pada deskripsi secara alami. Pengambilan data atau penjaringan fenomena dilakukan dari keadaan yang sewajarnya ini dikenal dengan sebutan "pengambilan data secara natural".
Contohnya, jika kita ingin meneliti tingkat kejujuran seseorang, maka kita tidak boleh mengujinya dengan cara-cara yang dibuat-buat, misalnya, mencoba meletakkan uang begitu saja dimeja kantornya. Karena penelitian ini harus dilakukan senautral mungkin tanpa adanya campur tangan atau manipulasi.Penelitian ini juga mensifati keterlibatan langsung peneliti dilapangan, dan penelitian ini kurang atau tidak membenarkan untuk menyebarkan angket, atau mewakilkan pada orang lain dalam pengambilan data.
Model penelitian ini yang terkenal di Indonesia adalah Model Naturalistic, dalam penelitian ini tidak mengharamkan menggunakan angka. (Suharsimi Arikunto:2002)
b. Jenis Data Kuantitaif
Jika metode Kualitatif disebut metode baru, maka metode kuantitaif disebut dengan metode tradisional karena sudah lama dikenal dan digunakan. Metode ini juga disebut sebagai metode ilmiah/scientific karena memenuhi kaidah-kaidah ilmiah seperti; konkrit/ empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis.
Dalam penelitian kuantitaif dituntut banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran, analisis data, serta penampilan/ laporan serta hasilnya.
Perbedaan Penelitian Kuantitaif dan Kualitatif
No. Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif
1. Kejelasan Unsur :
Tujuan, pendekatan, subjek, sampel, Sumber data sudah mantap, rinci sejak awal
Subjek sampel, sumber data tidak mantap dan rinci, masih fleksibel, timbul dan berkembangnya sambil jalan
2. Langkah penelitian :
Segala sesuatu direncanakan sampai matang ketika persiapan disusun
Baru diketahui denagn mantap dan jelas setelah penelitian selesai
3. Hipotesis
(Jika memang perlu)
a. Mengajukan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian;
b. Hipotesis menentukan hasil yang diramalkan ---
a priori
Tidak menegmukakan hipotesis sebelumnya, tetapi dapat lahir selama penelitian berlangsung--- tentatif
Hasil penelitian terbuka
4. Disain :
Dalam disain jelas langkah-langkah penelitian dan hasil yang diharapkan
Disain penelitiannya fleksibel dengan langkah dan hasil yang tidak dapat dipastikan sebelumnya;
5. Pengumpulan data :
Kegiatan dalam pengumpulan data memungkinkan untuk diwakilkan
Kegiatan pengumpulan data selalu harus dilakukan sendiri oleh peneliti.
6. Analisis data :
Dilakukan sesudah semua data terkumpul.
Dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data

c. Metode Gabungan
Metode ini merupakan gabungan antara kualitatif dan kuantitaif. Ide untuk menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam sebuah studi tunggal banyak berhubungan dengan pembahasan tentang menggabungkan metode, menghubungkan paradigma dengan metode, dan menggabungkan desain-desain penelitian dalam semua tahap penelitian.
1. Model-model Desain Gabungan;
Ada tiga model desain gabungan yang ada dalam pustaka;
1) Menguntungkan bagi seorang peneliti untuk menggabungkan metode-metode guna lebih memahami konsep yang diuji atau didalami
2) Pertimbangkan untuk menggabungkan paradigma pada beberapa tahap proses penelitian.
3) Gunakan desain dua tahap, desain dominan-kurang dominan, atau desain metodologi gabungan untuk menggabungkan pendekatan-pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam sebuah studi tunggal.
2. Berdasarkan Tempat Penelitian :
1) Field Research (Penelitian Lapangan / Kancah): langsung di lapangan;
2) Library Research (Penelitian Kepustakaan) : Dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan) dari penelitian sebelumnya;
3) Laboratory Research (Penelitian Laboratorium) : dilaksanakan pada tempat tertentu / lab , biasanya bersifat eksperimen atau percobaan;
3. Berdasarkan Teknik yang digunakan :
1) Survey Research (Penelitian Survei) : Tidak melakukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti:
2) Experimen Research (Penelitian Percobaan) : dilakukan perubahan (ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti;
4. Berdasarkan Bidang yang diteliti:
1) Penelitian Sosial: Secara khusus meneliti bidang sosial : ekonomi, pendidikan, hukum dsb;
2) Penelitian Eksakta<:Secara khusus meneliti bidang eksakta : Kimia, Fisika, Teknik; dsb;
3) Berdasarkan Spesialisasi Bidang (ilmu) garapannya : Bisnis (Akunting, Keuangan, Manajemen, Pemasaran), Komunikasi (Massa, Bisnis, Kehumasan/PR, Periklanan), Hukum (Perdata, Pidana, Tatanegara, Internasional), Pertanian (agribisnis, Agronomi, Budi Daya Tanaman, Hama Tanaman), Teknik, Ekonomi (Mikro, Makro, Pembangunan), dll;





C. Kesimpulan
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia yang sangat pesat tidak lepas dari peran penting seorang peneliti. Peneliti yang baik mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap bidang penelitian yang ia kaji. Selain keseriusan dan kedisiplinan, penelitian juga harus dilakukan dengan tepat hingga menghasilkan kesimpulan atau jawaban yang valid.
Oleh karena itu, dengan adanya keragaman jenis penelitian dapat mendukung segala jenis penelitian yang akan dilakukan sesuai dengan karakter dan bidang atau ilmu objek yang akan diteliti. Selain itu, peneliti juga bisa dengan mudah mencari teori yang tepat untuk mengatasi permasalahan dengan mencari jawaban tentang kemungkinan penyebab kondisi yang menjadi permaslahan itu secara tepat.

















DAFTAR PUSTAKA

Istjianto. 2005. Riset Sumber Daya Manusia. PT. SUN
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
__________. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi, Arikunto.2002. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta

Rusmiwari, Sugeng. 2011. Jenis atau Ragam Penelitian. Sugengrusmiwari.blogspot.

Makalah Metedologi Penelitian

HAKIKAT KEBENARAN

A. PENDAHULUAN
Seperti apa yang telah kita ketahui bersama, bahwa ilmu adalah suatub pengetahuan yang sistematis dan terorganisasi. Kita juga sudah memahami tentang penelitian yang akan diuraikan pada pembahasan kali ini, namun perlu kita singgung bahwa kebenaran yang diperoleh melalui penelitian terhadap penomena yang fana adalah suatu kebenaran yang telah ditemukan melalui proses ilmiah, karena penemuan tersebut dilakukan secara ilmiah.
Kebenaran yang diperoleh dengan cara merenungkan atau memikirkan sesuatu sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, baik sesuatu itu ada atau mungkin tidak ada. Kebenaran filsafat ini memiliki proses penemuan dan pengujian kebenaran yang unik dan dibagi dalam beberapa kelompok (madzab). Bagi yang tidak terbiasa (termasuk saya) mungkin terminologi yang digunakan cukup membingungkan. Juga banyak yang oportunis alias menganut madzab dualisme kelompok, misalnya mengakui kebenaran realisme dan naturalisme sekaligus.
Perlu juga disinggung bahwa kebenaran yang diperoleh melalui penelitian terhadap fenomena yang fana adalah suatu kebenaran yang telah ditremukan melalui proses ilmiah, karena penemuan tersebut dilakukan secara ilmiah. Sebaliknya, banyak juga kebenaran terhadap fenomena yang fana diterima tidak melalui proses penelitian.
Pengetahuan merupakan informasi yang diketahui atau disadari oleh seseorang yang diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman inderawi. Pada hakikatnya pengetahuan itu meliputi semua yang diketahui oleh seseorang tentang obyek tertentu. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman tentang segala hal yang baik maupun yang buruk . Hal ini menurut M. Hatta disebut pengetahuan pengalaman. Dengan adanya pengetahuan yang diperoleh dari proses mengetahui akan dapat mengembangkan kemampuan kita dalam berinteraksi dengan dunia dan sekitarnya sehingga dapat memudahkan kehidupan kita. Pengetahuan itu mencakup knowledge, science, seni, dan teknologi yang saling berkaitan erat satu dengan yang lainnya.
B. HAKIKAT KEBENARAN
1. Pengertian Kebenaran Ilmiah
Kebenaran yang diperoleh secara mendalam berdasarkan proses penelitian dan penalaran logika ilmiah. Kebenaran ilmiah ini dapat ditemukan dan diuji dengan pendekatan pragmatis, koresponden, koheren.
a. Kebenaran Pragmatis: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila memiliki kegunaan/manfaat praktis dan bersifat fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, Yadi mau bekerja di sebuah perusahaan minyak karena diberi gaji tinggi. Yadi bersifat pragmatis, artinya mau bekerja di perusahaan tersebut karena ada manfaatnya bagi dirinya, yaitu mendapatkan gaji tinggi.
b. Kebenaran Koresponden: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila materi pengetahuan yang terkandung didalamnya berhubungan atau memiliki korespondensi dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Teori koresponden menggunakan logika induktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Dengan kata lain kesimpulan akhir ditarik karena ada fakta-fakta mendukung yang telah diteliti dan dianalisa sebelumnya. Contohnya, Jurusan teknik elektro, teknik mesin, dan teknik sipil Undip ada di Tembalang. Jadi Fakultas Teknik Undip ada di Tembalang.
c. Kebenaran Koheren: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila konsisten dan memiliki koherensi dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Teori koheren menggunakan logika deduktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal umum ke khusus. Contohnya, seluruh mahasiswa Undip harus mengikuti kegiatan Ospek. Luri adalah mahasiswa Undip, jadi harus mengikuti kegiatan Ospek.
2. Kebenaran Non-Ilmiah
Berbeda dengan kebenaran ilmiah yang diperoleh berdasarkan penalaran logika ilmiah, ada juga kebenaran karena faktor-faktor non-ilmiah. Beberapa diantaranya adalah:
a. Kebenaran Karena Kebetulan: Kebenaran yang didapat dari kebetulan dan tidak ditemukan secara ilmiah. Tidak dapat diandalkan karena kadang kita sering tertipu dengan kebetulan yang tidak bisa dibuktikan. Namun satu atau dua kebetulan bisa juga menjadi perantara kebenaran ilmiah, misalnya penemuan kristal Urease oleh Dr. J.S. Summers.
b. Kebenaran Karena Akal Sehat: (Common Sense): Akal sehat adalah serangkaian konsep yang dipercayai dapat memecahkan masalah secara praktis. Kepercayaan bahwa hukuman fisik merupakan alat utama untuk pendidikan adalah termasuk kebenaran akal sehat ini. Penelitian psikologi kemudian membuktikan hal itu tidak benar.
c. Kebenaran Agama dan Wahyu: Kebenaran mutlak dan asasi dari Allah dan Rasulnya. Beberapa hal masih bisa dinalar dengan panca indra manusia, tapi sebagian hal lain tidak.
d. Kebenaran Intuitif: Kebenaran yang didapat dari proses luar sadar tanpa menggunakan penalaran dan proses berpikir. Kebenaran intuitif sukar dipercaya dan tidak bisa dibuktikan, hanya sering dimiliki oleh orang yang berpengalaman lama dan mendarah daging di suatu bidang. Contohnya adalah kasus patung Kouros dan museum Getty diatas.
e. Kebenaran Karena Trial dan Error: Kebenaran yang diperoleh karena mengulang-ulang pekerjaan, baik metode, teknik, materi dan paramater-parameter sampai akhirnya menemukan sesuatu. Memerlukan waktu lama dan biaya tinggi.
f. Kebenaran Spekulasi: Kebenaran karena adanya pertimbangan meskipun kurang dipikirkan secara matang. Dikerjakan dengan penuh resiko, relatif lebih cepat dan biaya lebih rendah daripada trial-error.
g. Kebenaran Karena Kewibawaan: Kebenaran yang diterima karena pengaruh kewibawaan seseorang. Seorang tersebut bisa ilmuwan, pakar atau ahli yang memiliki kompetensi dan otoritas dalam suatu bidang ilmu. Kadang kebenaran yang keluar darinya diterima begitu saja tanpa perlu diuji. Kebenaran ini bisa benar tapi juga bisa salah karena tanpa prosedur ilmiah.
C. PENGETAHUAN
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan mengandung tiga pembahasan yang saling berkaitan antara satu dan lainnya, yaitu pertama ontologis yang membicarakan masalah tentang “apa pengetahuan”, ontologi dinamakan sebagai teori hakekat. Di dalam ontologi membahas dua bidang yaitu: kosmologi membicarakan hakekat asal, hakekat susunan, hakekat berada, juga hakekat tujuan kosmos. Dan metafisik atau antropologi secara etimologis berarti dibalik atau dibelakang fisika artinya ia ingin mengerti atau mengetahui apa yang ada dibalik dari alam ini atau suatu yang tidak nampak.Yang kedua epistimologis membicarakan masalah tentang “bagaimana pengetahuan”, epistemologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan. Dan yang ketiga aksiologis membicaran masalah tentang “untuk apa pengetahuan”. Aksiologi ialah cabang filsafat yang menyelidiki nilai-nilai (value), tindakan moral melahirkan nilai etika, ekspresi keindahan yang melahirkan nilai estetika dan kehidupan sosialah yang menjelaskan apa yang di anggap baik dalam tingkah laku manusia, apa yang di maksud indah dalam seni. Demikian pula apakah yang benar dan diinginkan di dalam organisasi sosial kemasyarakatan dan kenegaraan.
Pengetahuan merupakan proses untuk mengetahui kebenaran. Kebenaran adalah suatu pernyataan tanpa keraguan. Pada hakekatnya kebenaran adalah sesuatu yang bersifat relatif. Jelaslah bahwa terdapat relasi yang sangat erat antara ilmu pengetahuan dan kebenaran. Kebenaran hanya dapat diperoleh dengan pengetahuan. Manusia sebagai dinamika selalu mengembangkan pengetahuannya untuk mencari kebenaran . Dan pencarian kebenaran ini tidak akan pernah terhenti karena sifat manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang sudah didapatnya.
Manusia mempergunakan 2 cara dalam mendapatkan pengetahuan yang benar, yaitu dengan berdasarkan rasio (rasionalisme) dan pengalaman (empirisme). Menurut paham rasionalisme pengetahuan didapatkan oleh manusia dari proses berpikir. Sedangkan menurut paham empirisme, pengetahuan manusia didapatkan melalui pengalaman yang konkret dengan mengamati gejala-gejala alam dan gejala-gejala sosial dalam kehidupan sehari-hari. Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi. Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional.
Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi. Selain dari rasio dan pengalaman, pengetahuan yang benar dapat diperoleh dari intusi atau wahyu. Namun intuisi ini bersifat personal dan tidak bisa diramalkan, sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur.
Kriteria kebenaran bersifat tidak mutlak, berbeda-beda menurut waktu, tempat, dan orang. Pernyataan tentang kebenaran dilakukan melalui suatu proses penalaran. Proses ini bertitik tolak pada postulat-postulat tertentu tentang apa yang diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian. Penalaran silogisme, misalnya bertitik tolak pada suatu premis mayor dan suatu premis minor. Premis mayor adalah suatu pernyataan yang berlaku umum dengan kebenaran yang tidak perlu dibuktikan. Terdapat 3 kriteria kebenaran, yaitu:
a. Kriteria koherensi
Sekelompok orang menganggap suatu pengetahuan adalah benar apabila secara deduktif dapat dinyatakan bahwa memang pernyataan itu benar, artinya pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan kebenaran-kebenaran yang telah dinyatakan sebelumnya.
b. Kriteria korespondensi
Paham yang menganggap bahwa suatu pernyataan adalah benar apabila materi pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan berhubungan (berkorespondensi) dengan obyek yang dimaksud oleh pernyataan tersebut. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah suatu pernyataan mempunyai nilai korespondensi yang tinggi, perlu dilakukan pengujian-pengujian secara induktif.
c. Kriteria pragmatik
Beranggapan bahwa suatu ungkapan adalah benar apabila mempunyai kegunaan yang bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Jadi suatu pernyataan yang benar selalu mempunyai maslahat bagi manusia.
2. Teori, Proposisi, dan Konsep
a. Teori
Teori adalah seperangkat hubungan antarkonsep yang sistematis sehingga membentuk suatu rangkaian hubungan yang komprehensif untuk memaparkan, menjelaskan, dan memprediksikan suatu gejala sosial. Teori sangat penting digunakan dalam penelitian empiris. Beberapa pengertian teori menurut menurut para ahli, yaitu:
1) Teori menurut Nan Lin adalah A set of interrelated propositions, some of which can be empirically test. Teori pertama-tama terdiri atas seperangkat proposisi, yaitu pernyataan-pernyataan tentang hubungan di antara dua konsep atau lebih.
2) Menurut Kerlinger adalah A theory is a set of interrelated constructs (concepts), definitions, and propositions that present a systematic view of phenomena by specify relations among variables, with the purpose of explaining and predicting the phenomena. Masing-masing proposisi atau konsep saling menerangkan sehingga kita memperoleh gambaran yang bulat dan utuh tentang suatu peristiwa. Suatu teori terdiri atas seperangkat proposisi yang saling berkaitan. Keterakaitan tersebut tersusun dalam suatu sistem yang memungkinkan kita mempunyai pengetahuan sistematis tentang suatu peristiwa.
Beberapa fungsi teori, yaitu:
1) Fungsi eksplanatif, yaitu fungsi menjelaskan. Suatu teori harus mampu menjelaskan hubungan antara peristiwa yang satu dengan peristiwa lain yang terdapat dalam pengalaman empiris.
2) Fungsi prediktif, yaitu fungsi peramalan atau perkiraan. Jika suatu teori dapat menjelaskan hubungan antara pendidikan dengan pendapatan masyarakat, maka ia dapat pula memperkirakan tingkat pendapatan suatu masyarakat dengan perkembangan pendidikan tertentu. Prediksi dengan sifatnya yang probabilitas itu dapat diterapkan dalam tiga jenis situasi, yaitu untuk waktu yang akan datang dan waktu yang telah lampau, tempat berbeda, dan kelompok sosial yang besar.
3) Fungsi kontrol yaitu teori yang tidak hanya menjelaskan dan meperkirakan, tetapi juga mampu mengendalikan peristiwa supaya tidak mengarah pada hal-hal yang negatif.

b. Proposisi
Proposisi adalah pernyataan tentang sifat dan realita. Proposisi tersebut dapat diuji kebenarannya. Jika proposisi sudah dirumuskan sedemikian rupa dan sementara diterima untuk diuji kebenarannya, proposisi tersebut disebut hipotesis. Dalam ilmu social, proposisi biasanya pernyataan antara dua atau lebih konsep.
Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya, mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena. Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan antara dua konsep atau lebih. Jika harga barang naik, maka permintaan berkurang. Harga dan permintaan adalah dua konsep yang dihubungkan dengan jika dan maka, pernyataan ini adalah proposisi. Proposisi merupakan bahan untuk membentuk teori, dan membutuhkan konsep sebagai bahan bakunya. Suatu preposisi mempunyai makna teoritis jika ia dibentuk dari konsep-konsep kunci suatu disiplin ilmu pengetahuan.
c. Konsep
Konsep adalah abstraksi tingkat pertama terhadap fakta atau realita. Sedangkan konstruk (construct) adalah suatu konsep yang diciptakan dan digunakan dengan kesengajaan dan kesadaran untuk tujuan-tujuan ilmiah tertentu, atau juga konstruk adalah konsep yang dapat diamati dan diukur.
Konsep merupakan bahan baku ilmu pengetahuan. Dari konsep dibentuk proposisi, dan proposisi itu membentuk teori. Nan Lin merumuskan konsep sebagai: a term which has been assigned some specific meaning. Konsep adalah istilah atau simbol yang menunjuk pada suatu pengertian tertentu. Konsep adalah sesuatu yang abstrak tetapi menunjuk pada sesuatu yang konkret. Abstraksi suatu konsep itu bertingkat-tingkat, ada yang abstraksinya sangat tinggi, dan ada yang rendah.
D. PENELITIAN ILMIAH
1. Pengertian Penelitian Ilmiah
Penelitian atau riset adalah terjemahan dari bahasa Inggris research, yang merupakan gabungan dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa research adalah berasal dari bahasa Perancis recherche Intinya hakekat penelitian adalah “mencari kembali”. Sedangkan penelitian ilmiah merupakan usaha untuk memperoleh fakta-fakta atau mengembangkan prinsip-prinsip menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran, dengan cara atau kegiatan mengumpulkan, mencatat dan menganalisa data (informasi/keterangan) yang dikerjakan dengan sabar, hati-hati, sistematis dan berdasarkan ilmu pengetahuan dengan metode ilmiah. Atau penelitian ilmiah merupakan proses tanya jawab yang diperhatikan dari peristiwa-peristiwa empiris yang terdiri dari gejala alam dan gelaja sosial dalam kerangka berpikir teoritis tertentu.
Nan Lin menjelaskan tentang penelitian sosial, yaitu: “Social research is conducted, first of all, to detect regularities in various social relations. It is olso conducted to provide clues to possible solutions to social problems. The first reason is conseptual or theoretical one, and the second a pragmatyc or applied one”. Sasaran penelitian sosial adalah gelaja-gejala sosial yang terdapat di dalam berbagai relasi sosial. Tujuan penelitian menurut Nan Lin adalah untuk menemukan hukum atau keteraturan yang bekerja di dalam gejala-gejala itu dan untuk memecahkan masalah yang terdapat dalam relasi-relasi sosial.
Menurut Kerlinger tentang pengertian penelitian dilihat dari segi prosesnya, yaitu: Scientific research is systematic, controlled, empirical, and critical investigation of hypotetical propositions about the presumed relations among natural phenomena. Definisi ini menjelaskan bahwa proses penelitian itu pertama-pertama adalah menyusun hipotesis tentang hubungan-hubungan yang diperkirakan terdapat di antara fenomena-fenomena itu. Ada empat kriteria yang perlu dipenuhi dalam suatu penelitian ilmiah yaitu:
a. Penelitian dilakukan secara sistematis.
b. Penelitian dilakukan secara terkendali.
c. Penelitian dilakukan secara empiris.
d. Penelitian bersifat kritis.
2. Tipe Penelitian
Penelitian bertitik tolak pada pertanyaan bukan pernyataan. Jawaban dari suatu pertanyaan akan dipertanyakan lagi, sehingga kita sampai pada pertanyaan yang paling mendasar. Pertanyaan dasar tersebut menentukan tipe penelitian yang hendak dilaksanakan. ada 3 pertanyaan dasar yang menentukan tipe penelitian secara empiris, yaitu (1) apa, (2) bagaimana, dan (3) mengapa. Tipe-tipe penelitian, sebagai berkut:
a. Penelitian Eksploratif
Tipe penelitian eksploratif adalah tipe penelitian yang bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru itu dapat saja berupa pengelompokan suatu gejala, fakta, dan penyakit tertentu. Penelitian ini banyak memakan waktu dan biaya. Tipe penelitian ini berhubungan dengan pertanyaan dasar yang pertama, yaitu apa. Pertanyaan ini ingin mengetahui suatu gejala atau peristiwa dengan melakukan penjajakan terhadap gejala tersebut.
b. Penelitian Deskriptif
Tipe penelitian ini didasarkan pada pertanyaan dasar yang kedua, yaitu bagaimana. Pertanyaan ini ingin mengetahui bagaimana suatu peristiwa itu terjadi. Penelitian deskriptif(descriptive research) ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya.
c. Penelitian Eksplanatif
Tipe penelitian ini bertitik tolak pada pertanyaan dasar mengapa. Pertanyaan ini ingin menjelaskan sebab peristiwa itu terjadi.
d. Penelitian Eksperimen
Tipe penelitian ini diperoleh dari hasil-hasil penemuan yang di mana datanya belum pernah ada, sehingga harus diciptakan terlebih dahulu. Penelitian eksplanatif (explanative research) ditujukan untuk memberikan penjelasan tentang hubungan antar fenomena atau variabel. Dalam kehidupan kita menghadapi banyak hal, fakta, kegiatan, peristiwa, perkembangan, konflik, dsb., yang dalam penelitian kita sebut variabel.
3. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian terbagi ke dalan 2 bagian, yaitu:
a. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis disebut sebagai manfaat akademis. Yakni manfaat yang dapat membantu kita untuk lebih memahami suatu konsep atau teori dalam suatu displin ilmu. Konsep atau teori di sini biasanya hanya sebagaian kecil dari konsep atau teori yang dibangun oleh banyak ilmuwan.
Penelitian yang bertitik tolak dari meragukan suatu teori tertentu disebut penelitian verifikatif. Keraguan terhadap suatu teori muncul jika teori yang bersangkutan tidak bisa lagi menjelaskan peristiwa-peristiwa aktual yang dihadapi. Pengujian terhadap teori tersebut dilakukan melalui penelitian empiris, dan hasilnya bisa menolak, atau mengukuhkan, atau merevisi teori yang bersangkutan. Secara teoritis penelitian berguna sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis adalah manfaat yang bersifat terapan dan dapat segera digunakan untuk keperluan praktis, misalnya memecahkan suatu masalah, membuat keputusan, memperbaiki suatu program yang sedang berjalan. Dalam manfaat praktis, peneliti juga harus bersifat praktis, langsung pada persoalan dan spesifik. Penelitian bermanfaat untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Mengubah lahan kering menjadi lahan subur, mengubah cara kerja supaya lebih efisien, dan mengubah kurikulum supaya lebih berdaya guna bagi pembangunan sumber daya manusia merupakan contoh-contoh permasalahan yang dapat di bantu pemecahannya melalui penelitian ilmiah. Secara praktis berguna sebagai upaya yang dapat dipetik langsung manfaatnya.
Mencari hakekat kebenaran mungkin sering kita ucapkan, tapi susah dilaksanakan. Makhluk apa itu kebenaran juga kita kadang masih nggak ngerti.  Yang pasti bahwa “benar” itu pasti “tidak salah”. Pertanyaan-pertanyaan kritis kita di masa kecil, misalnya mengapa gajah berkaki empat, mengapa burung bisa terbang, dsb kadang tidak terjawab secara baik oleh orang tua kita. Sehingga akhirnya sering sesuatu kita anggap sebagai yang memang sudah demikian wajarnya (taken for granted). Banyak para ahli yang memaparkan ide tentang sudut pandang kebenaran termasuk bagaimana membuktikannya. Saya mencoba ulas masalah hakekat kebenaran ini dari tiga sudut pandang yaitu: kebenaran ilmiah, kebenaran non-ilmiah dan kebenaran filsafat.
Harus kita pahami lebih dahulu bahwa meskipun kebenaran ilmiah sifatnya lebih sahih, logis, terbukti, terukur dengan parameter yang jelas, bukan berarti bahwa kebenaran non-ilmiah atau filasat selalu salah. Malah bisa saja kebenaran non-ilmiah dan kebenaran filsafat  terbukti lebih “benar” daripada kebenaran ilmiah yang disusun dengan logika, penelitian dan analisa ilmu yang matang. Contoh menarik adalah kasus patung Kouros yang telah diteliti dan dibuktikan keasliannya oleh puluhan pakar selama lebih dari 1,5 tahun di tahun 1983, bahkan juga dianalisa dengan berbagai alat canggih seperti mikroskop elektron, mass spectrometry, x-ray diffraction, dsb. Namun beberapa pakar lain (George Despinis, Angelos Delivorrias) menggunakan pendekatan intuitif sebagai ahli geologi dan mengatakan bahwa patung tersebut palsu (terlalu fresh, seolah tidak pernah terkubur, kelihatan janggal). Akhirnya patung itu dibeli dengan harga tinggi oleh museum J. Paul Getty di California dengan asumsi kebenaran ilmiah lebih bisa dipertanggungjawabkan. Kenyataan kemudian membuktikan bahwa semua dokumen tentang surat tersebut palsu, dan patung itu dipahat disebuah bengkel tempa di Roma tahun 1980. Cerita ini menjadi pengantar buku bestseller berjudul Blink karya Malcolm Gladwell.
Pada prinsipnya, manusia merupakan makhluk yang memiliki curiosity. Potensi curiosity ini, akan mampu mengantarkan manusia menjadi makhluk yang berpengetahuan. Pengetahuan tersebut mereka kembangkan bermula dari rasa keraguan yang memunculkan pertanyaan, yang kemudian mereka berusaha mencari suatu jawaban dari pertanyaan tersebut, yang kelak akan menjadi suatu pengetahuan bagi mereka.
Pengetahuan yang dimiliki manusia, pada akikatnya meliputi semua yang diketahui tentang obyek tertentu. Pengetahuan tersebut ada yang diperole manusia melalui panca indera, perasaan, rasio, dintuisi, atau bahkan wahyu dari Allah SWT. Persoalannya kemudian adalah pengetahuan yang seperti apa yang dapat dikatagorikan sebagai suatu kebenaran? Karena pada kenyataannya, pengetahuan yang dimiliki manusia tidak semuanya merupakan suatu kebenaran. Mari kita cermati kembali jenis manusia berdasarkan pengetahuannya.
Ada manusia yang tahu di tahunya
Ada manusia yang tahu di tidak tahunya
Ada manusia yang tidak tahu di tahunya
Ada manusia yang tidak tahu di tidak tahunya
Suatu pengetahuan yang berkembang menjadi suatu pengetahuan yang benar merupakan implikasi dari adanya potensi nalar manusia, yang menuntutnya untuk berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Selain penalaran, pengetahuan dapat berkembang dilatarbelakangi pula oleh adanya baasa komunikatif, yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.
Berbicara pengetahuan yang benar, pada hakikatnya berbicara cara bagaimana pengetahuan tersebut diperoleh. Suatu pengetahuan perlu diuji kebenarannya melalui suatu riset. Riset inilah yang kemudian hari dikenal dengan metodologi penelitian. Metodologi penelitian ini merupakan suatu kerangka kerja ilmiah yang menuntut optimalisasi penalaran dan bahasa komunikatif manusia untuk mengembangkan pengetahuan agar diperoleh suatu pengetahuan yang benar.
Sebelum lebih jau kita membahas mengenai metodologi penelitian, mari kita cermati terlebih dahulu kriteria kebenaran suatu pengetahuan.
Jenis Kebenaran Logika Kriteria Contoh
Benar Salah
Koherensi Deduktif Konsisten anatar a, b, c, dan d. Tidak konsisten Silogisme (Premis Mayor, Premis Minor, dan simpulan)
Korespondensi Induktif Bila sesuai dengan obyek yang dituju Tidak sesuai Ibu kota Indonesia adalah Jakarta
Pragmatis Pragmatis Bila mempunyai kegunaan atau efektivitas Bila tidak berguna Bekerja mendapat upah
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa teori kebenaran terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Teori Koherensi
Teori ini mengemukakan bahwa suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan kebenaran umum.
2. Teori Korespondensi
Teori ini mengemukakan bahwa suatu pernyataan dianggap benar apabila materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju.
3. Teori Pragmatis
Teori ini mengemukakan bahwa suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
Namun demikian, pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang diperoleh melalui serangkaian metode ilmiah dalam suatu penelitian ilmiah, yang dilakukan dengan pendekatan metode deduktif (logika) dan induktif (fakta). Kebenaran pengetahuan ini merupakan gabungan asumsi dari kaum rasionalisme yang berpendapat bahwa rasio merupakan sumber pengetahuan sehingga pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan deduktif, dan kaum empirisme yang berpendapat bahwa fakta yang tertangkap melalui pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran sehingga pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan induktif.
Sebagaimana telah disinggung bahwa pengetahuan yang benar, pada prinsipnya berbicara bagaimana cara memperoleh pengetahuan tersebut. Proses pengetahuan tersebut diperoleh, berhubungan dengan epistemologi pengetahuan. Epistemologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan bagaimana cara yang harus ditempuh untuk mengetahui hakikat obyek yang ditelaahnya, yaitu dengan metode keilmuan atau metode penelitian. Metodologi penelitian tidak anya berhubungan dengan pengetahuan, tetapi juga dengan ilmu pengetahuan. Karena itu, metodologi pengetahuan termasuk dalam apa yang disebut epistemologi. Epistemologi adalah ilmu mengetahui, sedangkan metodologi (bagian dari epistemologi) dapat dikatakan sebagai ilmu menemukan. Ada beberapa cara yang dipergunakan oleh manusia untuk memperoleh pengetahuan di antaranya:
a. Metode Keteguhan (Tenacity)
Dalam metode ini, manusia menerima suatu pengetahuan berlandaskan dengan keyakinan terhadap kebenaran pengetahuannya. Unsur keyakinan sangat berpengaruh dalam metode ini sehingga ia bisa menjadi salah satu sumber kebenaran pengetahuan.

b. Metode Otoritas
Dalam metode ini manusia menerima suatu pengetahuan berlandaskan pada suatu sumber yang memiliki otoritas tinggi seperti kitab suci dan pernyataan-pernyataan yang muncul dari para ahli.
c. Metode a Priori atau Intuisi
Dalam metode ini manusia menerima suatu pengetahuan yang berlandaskan pada sumber dari intuisi.
d. Metode Tradisi
Dalam metode ini, manusia menerima kebenaran suatu pengetahuan berlandaskan pada tradisi yang berlaku di dalam lingkungannya.
e. Metode Trial and Error
Dalam metode ini, manusia menerima pengetahuan berlandaskan pada pengalaman langsung yang diperolehnya dari hasil serangkaian percobaan yang tidak sistematis sampai menemukan suatu keberhasilan yang dianggapnya sebagai jawaban yang benar.
f. Metode Metafisik
Dalam metode ini, manusia menerima pengetahuan berlandaskan pada metafisik. Pengetahuan yang diperolenya dalam dunia empiris dicari di dalam dunia supernatural, di dalam dunia transenden, misalnya pengetahuan yang bersumber dari ajaran agama atau kepercayaan atau mistik
g. Metode Ilmiah
menurut Almack (1931) metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsp-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan penjelasan kebenaran. Dalam metode ini, manusia menerima pengetahuan berlandaskan pada serangkaian langkah-langkah dalam penelitian yang dilakukan melalui proses deduksi dan induksi yang dilakukan secara sistematis. Moh. Nazir menyebutkan enam kriteria dalam metode ini, yaitu:
1. Berdasarkan fakta;
2. Bebas dari prasangka;
3. Menggunakan prinsip-prinsip analitis;
4. Menggunakan hipotesis;
5. Menggunakan ukuran obyektif; dan
6. Menggunakan teknik kuantitatif.

E. METODE ILMIAH DAN METODE AKAL SEHAT

Metode penelitian ilmiah sering dibedakan dengan metode akal sehat (common sense) terutama dalam proses penelitiannya. Metode ilmiah adalah serangkaian langkah-langkah dalam penelitian yang dilakukan melalui proses deduksi dan induksi, sedangkan metode akal sehat (common sense) adalah serangkaian langkah untuk menemukan penjelasan mengenai berbagai gejala alam dan pengetahuan yang diperolehnya, baik melalui pengalaman secara tidak sengaja, yang bersifat sporadis, maupun secara kebetulan. Metode akal sehat memiliki kelemahan di antaranya:
1. Akal sehat cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan karena landasannya yang berakar pada adapt dan tradisi;
2. Akal sehat cenderung bersifat kabur dan samar-samar karena landasannya yang berakar kurang kuat; dan
3. Akal sehat lebih merupakan pengetahuan yang tidak teruji karena kesimpulan yang ditariknya sering berdasarkan asumsi yang tidak dikaji lebi lanjut.
Kerlinger membedakan metode ilmiah dengan metode akal sehat dalam lima hal sebagai berikut.
Aspek Pembeda Metode Ilmiah Metode Akal Sehat
(common sense)
Pola Konseptual dan Struktur Teoritis Gejala yang nampak di lapangan, dijelaskan dengan menggunakan teori dan konsep secara ketat dan terkendali sehingga diteliti secara realistis dengan menguji kebenarannya secara empiris Gejala yang nampak di lapangan, dijelaskan dengan teori dan konsep secara longgar sehingga sering diterima begitu saja tanpa mempertanyakan lebih dalam
Teori dan Hipotesis Diuji secara sistematis dan empiris Diuji secara selektif dan tidak obyektif
Pengamatan Fenomena Dilakukan secara terkendali (terkontrol) sehingga untuk mengetahui sebab-sebab dari suatu peristiwa, dikumpulkan seperangkat variabel yang diangkat sebagai variabel kontrol terhadap peristiwa yang terjadi Mengenyampingkan variabel kontrol sehingga fenomena sebagai sebab dari peristiwa tertentu, diterima dengan begitu saja
Korelasi Antarvariabel Dua fenomena yang muncul di lapangan diteliti secara sistematis sebelum kemudian diketahui hubungan antara keduanya Dua fenomena yang muncul di lapangan sering langsung dihubungkan dalam satu hubungan sebab-akibat tanpa melalui penelitian yang dilakukan secara sistematis dan empiris
Kriteria Kebenaran Bersifat empiris berdasarkan penelitian terhadap fakta-fakta yang realistis di lapangan dan mengenyampingkan semua hal yang bersifat metafisik Bersifat metafisik tanpa melakukan penelitian yang bersifat realistis

Selain itu, perbedaan antara keduanya dapat dilihat pula dari output manusianya yang merupakan implikasi dari perbedaan pengetahuan yang diperolehnya. Di mana, metode ilmiah menghasilkan output berupa masyarakat ilmuwan, sedangkan metode akal sehat (common sense) menghasilkan output masyarakat awam. Perbedaan kedua output masyarakat tersebut terletak pada pola pikir masing-masing. Seorang yang awam, proses rasionalisasinya didasarkan pada jalan pikiran yang keliru dan materi pikiran yang tidak benar sehingga dengan mudah ia akan mempercayai asumsi yang sepintas kelihatannya masuk akal, sedangkan seorang ilmuwan, proses pasionalisasinya tidak hanya mengalir melalui pola-pola yang teratur, namun segenap materi yang menjadi bahan pemikirannya dikaji dengan teliti. Ia tidak menolak atau menerima sesuatu dengan mudah tanpa suatu pemikiran yang cermat sehingga menjadikannya seseorang yang memiliki tanggung jawab sosial.
F. PENELITIAN ILMIAH
Kata “penelitian” perspektif masyarakat awam mungkin konotasinya akan berbeda dengan perspektif masyarakat ilmuwan. Dalam perspektif masyarakat awam, “penelitian” memiliki pengertian sebagai suatu tugas yang dilakukan oleh profesor dengan seperangkat alat kerjanya di suatu laboratorium. Seorang profesor yang asyik mengamati reaksi zat-zat yang dicampur di dalam tabung reaksi atau tabung Erlenmeyer atau alat-alat lain yang serba rumit. Bagi masyarakat awam, meneliti adala tugas para ahli, profesor, dan dokter serta hanya kalangan ilmuwan. Mereka belum menyadari bahwa pada akikatnya, setiap orang sedang melakukan penelitian. Seseorang yang ingin melakukan perubahan, ia adalah orang yang meneliti karena terus menerus mencari jawaban dari pertanyaan “why”. Seorang ibu membeli sekian ons terigu, beberapa butir telur, sekian ons gula pasir, mentega, dan bahan-bahan lainnya untuk membuat sebuah kue yang lezat. Ibu tersebut tidak puas dengan hasil pekerjaannya itu. Ia selalu berpikir mencari cara bagaimana agar diperoleh kue yang lebih enak lagi dengan bahan-bahan yang sama atau mungkin dengan bahan yang lebih sedikit sehingga biayanya lebih murah. Ibu ini sebenarnya sedang mangadakan penelitian, tetapi tidak melalui prosedur yang jelas dan tidak melaporkan hasilnya dalam bentuk tulisan.
Dengan demikian, penelitian dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan dan di mana saja. Namun, yang membedakannya adalah prosedur dan kualitas penelitiannya. Penelitian yang dilandasi oleh kerangka berpikir teoritis tertentu, itulah yang disebut dengan penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah adalah operasionalisasi metode ilmiah dalam kegiatan keilmuan yang kemudian dikomunikasikan melalui bahasa tulisan. Namun, mengenai hakikat penelitian dapat dibandingkan dengan dua puluh pandangan penelitian (Rusdin, 2004 : 2-3), yaitu:
1. kegiatan mengaktualisasikan teori
2. sesuatu yang dilakukan oleh kalangan akademisi atau ahli
3. kegiatan yang dilakukan sangat luas
4. kegiatan menemukan dan menganalisis fakta-fakta
5. tujuan
6. upaya membenarkan apa yang ingin dilakukan oleh pihak penyandang dana
7. membuktikan sesuatu yang diinginkan
8. melibatkan banyak sekali jargon
9. dapat dilakukan dengan banyak cara
10. mengeksploitasi kalangan miskin
11. kegiatan tanpa manfaat
12. kegiatan yang sangat sulit dilakukan
13. kegiatan yang banyak menghabiskan waktu
14. kegiatan ilmiah
15. kegiatan yang dikontrol dengan ketat
16. kegiatan yang hilang dari realitas
17. tidak dapat mengubah sesuatu
18. kegiatan yang seharusnya selalu terkait dengan kebijakan
19. dapat memutuskan hubungan (relationship)
20. saya tidak pernah dapat melakukan penelitian

Adapun tujuan penelitian ilmiah sendiri menurut Nan Lin adalah;
a. Tujuan Teoritis, artinya penelitian ilmiah dilakukan untuk mengembangkan teori dengan menemukan hukum atau keteraturan yang bekerja di dalam gejala-gejala itu.
b. Tujuan Praktis, artinya penelitian ilmiah dilakukan untuk memecakan masalah yang terdapat di dalam relasi-relasi sosial.
Di dalam menyusun penelitian, perlu diperhatikan kriteria yang harus dipenuhi sebagai berikut:
1) Sistematis,
Artinya, penelitian tersebut disusun secara sistematis menurut pola tertentu dari yang paling sederhana sampai yang kompleks sehingga tercapai tujuan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, penelitian harus bersifat konsisten, prosesnya dilakukan dari satu tahap ke tahap berikutnya.
2) Terkontrol,
Artinya, penyusunan penelitian dilakukan dengan sengaja dan tentu sebelumnya sudah dipikirkan langkah-langkah pelaksanaannya yang mengacu pada tujuan penelitian yang diinginkan sehingga operasionalisasi penelitiannya mudah dikontrol.
3) Empiris,
Artinya, penelitian yang dilakukan harus bersifat empiris. Semua konsep yang tercakup dalam obyek penelitian harus terhubung secara operasional dalam dunia nyata.
4) Kritis,
Artinya, penelitian harus mengandung tolak ukur (kriteria) yang dapat diterima dalam setiap prosedur penelitiannya, baik secara eksplisit maupun implisit.

Banyak sekali tipe penelitian yang dapat dilakukan. Namun, dalam pembahasan kali ini, hanya akan dibahas tipe penelitian yang ditinjau dari aspek tujuan penelitian. Karena tujuan penelitian menjadi landasan utama dalam proses penelitian.
1. Expost Fact Research
Expost fact research merupakan suatu model penelitian yang mendasarkan diri pada fakta peristiwa yang telah terjadi sehingga data-datanya dapat dilacak kembali melalui kuesioner atau dokumen-dokumen yang relevan. Fakta-fakta tersebut akan dipertanyakan lagi sehingga sampai pada pertanyaan yang paling mendasar. Fakta dalam tipe penelitian ini, dapat dikaji lebih lanjut dengan pertanyaan apa, bagaimana, dan mengapa yang kemudian menjadi bagian-bagian dari tipe penelitian ini.
a. Penelitian Eksploratif
Tipe penelitian ini berhubungan dengan pertanyaan mendasar yang pertama yaitu apa. Pertanyaan ini digunakan untuk mengeksplorasi atau menyelidiki dan menggali lebih dalam fakta yang berhubungan dengan suatu peristiwa. Penyelidikan ini tidak dilakukan secara sistematis. Artinya, tidak didasarkan pada hipotesis yang kemudian ditarik menjadi suatu sampel. Namun, hanya untuk memperoleh informasi lengkap yang dapat menjadi fakta pendukung peristiwa tersebut. Informasi tersebut dapat diperoleh misalnya dengan bertanya man to man sampai mendapatkan jawaban yang relevan.
b. Penelitian Deskriptif
Tipe penelitian ini didasarkan pada pertanyaan mendasar yang kedua yaitu bagaimana. Tipe penelitian ini bertujuan untuk memperluas fakta yang ditemukan di lapangan, yang diperoleh dalam metode eksplorasi. Peneliti tidak hanya sebatas menggali fakta yang ada, namun dijabarkan lebih dalam kepada proses terjadinya peristiwa tersebut, yang dikaitkan dengan temuan fakta di lapangan yang lebih dieksplorasi. Dalam penelitian inilah kemudian dari fakta-fakta tersebut ditarik sebuah sampel.
c. Penelitian Eksplanatif
Tipe penelitian ini bertitik tolak pada pertanyaan mendasar yang ketiga yaitu mengapa. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mencari korelasi antara fakta dan proses terjadinya suatu peristiwa tertentu. Penelitian ini didasarkan pada hipotesis-hipotesis yang datanya dikumpulkan dengan metode sampling pada penelitian deskriptif.
2. Penelitian Eksperimen
Berbeda dengan expost fact research yang menyelidiki lebih lanjut fakta yang ada di lapangan, penelitian eksperimen justru merupakan suatu penelitian yang dapat memunculkan teori pengetahuan baru. Ia tidak mendasarkan diri pada data-data fakta yang telah ada, melainkan harus diciptakan terlebih dahulu. Tipe penelitian ini sangat berguna untuk mengembangkan inovasi-inovasi yang berguna dalam meningkatkan kualitas hidup manusia.

G. MANFAAT PENELITIAN

Kemampuan nalar dan bahasa komunikatif manusia menjadi faktor yang melatarbelakangi berkembangnya pengetahuan yang dihasilkan melalui sebuah penelitian. Fakta-fakta dan gejala-gejala yang nampak di lapangan akan senantiasa menjadi stimulus bagi manusia sebagai makhluk yang memiliki curiosity (keingintahuan) yang sangat tinggi. Dalam aspek teoritisnya, penelitian ilmiah dilakukan untuk mengembangkan teori dengan menemukan hukum atau keteraturan yang bekerja di dalam gejala-gejala itu sehingga mengembangkan atau bakan menemukan teori-teori baru. Dengan demikian, manfaat penelitian secara teoritis pun akan senantiasa mengembangkan berbagai pengetahuan manusia dengan temuan-temuan baru berdasarkan fakta-fakta dan gejala-gejala sosial yang berbeda-beda yang nampak di lingkungan sekitar.
Hakikat metodologi penelitian tidak terletak pada apa yang kita ketahui (atau pengetahuan), tetapi pada bagaimana kita mengetahui, walupun pengetahuan dan cara mengetahui adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Babbie menyatakan tentang bagaimana kita mengetahui sesuatu yang dianggap benar adalah: part of what you know could be called your aggrement reality: things you concide tobe real because you’ve been told they are real. Another part is what could be called experiential reality: the things you know as a fungtion of your direct experience. The first is a product of what people have told you, the second of your own experience. Ada dua cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:
1. Melalui orang lain (agreement reality). Orang lain memberitahukan kepada kita, baik secara langsung maupun melalui media, dan apa yang diberitahukan itu kita terima sebagai sesuatu yang kita anggap benar, baik dari keluarga maupun di sekolah.
2. Pengalaman diri sendiri secara langsung (experiential reality). Pengalaman adalah guru yang paling berharga. Pengetahuan dari pengalaman diperoleh dengan mempelajari pengalaman kita sendiri.
Menurut Babbie metodologi penelitian berhubungan dengan epistimologi, yaitu epistemology is the science of knowing, methodology (a subfield of epistemology) might be called the science of finding out. Epistemologi adalah ilmu mengetahui, sedangkan metodologi (bagian dari epistemologi) dapat dikatakan sebagai ilmu menemukan.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat kami simpulkan jawaban dari rumusan masalah bahwa: Kebenaran adalah suatu pernyataan tanpa keraguan. Pada hakekatnya kebenaran adalah sesuatu yang bersifat relatif. Jelaslah bahwa terdapat relasi yang sangat erat antara ilmu pengetahuan dan kebenaran. Kebenaran hanya dapat diperoleh dengan pengetahuan. Manusia sebagai dinamika selalu mengembangkan pengetahuannya untuk mencari kebenaran . Dan pencarian kebenaran ini tidak akan pernah terhenti karena sifat manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang sudah didapatnya.
Manusia mempergunakan 2 cara dalam mendapatkan pengetahuan yang benar, yaitu dengan berdasarkan rasio (rasionalisme) dan pengalaman (empirisme). Menurut paham rasionalisme pengetahuan didapatkan oleh manusia dari proses berpikir. Sedangkan menurut paham empirisme, pengetahuan manusia didapatkan melalui pengalaman yang konkret dengan mengamati gejala-gejala alam dan gejala-gejala sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi. Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional.
Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali.
Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi. Selain dari rasio dan pengalaman, pengetahuan yang benar dapat diperoleh dari intusi atau wahyu. Namun intuisi ini bersifat personal dan tidak bisa diramalkan, sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur.






DAFTAR PUSTAKA

Moh. Nazir, “Metode Penelitian”, Bogor: Ghalia Indonesia, 2003.
J.C. Almac, Research and Thesis Writing, Houghton Mifflin Co., Boston, 1930.
Sulistyo-Basuki, Metode Penelitian, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, April 2006.